Palu (antarasulteng.com) - Jajaran TNI di Poso, Sulawesi Tengah, khususnya yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala, siap membantu PT. PLN untuk mendirikan kembali tiang tinggi (tower) saluran udara tegangan tinggi (SUTT) yang roboh pada Senin (24/4).
"Kalau soal pengamanan, itu sudah pasti kami lakukan, tapi kami juga siap kalau PLN butuh bantuan lain seperti tenaga untuk pekerjaan tersebut," kata Dandim Poso Letkol Inf Dody Triyo Hadi yang dihubungi lewat telepon selulernya di Poso, Rabu.
Menurut Dody, sejak awal terjadinya musibah tersebut, TNI dan Polri yang tergabung dalam Satgas Operasi Tinombala memburu sisa-sisa teroris anggota Mujahiddin Indonesia Timur (MIT), adalah yang paling depan berada di lokasi untuk mengecek kejadian sebenarnya.
"Lokasi itu kan berada di dalam wilayah Operasi Tinombala. Jadi kami segera datang ke situ untuk mengecek penyebab sebenarnya, jangan sampai ada unsur sabotase," ujarnya.
Ternyata, kata Dody, robohnya tower listrik tegangan tinggi yang menyuplai 60 MW daya listrik dari PLTA Poso ke sistem kelistrikan Kota Palu itu, murni karena bencana alam, bukan sabotase.
Dua kaki tower itu, kata Dody, tergerus banjir karena lokasinya persis berada di tikungan Sungai Puna yang sedang banjir. Tidak ada juga sedimen berupa pepohonan tumbang yang menabrak tower tersebut.
Terkait dukungan personel TNI untuk mendirikan kembali tower itu, Dody mengaku sudah menawarkan ke pihak PLN, namun karena pekerjaan itu memang membutuhkan tenaga-tenaga khusus yang menguasai masalah teknis, maka PLN belum membutuhkan dukungan personel TNI.
"Jadi kami hanya mendukung pengamanan saja. Ada satu regu personel Satgas Operasi Tinombala disiagakan di sekitar lokasi pekerjaan. Situasi keamanan di daerah itu juga sangat terkendali, jadi kami mengawal mereka dari lokasi yang agak jauh, tidak langsung berada di titik kegiatan," ujarnya.
Tower SUTT PLN yang roboh itu terletak di Desa Tabalu, Kecamatan Poso Pesisir, di tepian Sungai Puna. Akibat robohnya tiang tinggi itu, Sistem kelistrikan Palapas (Palu, Donggala, Parigi, Sigi) yang melayasi sekitar 300.000 pelanggan, kehilangan daya sekitar 60 MW.
Hal ini menyebabkan terjadinya pemadaman listrik secara bergilir sejak Senin (24/4) dimana lama pemadaman mencapai 6 jam lalu hidup 3 jam dan mati lagi 6 jam, begitu seterusnya.
Menurut keterangan pihak PLN, kondisi ini diperkirakan terjadi selama 8 sampai 10 hari ke depan.
"Kalau soal pengamanan, itu sudah pasti kami lakukan, tapi kami juga siap kalau PLN butuh bantuan lain seperti tenaga untuk pekerjaan tersebut," kata Dandim Poso Letkol Inf Dody Triyo Hadi yang dihubungi lewat telepon selulernya di Poso, Rabu.
Menurut Dody, sejak awal terjadinya musibah tersebut, TNI dan Polri yang tergabung dalam Satgas Operasi Tinombala memburu sisa-sisa teroris anggota Mujahiddin Indonesia Timur (MIT), adalah yang paling depan berada di lokasi untuk mengecek kejadian sebenarnya.
"Lokasi itu kan berada di dalam wilayah Operasi Tinombala. Jadi kami segera datang ke situ untuk mengecek penyebab sebenarnya, jangan sampai ada unsur sabotase," ujarnya.
Ternyata, kata Dody, robohnya tower listrik tegangan tinggi yang menyuplai 60 MW daya listrik dari PLTA Poso ke sistem kelistrikan Kota Palu itu, murni karena bencana alam, bukan sabotase.
Dua kaki tower itu, kata Dody, tergerus banjir karena lokasinya persis berada di tikungan Sungai Puna yang sedang banjir. Tidak ada juga sedimen berupa pepohonan tumbang yang menabrak tower tersebut.
Terkait dukungan personel TNI untuk mendirikan kembali tower itu, Dody mengaku sudah menawarkan ke pihak PLN, namun karena pekerjaan itu memang membutuhkan tenaga-tenaga khusus yang menguasai masalah teknis, maka PLN belum membutuhkan dukungan personel TNI.
"Jadi kami hanya mendukung pengamanan saja. Ada satu regu personel Satgas Operasi Tinombala disiagakan di sekitar lokasi pekerjaan. Situasi keamanan di daerah itu juga sangat terkendali, jadi kami mengawal mereka dari lokasi yang agak jauh, tidak langsung berada di titik kegiatan," ujarnya.
Tower SUTT PLN yang roboh itu terletak di Desa Tabalu, Kecamatan Poso Pesisir, di tepian Sungai Puna. Akibat robohnya tiang tinggi itu, Sistem kelistrikan Palapas (Palu, Donggala, Parigi, Sigi) yang melayasi sekitar 300.000 pelanggan, kehilangan daya sekitar 60 MW.
Hal ini menyebabkan terjadinya pemadaman listrik secara bergilir sejak Senin (24/4) dimana lama pemadaman mencapai 6 jam lalu hidup 3 jam dan mati lagi 6 jam, begitu seterusnya.
Menurut keterangan pihak PLN, kondisi ini diperkirakan terjadi selama 8 sampai 10 hari ke depan.