Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi X DPR RI Fahmi Alaydroes mengharapkan pemerintah berikutnya di bawah pimpinan presiden terpilih Prabowo Subianto dapat benar-benar menjadi pendidikan di Indonesia sebagai panglima pembangunan atau prioritas utama dalam pembangunan.
"Ke depan, kita berharap dan kita menggantungkan juga harapan pada pemerintah berikutnya. Mudah-mudahan presiden berikutnya bisa ikut benar-benar atau mendengarkan yang jadi perbincangan atau masukan dari guru-guru besar ini, sehingga lima tahun ke depan mudah-mudahan pendidikan menjadi panglima pembangunan. Mudah-mudahan pendidikan menjadi top priority dari pembangunan kita, sehingga alokasi dana bisa ikut kebijakan ke arah sana," kata Fahmi pada Rapat Dengar Pendapat Umum (RDP) Panitia Kerja (Panja) Pembiayaan Pendidikan Komisi X DPR RI dengan sejumlah eks menteri di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa.
Menurut Fahmi, pemerintah berikutnya berperan penting dalam menyelesaikan beragam persoalan yang ada pada sektor pendidikan di Tanah Air. Menurut dia, sampai dengan hari ini sektor pendidikan di Indonesia masih memiliki beragam masalah dan Pekerjaan Rumah (PR).
"Masih banyak PR, masih banyak masalah dari beragam sisi, baik masalah akses, mutu, dan relevansi," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama Fahmi juga menyoroti kurikulum pendidikan yang kurang memberdayakan akal dan pikiran peserta didik.
"Saya alami sejak zaman SD tahun 70-an sampai saya S1, S2, dan S3, saya mendapatkan pengalaman belajar di sekolah-sekolah kita memang kurang mampu memberdayakan akal, pikiran, kurang mampu memberdayakan proses-proses berpikir," ucapnya.
Dia pun menilai pendidikan di Indonesia sepatutnya mengutamakan riset. Merujuk pada ajaran agama Islam, Fahmi menyampaikan puncak dari cara berpikir yang luhur atau tingkat tinggi adalah melalui aktivitas riset.
"Riset itu adalah perintah langsung Al Quran," ucap Fahmi.
Namun, lanjutnya, riset di Tanah Air masih belum berkembang secara optimal.
"Kemarin (dalam rapat sebelumnya), ketika ada narasumber dari salah satu pengamat pendidikan, itu memberikan semacam kritik bahwa pendidikan tinggi kita itu lebih banyak berorientasi pada teaching, mengajar, bukan riset," ujar Fahmi.
Sebelumnya harapan senada juga telah disampaikan oleh anggota Komisi X DPR RI Djohar Arifin Husin. "Mudah-mudahan pemerintah yang baru nanti, Insya Allah bisa lebih baik lagi," ucapnya.
"Ke depan, kita berharap dan kita menggantungkan juga harapan pada pemerintah berikutnya. Mudah-mudahan presiden berikutnya bisa ikut benar-benar atau mendengarkan yang jadi perbincangan atau masukan dari guru-guru besar ini, sehingga lima tahun ke depan mudah-mudahan pendidikan menjadi panglima pembangunan. Mudah-mudahan pendidikan menjadi top priority dari pembangunan kita, sehingga alokasi dana bisa ikut kebijakan ke arah sana," kata Fahmi pada Rapat Dengar Pendapat Umum (RDP) Panitia Kerja (Panja) Pembiayaan Pendidikan Komisi X DPR RI dengan sejumlah eks menteri di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa.
Menurut Fahmi, pemerintah berikutnya berperan penting dalam menyelesaikan beragam persoalan yang ada pada sektor pendidikan di Tanah Air. Menurut dia, sampai dengan hari ini sektor pendidikan di Indonesia masih memiliki beragam masalah dan Pekerjaan Rumah (PR).
"Masih banyak PR, masih banyak masalah dari beragam sisi, baik masalah akses, mutu, dan relevansi," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama Fahmi juga menyoroti kurikulum pendidikan yang kurang memberdayakan akal dan pikiran peserta didik.
"Saya alami sejak zaman SD tahun 70-an sampai saya S1, S2, dan S3, saya mendapatkan pengalaman belajar di sekolah-sekolah kita memang kurang mampu memberdayakan akal, pikiran, kurang mampu memberdayakan proses-proses berpikir," ucapnya.
Dia pun menilai pendidikan di Indonesia sepatutnya mengutamakan riset. Merujuk pada ajaran agama Islam, Fahmi menyampaikan puncak dari cara berpikir yang luhur atau tingkat tinggi adalah melalui aktivitas riset.
"Riset itu adalah perintah langsung Al Quran," ucap Fahmi.
Namun, lanjutnya, riset di Tanah Air masih belum berkembang secara optimal.
"Kemarin (dalam rapat sebelumnya), ketika ada narasumber dari salah satu pengamat pendidikan, itu memberikan semacam kritik bahwa pendidikan tinggi kita itu lebih banyak berorientasi pada teaching, mengajar, bukan riset," ujar Fahmi.
Sebelumnya harapan senada juga telah disampaikan oleh anggota Komisi X DPR RI Djohar Arifin Husin. "Mudah-mudahan pemerintah yang baru nanti, Insya Allah bisa lebih baik lagi," ucapnya.