Poso (Antarasulteng.com) - Komandan Kodim 1307/Poso Letkol Inf Dody Tryo Hadi mengajak para jurnalis untuk ikut menjaga tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
"Nah ini perlu kalian ingat sebagai pers, jaga jangan sampai media kamu `dibeli` oleh orang-orang tertentu untuk menyajikan berita bohong yang menghasut orang lain guna memecah-belah NKRI," katanya dalam silaturahim bersama para jurnalis di Poso, Jumat.
Dalam pertemuan silaturahim itu Dandim Poso memaparkan melalui layar infocus beberapa fakta berdasarkan bukti otentik yang pernah terjadi di Indonesia dan negara lain yang mengancam Kesatuan Negara Republik Indonesia (NKRI).
Dody mengatakan insan pers merupakan bagian dari pemersatu dan pembangunan bangsa. Karena itu ajaklah seluruh anak bangsa untuk berjuang dan bergotong royong. Bila NKRI tegak maka rakyat bisa membangun.
"Cegah berita yang bersifat menghasut, provokasi dan adu domba terhadap rakyat kalau tidak mau NKRI kita ini hancur," ucapnya.
Letkol Dody juga memaparkan materi serta foto-foto terkait ancaman radikalisme yang menggunakan media sosial dengan menyebarkan informasi yang menghasut orang lain dengan membawa nama agama untuk membenci agama lain.
Terkait hal itu, Dody menjelaskan bahwa perjuangan dalam merebut kemerdekaan dilakukan warga negara yang bukan dari satu nama agama saja, tetapi oleh semua agama yang ada di Indonesia.
"Yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia itu bukan cuma satu agama, tapi semua agama turut berjuang membela negara ini," katanya tegas.
Ia juga menyinggung provokasi yang mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara Islam.
"Bukan Indonesia kalau hanya satu agama," ucapnya dan menambahkan bahwa di NKRI ini diakui lima agama.
Dandim juga menyinggung masalah bahaya narkoba yang dapat mengancam NKRI, seperti yang pernah terjadi saat Inggris dan Perancis menyerang Tiongkok.
Dengan kekuatan pasukan Jenghiskan, katanya, kedua negara itu dapat dikalahkan. Namun berselang waktu, Perancis dan Inggris memasukan candu ke Tiongkok dan akhirnya kedua negara tersebut menguasai Tiongkok.
Khusus terkait praktik jurnalistik, Dody mengingatkan para wartawan soal Kode Etik Jurnalistik pasal 6 yang menyebutkan wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.
"Jadi dalam peliputan, wartawan jangan selalu mengharapkan ada imbalan uang. Rejeki itu bukan hanya dari peliputan tertentu, namun ada di tempat lain," ujarnya di depan belasan wartawan yang menghadiri silaturahim tersebut.
"Nah ini perlu kalian ingat sebagai pers, jaga jangan sampai media kamu `dibeli` oleh orang-orang tertentu untuk menyajikan berita bohong yang menghasut orang lain guna memecah-belah NKRI," katanya dalam silaturahim bersama para jurnalis di Poso, Jumat.
Dalam pertemuan silaturahim itu Dandim Poso memaparkan melalui layar infocus beberapa fakta berdasarkan bukti otentik yang pernah terjadi di Indonesia dan negara lain yang mengancam Kesatuan Negara Republik Indonesia (NKRI).
Dody mengatakan insan pers merupakan bagian dari pemersatu dan pembangunan bangsa. Karena itu ajaklah seluruh anak bangsa untuk berjuang dan bergotong royong. Bila NKRI tegak maka rakyat bisa membangun.
"Cegah berita yang bersifat menghasut, provokasi dan adu domba terhadap rakyat kalau tidak mau NKRI kita ini hancur," ucapnya.
Letkol Dody juga memaparkan materi serta foto-foto terkait ancaman radikalisme yang menggunakan media sosial dengan menyebarkan informasi yang menghasut orang lain dengan membawa nama agama untuk membenci agama lain.
Terkait hal itu, Dody menjelaskan bahwa perjuangan dalam merebut kemerdekaan dilakukan warga negara yang bukan dari satu nama agama saja, tetapi oleh semua agama yang ada di Indonesia.
"Yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia itu bukan cuma satu agama, tapi semua agama turut berjuang membela negara ini," katanya tegas.
Ia juga menyinggung provokasi yang mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara Islam.
"Bukan Indonesia kalau hanya satu agama," ucapnya dan menambahkan bahwa di NKRI ini diakui lima agama.
Dandim juga menyinggung masalah bahaya narkoba yang dapat mengancam NKRI, seperti yang pernah terjadi saat Inggris dan Perancis menyerang Tiongkok.
Dengan kekuatan pasukan Jenghiskan, katanya, kedua negara itu dapat dikalahkan. Namun berselang waktu, Perancis dan Inggris memasukan candu ke Tiongkok dan akhirnya kedua negara tersebut menguasai Tiongkok.
Khusus terkait praktik jurnalistik, Dody mengingatkan para wartawan soal Kode Etik Jurnalistik pasal 6 yang menyebutkan wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.
"Jadi dalam peliputan, wartawan jangan selalu mengharapkan ada imbalan uang. Rejeki itu bukan hanya dari peliputan tertentu, namun ada di tempat lain," ujarnya di depan belasan wartawan yang menghadiri silaturahim tersebut.