Palu (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Provinsi Sulawesi Tengah menggelar seminar awal dalam riset sejarah penyebaran Islam bagian barat ke pesisir Teluk Palu pada Abad XVII melalui rekonstruksi historia Datokarama.
"Riset ini merupakan kerja sama antara Brida Provinsi Sulawesi Tengah dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu," kata Kepala Brida Sulteng Faridah Lamarauna di Palu, Selasa.
Ia mengatakan seminar awal ini bertujuan untuk memberikan masukan kepada tim peneliti riset dalam pelaksanaan riset ini.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu kedatangan Datokarama atau yang dikenal dengan nama Abdullah Raqie berdasarkan sumber sejarah yang lebih dekat dengan periodenya.
Sekaligus, kata dia, merekonstruksi sejarah penyebaran Islam dari pesisir bagian barat Pulau Sumatera ke pesisir Teluk Palu lewat sosok Datokarama dengan pendekatan diaspora.
Oleh karena itu, Faridah meminta para tim peneliti agar dapat melakukan kajian ini dengan memanfaatkan data-data yang ada dan juga mengharapkan riset ini dapat diselesaikan tepat waktu.
"Dengan adanya riset Datokarama yang akan dilaksanakan, kami berharap Bapak Gubernur Sulawesi Tengah dapat memberi arahan guna kelanjutan riset Datokarama," katanya.
"Dengan adanya riset Datokarama yang akan dilaksanakan, kami berharap Bapak Gubernur Sulawesi Tengah dapat memberi arahan guna kelanjutan riset Datokarama," katanya.
Pada penelitian ini, para peneliti merumuskan dua signifikansi, yaitu signifikansi akademis dimana penelitian ini dapat menambah khazanah kajian tentang histori penyebaran Islam ke pesisir Teluk Palu.
Kemudian, signifikansi pragmatis dimana penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi pernyataan historis dibalik pengambilan kebijakan yang menghubungkan Provinsi Sulawesi Tengah dan Provinsi Sumatera Barat, termasuk dalam konteks jaringan global.
Muhammad Nur Ahsan, peneliti dalam riset ini mengungkapkan bahwa dari hasil kajian yang telah dilakukan, terdapat tiga masalah pada kajian-kajian tentang tokoh Datokarama
Menurut dia, penanggalan kedatangan Datokarama di pesisir Teluk Palu terbagi menjadi tiga versi, yakni versi Emil Salim yang dikutip oleh Sofyan B. Kambay pada tahun 1650, Haliadi Sadi dan Syamsuri tahun 1606-1650 serta Nurdin dan Harsul Maddini pada tahun 1670.
Selanjutnya, kata dia, sumber sejarah tertua yang digunakan dalam historiografi kedatangan Islam dan Datokarama terbit pada tahun tahun 1912 yang merupakan karya duet antara Albert Christiaan Cruyt dan Nicolaas Adriani.
Dari hasil tersebut, kata dia, belum ada sumber sejarah yang dekat dengan periode yang diidentifikasi sebagai masa kedatangan Datokarama yakni abad XVII atau 17.
"Dan yang ketiga yaitu problem perspektif atau pendekatan kajian sejarah. Meskipun disepakati sebagai ulama yang berasal dari Minangkabau, Datokarama belum diposisikan sebagai bagian dari komunitas diaspora asal Sumatera Barat yang menyebar ke berbagai pulau Nusantara," katanya.
Sementara itu, peneliti riset rekonstruksi historia Datokarama, Sahran Raden menyampaikan bahwa signifikansi penelitian yang dilakukan oleh UIN Datokarama Palu berkaitan dengan sejarah penyebaran Islam Datokarama di Lembah Palu.
"UIN Datokarama sebagai perguruan tinggi Islam yang menggunakan nama Datokarama sebagai label pada penamaan UIN tidak memiliki referensi atau hasil penelitian yang bisa menambah khasanah pengetahuan yang berkaitan dengan sejarah Datokarama, sehingga penelitian ini dilakukan," katanya.