Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina Gas, sebagai bagian dari Subholding Gas PT Pertamina (Persero), menjajaki peluang bisnis jangka panjang dalam pertemuan 4th Bilateral Maritime Dialogue (BMD) antara Indonesia dan Korea Selatan yang digelar di Busan pada 12-13 Juni 2024.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PT Pertamina Gas, Agung Indri Pramantyo dalam keterangan di Jakarta, Rabu, menyampaikan Pertamina Gas (Pertagas) pada pertemuan tersebut mendapat kesempatan menguraikan proyeksi bisnis LNG Hub Terminal di Arun, Lhokseumawe, Aceh.
Agung memaparkan proyeksi bisnis anak perusahaan Pertagas yakni Perta Arun Gas (PAG) sebagai penyedia layanan handling migas yang kompetitif di industri global melalui pengembangan LNG Hub Infrastructure.
Lebih lanjut Agung menjelaskan lokasi LNG Hub Arun terletak di jalur pelayaran internasional yang strategis antara sumber pasokan dan permintaan LNG. Hal ini menjadikan Arun sangat ideal untuk bisnis break bulking. Ditambah lagi, posisi Arun sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) menciptakan peluang bagi PAG sebagai LNG Asia Hub terbesar.
BMD antara Indonesia dan Korea Selatan merupakan suatu implementasi dari kerja sama kemaritiman antara kedua negara melalui penandatanganan MoU on Maritime Cooperation pada 16 Mei 2016.
Pada BMD Korea – Indonesia ke-4 ini, kedua negara sepakat untuk terus meningkatkan kerja sama di bidang kemaritiman. Salah satunya di sektor energi, dimana akan dilakukan joint study untuk pemanfaatan rig/offshore platform (anjungan lepas pantai) Pertamina untuk perikanan, penyimpanan karbon dan regasifikasi LNG.
Pada kesempatan tersebut, Pertagas juga menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding) dengan Korea Maritime & Ocean University Consortium (KMOUC) untuk pengembangan infrastruktur gas dan gas alam cair.
"Pada pelaksanaannya akan dilakukan joint study untuk menyusun kajian teknis dan komersial mengenai potensi pengembangan tersebut,” ujar Agung menambahkan.
Dialog yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Indonesia dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (MOF) Korea Selatan menjadi platform penting bagi kedua negara untuk membahas isu-isu maritim yang mendesak dan mencari solusi bersama yang inovatif dan berkelanjutan. Kerja sama ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi kedua negara, tetapi juga mendukung upaya global dalam menjaga kelestarian ekosistem laut.
Delegasi Indonesia pada BMD ke-4 dipimpin oleh Jodi Mahardi, Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves. Selain itu, ikut hadir pada kesempatan tersebut juga perwakilan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Bappenas, BMKG, Pelindo dan Pertamina Group, yakni PT Pertamina (Persero), Pertamina Hulu Energi, Pertamina International Shipping dan Pertamina Gas.
Pada kesempatan terpisah Chairman Indonesia Gas Society, Aris Mulya Azof mengatakan Pertamina Gas ingin memanfaatkan aset dan terminal arun dalam pengembangan bisnis, salah satunya menjadikan Arun sebagai LNG & LPG Hub terminal.
Menurut dia, gas ke depan prospeknya sangat baik. Gas akan menjadi energi transisi dan LNG akan menjadi dominan di domestik dan regional.
"Peran Arun dengan lokasi yang sangat strategis akan memberikan competitive advantage. Berada di Zona Ekonomi Ekslusif serta flexibility operasi juga merupakan nilai tambah Arun," kata Aris.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PT Pertamina Gas, Agung Indri Pramantyo dalam keterangan di Jakarta, Rabu, menyampaikan Pertamina Gas (Pertagas) pada pertemuan tersebut mendapat kesempatan menguraikan proyeksi bisnis LNG Hub Terminal di Arun, Lhokseumawe, Aceh.
Agung memaparkan proyeksi bisnis anak perusahaan Pertagas yakni Perta Arun Gas (PAG) sebagai penyedia layanan handling migas yang kompetitif di industri global melalui pengembangan LNG Hub Infrastructure.
Lebih lanjut Agung menjelaskan lokasi LNG Hub Arun terletak di jalur pelayaran internasional yang strategis antara sumber pasokan dan permintaan LNG. Hal ini menjadikan Arun sangat ideal untuk bisnis break bulking. Ditambah lagi, posisi Arun sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) menciptakan peluang bagi PAG sebagai LNG Asia Hub terbesar.
BMD antara Indonesia dan Korea Selatan merupakan suatu implementasi dari kerja sama kemaritiman antara kedua negara melalui penandatanganan MoU on Maritime Cooperation pada 16 Mei 2016.
Pada BMD Korea – Indonesia ke-4 ini, kedua negara sepakat untuk terus meningkatkan kerja sama di bidang kemaritiman. Salah satunya di sektor energi, dimana akan dilakukan joint study untuk pemanfaatan rig/offshore platform (anjungan lepas pantai) Pertamina untuk perikanan, penyimpanan karbon dan regasifikasi LNG.
Pada kesempatan tersebut, Pertagas juga menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding) dengan Korea Maritime & Ocean University Consortium (KMOUC) untuk pengembangan infrastruktur gas dan gas alam cair.
"Pada pelaksanaannya akan dilakukan joint study untuk menyusun kajian teknis dan komersial mengenai potensi pengembangan tersebut,” ujar Agung menambahkan.
Dialog yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Indonesia dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (MOF) Korea Selatan menjadi platform penting bagi kedua negara untuk membahas isu-isu maritim yang mendesak dan mencari solusi bersama yang inovatif dan berkelanjutan. Kerja sama ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi kedua negara, tetapi juga mendukung upaya global dalam menjaga kelestarian ekosistem laut.
Delegasi Indonesia pada BMD ke-4 dipimpin oleh Jodi Mahardi, Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves. Selain itu, ikut hadir pada kesempatan tersebut juga perwakilan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Bappenas, BMKG, Pelindo dan Pertamina Group, yakni PT Pertamina (Persero), Pertamina Hulu Energi, Pertamina International Shipping dan Pertamina Gas.
Pada kesempatan terpisah Chairman Indonesia Gas Society, Aris Mulya Azof mengatakan Pertamina Gas ingin memanfaatkan aset dan terminal arun dalam pengembangan bisnis, salah satunya menjadikan Arun sebagai LNG & LPG Hub terminal.
Menurut dia, gas ke depan prospeknya sangat baik. Gas akan menjadi energi transisi dan LNG akan menjadi dominan di domestik dan regional.
"Peran Arun dengan lokasi yang sangat strategis akan memberikan competitive advantage. Berada di Zona Ekonomi Ekslusif serta flexibility operasi juga merupakan nilai tambah Arun," kata Aris.