Istanbul (ANTARA) - Ribuan keluarga di Khan Younis melarikan diri dari serangan udara dan operasi militer Israel, menurut laporan Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Senin.
"Keluarga di Khan Younis kembali menerima perintah evakuasi dari otoritas Israel," kata UNRWA.
"Siklus ketakutan dan pengungsian telah berlangsung terlalu lama. Semua orang kelelahan," tambah mereka.
Selain itu, Bulan Sabit Merah Palestina mengumumkan bahwa kliniknya di Maan dan Bani Suhaila tidak beroperasi karena lokasinya di daerah timur Khan Younis yang dievakuasi.
Tentara Israel menembaki wilayah tersebut, di Jalur Gaza, yang sebelumnya diklaim "aman" tetapi mereka menuntut agar wilayah tersebut dievakuasi pada Senin.
Karena mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutal yang terus berlangsung di Gaza sejak 7 Oktober.
Lebih dari 38.800 warga Palestina, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak saat itu telah tewas, sementara lebih dari 89.400 lainnya luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Lebih dari sembilan bulan sejak serangan tersebut, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade yang melumpuhkan terhadap akses makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel dituding melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang dalam putusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasi militer di kota selatan Rafah, di mana lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum mereka diserang pada 6 Mei.
Sumber: Anadolu
"Keluarga di Khan Younis kembali menerima perintah evakuasi dari otoritas Israel," kata UNRWA.
"Siklus ketakutan dan pengungsian telah berlangsung terlalu lama. Semua orang kelelahan," tambah mereka.
Selain itu, Bulan Sabit Merah Palestina mengumumkan bahwa kliniknya di Maan dan Bani Suhaila tidak beroperasi karena lokasinya di daerah timur Khan Younis yang dievakuasi.
Tentara Israel menembaki wilayah tersebut, di Jalur Gaza, yang sebelumnya diklaim "aman" tetapi mereka menuntut agar wilayah tersebut dievakuasi pada Senin.
Karena mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutal yang terus berlangsung di Gaza sejak 7 Oktober.
Lebih dari 38.800 warga Palestina, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak saat itu telah tewas, sementara lebih dari 89.400 lainnya luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Lebih dari sembilan bulan sejak serangan tersebut, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade yang melumpuhkan terhadap akses makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel dituding melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang dalam putusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasi militer di kota selatan Rafah, di mana lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum mereka diserang pada 6 Mei.
Sumber: Anadolu