Jakarta (ANTARA) - Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan Nusantara menerapkan kota spons untuk mengembalikan dan menjaga siklus alami air sebagai Solusi Berbasis Alam.
“IKN menerapkan konsep kota spons untuk mengembalikan dan menjaga siklus alami air yang berubah karena perubahan fungsi dan tutupan lahan serta menambah ketersediaan air. Penerapan konsep ini akan memberikan manfaat pemanenan air untuk tambahan ketersediaan air dan pengurangan bahaya banjir, manfaat pemurnian air dan pelestarian ekologi, efisien sistem sumber daya air, serta manfaat ekonomi, sosial dan kultural bagi masyarakat,” ujar Deputi Bidang Lingkugan Hidup dan Sumber Daya Alam OIKN Myrna Safitri di Jakarta, Jumat.
Myrna mengatakan, Solusi Berbasis Alam sangat cocok diterapkan di IKN. Hal ini menimbang fakta bahwa pertama, selaras dengan visi menjadi kota hutan yang cerdas dan berkelanjutan, sebagaimana tertuang dalam Master Plan Nusantara 2022.
Kedua, infrastruktur Terintegrasi Biru-Hijau Air (biru) dan alam (hijau) merupakan bagian integral dari pembangunan IKN agar layak huni dan sesuai dengan ekosistem kota yang ada, dan, ketiga yakni Nusantara mempunyai nilai unik karena terletak di tengah ekosistem hutan dan ingin menghutankan kembali ekosistem yang rusak. Solusi berbasis Alam di IKN akan memiliki berbagai manfaat tambahan yang unik di setiap proyek, bergantung pada solusi yang diterapkan.
Otorita IKN telah memilih beberapa proyek kecil yang potensial, dinilai dengan beberapa analisis multi-kriteria. Analisis multi-kriteria dilakukan dengan melibatkan lembaga pemerintah untuk memahami bidang-bidang prioritas dan memprioritaskan investasi Solusi Berbasis Alam untuk berbagai bidang tersebut menggunakan kriteria seleksi yang ditentukan.
Terdapat 12 potensi investasi Solusi Berbasis Alam, dievaluasi dan diseleksi berdasarkan 10 kriteria seleksi kualitatif untuk memberikan daftar prioritas investasi.
Myrna Safitri menjelaskan mengenai kebijakan dan aksi Otorita IKN dalam mengawal pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Nusantara, kota yang bersih, berketahanan iklim, berkelanjutan, dan layak huni.
“Nusantara dicita-citakan sebagai kota yang mengedepankan pelestarian lingkungan, lewat konsep Smart Forest City dan Net Zero City, yang diupayakan dengan melakukan reforestasi 65 persen luasan kawasan IKN sebagai kawasan lindung,” ujarnya.
IKN merupakan salah satu kota yang memiliki titik keanekaragaman hayati endemik yang tinggi di Indonesia. IKN memiliki 7 area kaya akan biodiversitas (dalam radius 50km), yang di dalamnya terdapat 3.889 spesies yang diantara spesies tersebut terdapat 440 spesies yang masuk ke dalam IUCN Red-List.
Oleh karena itu, Otorita IKN telah memiliki Rencana Induk Pengelolaan Keanekaragaman Hayati untuk melindungi keanekaragaman hayati tersebut sesuai dengan upaya bersama global pada Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework.
Selain itu, pembangunan kota pintar IKN dibangun di atas topografi wilayah Kalimantan Timur yang bergelombang dan beriklim tropis. Hal ini dapat memungkinkan bencana seperti banjir, longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan terjadi.
Oleh karena itu tantangan tersebut perlu diantisipasi pada pembangunan IKN, yakni dengan Solusi Berbasis Alam melalui prinsip IKN sebagai Kota Spons (Sponge City). Tujuannya agar ancaman keseimbangan lingkungan dapat dihindari.
“IKN menerapkan konsep kota spons untuk mengembalikan dan menjaga siklus alami air yang berubah karena perubahan fungsi dan tutupan lahan serta menambah ketersediaan air. Penerapan konsep ini akan memberikan manfaat pemanenan air untuk tambahan ketersediaan air dan pengurangan bahaya banjir, manfaat pemurnian air dan pelestarian ekologi, efisien sistem sumber daya air, serta manfaat ekonomi, sosial dan kultural bagi masyarakat,” ujar Deputi Bidang Lingkugan Hidup dan Sumber Daya Alam OIKN Myrna Safitri di Jakarta, Jumat.
Myrna mengatakan, Solusi Berbasis Alam sangat cocok diterapkan di IKN. Hal ini menimbang fakta bahwa pertama, selaras dengan visi menjadi kota hutan yang cerdas dan berkelanjutan, sebagaimana tertuang dalam Master Plan Nusantara 2022.
Kedua, infrastruktur Terintegrasi Biru-Hijau Air (biru) dan alam (hijau) merupakan bagian integral dari pembangunan IKN agar layak huni dan sesuai dengan ekosistem kota yang ada, dan, ketiga yakni Nusantara mempunyai nilai unik karena terletak di tengah ekosistem hutan dan ingin menghutankan kembali ekosistem yang rusak. Solusi berbasis Alam di IKN akan memiliki berbagai manfaat tambahan yang unik di setiap proyek, bergantung pada solusi yang diterapkan.
Otorita IKN telah memilih beberapa proyek kecil yang potensial, dinilai dengan beberapa analisis multi-kriteria. Analisis multi-kriteria dilakukan dengan melibatkan lembaga pemerintah untuk memahami bidang-bidang prioritas dan memprioritaskan investasi Solusi Berbasis Alam untuk berbagai bidang tersebut menggunakan kriteria seleksi yang ditentukan.
Terdapat 12 potensi investasi Solusi Berbasis Alam, dievaluasi dan diseleksi berdasarkan 10 kriteria seleksi kualitatif untuk memberikan daftar prioritas investasi.
Myrna Safitri menjelaskan mengenai kebijakan dan aksi Otorita IKN dalam mengawal pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Nusantara, kota yang bersih, berketahanan iklim, berkelanjutan, dan layak huni.
“Nusantara dicita-citakan sebagai kota yang mengedepankan pelestarian lingkungan, lewat konsep Smart Forest City dan Net Zero City, yang diupayakan dengan melakukan reforestasi 65 persen luasan kawasan IKN sebagai kawasan lindung,” ujarnya.
IKN merupakan salah satu kota yang memiliki titik keanekaragaman hayati endemik yang tinggi di Indonesia. IKN memiliki 7 area kaya akan biodiversitas (dalam radius 50km), yang di dalamnya terdapat 3.889 spesies yang diantara spesies tersebut terdapat 440 spesies yang masuk ke dalam IUCN Red-List.
Oleh karena itu, Otorita IKN telah memiliki Rencana Induk Pengelolaan Keanekaragaman Hayati untuk melindungi keanekaragaman hayati tersebut sesuai dengan upaya bersama global pada Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework.
Selain itu, pembangunan kota pintar IKN dibangun di atas topografi wilayah Kalimantan Timur yang bergelombang dan beriklim tropis. Hal ini dapat memungkinkan bencana seperti banjir, longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan terjadi.
Oleh karena itu tantangan tersebut perlu diantisipasi pada pembangunan IKN, yakni dengan Solusi Berbasis Alam melalui prinsip IKN sebagai Kota Spons (Sponge City). Tujuannya agar ancaman keseimbangan lingkungan dapat dihindari.