Magelang (antarasulteng.com) - Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin,
Leteh, Rembang, KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) mengimbau masyarakat
agar menyikapi Pilkada Jawa Tengah yang bakal digelar 2018 secara tidak
berlebihan.
"Masalah pilkada itu masalah lima tahunan, tetapi disikapi secara berlebih-lebihan seolah-olah sampai hari kiamat," katanya di Magelang, Sabtu malam.
Ia mengatakan hal tersebut di sela Haul ke-23 KH. Asrori Ahmad dan khataman di Pondok Pesantren Raudhatut Thullab, Wonosari, Tempuran, Kabupaten Magelang.
Ia menuturkan masyarakat Jawa Tengah sekarang harus belajar dari pengalaman pilkada yang sudah berlangsung di daerah lain sehingga mempunyai bekal untuk menyikapinya.
"Kalau masyarakat Jateng juga menyikapi secara berlebihan berarti kita tidak belajar dari pengalaman. Jadi jangan berlebihan menyikapinya," katanya.
Gus Mus mengatakan dalam kehidupan ini sebaiknya kembali pada "wejangan" para sesepuh dulu, hidup itu sederhana saja.
"Dalam bersikap apa saja, semuanya bersikap sederhana. Makan, minum, termasuk senang dan benci jangan berlebihan." katanya.
Ia mengatakan yang menyebabkan sesuatu menjadi masalah itu kalau disikapi secara berlebih-lebihan, terutama kalau berlebihan dalam membenci atau menyukai.
Ia mencontohkan dalam menyukai partai, kalau berlebih-lebihan justru tidak bisa berpikir dengan jernih.
"Apalagi kalau kita membenci. Memang sedapat mungkin kita tidak membenci, tetapi yang namanya manusia itu mesti ada senang dan benci. Kalau berlebih-lebihan terutama dalam menyukai atau membenci pasti kita tidak bisa adil, tidak bisa berpikir lurus, tidak bisa objektif," katanya.
Ia mengatakan manusia mempunyai emosi, padahal emosi itu sudah mempunyai karakter berlebihan, jadi kalau berlebihan akan emosi sekali.
Menurut dia adil, objektif akan sulit dicapai kalau bersikap berlebihan.
"Bagi orang Islam di Alquran sudah banyak sekali anjuran untuk bersikap tegak, tidak berlebih-lebihan. Dalam beragama pun agama Islam juga melarang yang berlebih-lebihan, karena kalau semua berlebihan akan menjadi keras," katanya. (skd)
"Masalah pilkada itu masalah lima tahunan, tetapi disikapi secara berlebih-lebihan seolah-olah sampai hari kiamat," katanya di Magelang, Sabtu malam.
Ia mengatakan hal tersebut di sela Haul ke-23 KH. Asrori Ahmad dan khataman di Pondok Pesantren Raudhatut Thullab, Wonosari, Tempuran, Kabupaten Magelang.
Ia menuturkan masyarakat Jawa Tengah sekarang harus belajar dari pengalaman pilkada yang sudah berlangsung di daerah lain sehingga mempunyai bekal untuk menyikapinya.
"Kalau masyarakat Jateng juga menyikapi secara berlebihan berarti kita tidak belajar dari pengalaman. Jadi jangan berlebihan menyikapinya," katanya.
Gus Mus mengatakan dalam kehidupan ini sebaiknya kembali pada "wejangan" para sesepuh dulu, hidup itu sederhana saja.
"Dalam bersikap apa saja, semuanya bersikap sederhana. Makan, minum, termasuk senang dan benci jangan berlebihan." katanya.
Ia mengatakan yang menyebabkan sesuatu menjadi masalah itu kalau disikapi secara berlebih-lebihan, terutama kalau berlebihan dalam membenci atau menyukai.
Ia mencontohkan dalam menyukai partai, kalau berlebih-lebihan justru tidak bisa berpikir dengan jernih.
"Apalagi kalau kita membenci. Memang sedapat mungkin kita tidak membenci, tetapi yang namanya manusia itu mesti ada senang dan benci. Kalau berlebih-lebihan terutama dalam menyukai atau membenci pasti kita tidak bisa adil, tidak bisa berpikir lurus, tidak bisa objektif," katanya.
Ia mengatakan manusia mempunyai emosi, padahal emosi itu sudah mempunyai karakter berlebihan, jadi kalau berlebihan akan emosi sekali.
Menurut dia adil, objektif akan sulit dicapai kalau bersikap berlebihan.
"Bagi orang Islam di Alquran sudah banyak sekali anjuran untuk bersikap tegak, tidak berlebih-lebihan. Dalam beragama pun agama Islam juga melarang yang berlebih-lebihan, karena kalau semua berlebihan akan menjadi keras," katanya. (skd)