Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melihat industri kuliner di Tanah Air memiliki peluang untuk menembus pasar global, menyusul lima produk kuliner Indonesia diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda.
Lima kuliner itu tentunya akrab di telinga masyarakat Indonesia, yakni rendang (Padang, Sumatera Barat), pempek (Palembang, Sumatera Selatan), nasi uduk, gabus pucung, dan sayur besan (Betawi, Jakarta). Bahkan sayur besan sendiri sudah jarang didengar di kalangan generasi muda.
Terkait hal itulah pemerintah dan sektor swasta kerap menyelenggarakan festival kuliner makan tradisional, dengan tujuan untuk mengenalkan kepada masyarakat, termasuk ke sejumlah negara.
Bahkan Staf Ahli Menteri Bidang Inovasi dan Kreativitas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Restog Krisna Kusuma mendorong agar kekayaan kuliner Nusantara ini lebih sering diperkenalkan ke luar negeri.
Seperti piza, makanan asal Italia yang sudah mendunia, termasuk di Indonesia. Sehingga tidak ada salahnya kuliner dengan potensi lokal juga dikenalkan di dunia. Harapannya semakin banyak kuliner Indonesia yang digemari di luar negeri, tentunya ikut mendongkrak devisa di dalam negeri.
Hanya saja, ada sejumlah persyaratan agar kuliner tradisional yang diproduksi kalangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang digarap secara turun temurun bisa diterima seluruh masyarakat Indonesia. Rasa tentu hal yang utama, selain itu kebersihan, higienis, kemasan, dan info kandungan bahan pangan.
Harus diakui kuliner Nusantara, saat ini sangat berkembang dan beberapa dikenal sebagai kuliner pinggir jalan atau street food. Bahkan, beberapa menjadi viral di kalangan masyarakat lokal, sehingga masyarakat rela antre untuk menikmati sepiring makanan atau secangkir minuman.
Hanya saja, beberapa pengusaha kuliner yang awalnya viral terkadang tidak mampu mempertahankan eksistensinya, sehingga sulit untuk berkembang. Selain itu, ada juga yang justru mampu melejit, bahkan mengembangkan sejumlah cabang. Dalam konteks ini, bimbingan, tentunya, sangat dibutuhkan.
Festifal Kuliner Serpong yang mengusung tema makanan dan minuman khas Medan, Sumatra Utara. ANTARA/Ganet
Pemerintah DKI Jakarta memiliki wadah JakPreneur untuk menampung kalangan UMKM, khususnya di bidang kuliner, yang diberi ruang untuk konsisten dan berkembang. Bahkan, untuk meningkatkan kemampuan secara berkala, Pemprov DKI Jakarta menyelenggarakan bazar yang mengenalkan produk-produk UMKM kepada masyarakat.
Tidak hanya itu, seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) juga diwajibkan untuk memanfaatkan UMKM JakPreneur dalam setiap kegiatannya. Sebagai contoh untuk kegiatan rapat, jamuan tamu, dan hal lainnya, diwajibkan untuk memakai produk UMKM binaan.
Festival kuliner
Festival kuliner, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun badan usaha, dewasa ini kerap digelar di luar ruangan (outdoor) maupun di dalam ruangan (indoor). Dalam beberapa kali penyelenggaraan festival kuliner, tidak pernah gagal dan selalu dipadati pengunjung.
Salah satu yang menjadi daya tarik dalam festival kuliner itu adalah hadirnya kuliner-kuliner autentik dari suatu daerah yang memang dikelola turun temurun. Tentunya ini menjawab kerinduan mereka yang pernah merasakan kuliner tersebut, tanpa harus jauh-jauh datang ke daerah tersebut.
Sebagai contoh Festival Kuliner Serpong yang digelar setiap tahun menyambut HUT RI. Meski digelar saban tahun, tetapi festival ini selalu dipadati pengunjung karena selalu hadir kuliner autentik dari suatu daerah. Dengan harga yang sama, pengunjung sudah bisa menikmati kuliner tersebut dengan rasa yang sama. Hanya saja, yang membedakan dari kemasannya yang biasanya memakai piring atau gelas, disajikan dengan kemasan satu kali pakai.
Aleta, kurator dari Festival Kuliner Serpong, menjelaskan mengingat penyelenggaraannya selama satu bulan penuh (15 Agustus - 15 September) maka seleksi terhadap tenant menjadi keharusan untuk memastikan hidangan yang disajikan tidak mengecewakan konsumen.
Festival Kuliner Serpong kali ini mengambil tema kuliner Medan. Terkait hal itu, tim kurasi langsung melakukan survei ke Medan untuk mendatangkan kuliner khas langsung dari kota tersebut. Upaya itu bukan perkara mudah, mengingat pemilik usaha kuliner di kota tersebut jumlahnya sangat banyak, sehingga proses seleksi harus dilakukan dengan ketat.
Pertama, yang dilakukan melihat aktivitas pelaku kuliner yang dituju di media sosial serta ulasan (review). Setelah itu dilakukan tes rasa. Tidak hanya itu, tim juga melihat kebersihan dalam penyajian. Beberapa tempat ada yang dari sisi review bagus, tetapi tidak lolos dari sisi rasa, bahkan sebaliknya tidak menggunakan media sosial, tetapi dari sisi rasa memiliki nilai unggul.
Faktor lain yang juga menjadi pertimbangan adalah ramainya pengunjung, baik yang makan di tempat atau yang dibawa pulang, kemudian keaslian dari masakan yang dilakukan melalui proses wawancara pengunjung. Tim akhirnya meloloskan tujuh kuliner asli Medan dari sebanyak 100 yang diseleksi.
Kuliner di Medan sangat khas, tidak ditemukan di daerah lain. Hal ini karena di daerah tersebut merupakan percampuran budaya, dari Melayu, Batak, China, dan India. Sehingga, di dalam Festival Kuliner Serpong, perwakilan empat budaya ini juga dihadirkan di dalamnya.
Bahkan, untuk memberikan kesan kepada pengunjung juga dihadirkan replika Istana Maimun yang merupakan ikonis dari Kota Medan, termasuk mendirikan panggung untuk menyajikan budaya Sumatra Utara kepada pengunjung.
Mi Gomak, mi sop ayam, kopi sidikalang, kari bihun merupakan sekelumit makanan asal Medan, namun yang jelas di kota ini mulai dari makanan pembuka, makanan utama, hingga makanan penutup, lengkap tersedia. Semua itu dihadirkan di festival bersanding dengan makanan Nusantara lainnya.
Menjanjikan
Industri kuliner Tanah Air memang sangat menjanjikan. Apapun jajanan jalanan yang disajikan pasti ada pembeli. Tinggal bagaimana menjaga rasa atau bahkan ditingkatkan. Kunci dari kuliner itu adalah harus ada yang berbeda atau unik dari pesaing.
Apabila usaha kuliner ini dimasukkan ke dalam industri makanan dan minuman, maka kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional mencapai 6,55 persen, sedangkan dari sisi pertumbuhan pada tahun 2023 mencapai 4,47 persen dibanding tahun sebelumnya.
Kuliner adalah salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus tumbuh di sepanjang tahun 2023. Kontribusi sektor makanan dan minuman (mamin) terhadap PDB industri nonmigas mencapai 39,10 persen dan menyumbang 6,55 persen terhadap PDB nasional.
Tidak hanya itu industri makanan dan minuman juga mencatat nilai ekspor 41,70 miliar dolar AS pada tahun tersebut, bahkan bisa surplus 25,21 miliar dolar AS.
Selain itu, penanaman modal di sektor industri makanan dan minuman masih bertumbuh dan diminati oleh para investor nasional dan global. Hal ini terlihat dari perkembangan realisasi investasi di sektor ini yang mencapai Rp85,10 triliun pada tahun 2023.
Dari data-data tersebut sudah saatnya sektor kuliner di Tanah Air dikembangkan, khususnya pelaku UMKM. Banyak dari bisnis ini bertahan tiga sampai empat generasi. Semua itu masih eksis hingga saat ini menjadi kewajiban pengambil kebijakan untuk melestarikan.
Izin BPOM dan sertifikat halal, sebagai contoh, menjadi tantangan agar bisnis kuliner dapat berkembang setara dengan pelaku industri besar. Semua ini bisa digulirkan apabila ada dukungan dari pengambil kebijakan, termasuk memberikan kemudahan dalam prosesnya.
Lima kuliner itu tentunya akrab di telinga masyarakat Indonesia, yakni rendang (Padang, Sumatera Barat), pempek (Palembang, Sumatera Selatan), nasi uduk, gabus pucung, dan sayur besan (Betawi, Jakarta). Bahkan sayur besan sendiri sudah jarang didengar di kalangan generasi muda.
Terkait hal itulah pemerintah dan sektor swasta kerap menyelenggarakan festival kuliner makan tradisional, dengan tujuan untuk mengenalkan kepada masyarakat, termasuk ke sejumlah negara.
Bahkan Staf Ahli Menteri Bidang Inovasi dan Kreativitas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Restog Krisna Kusuma mendorong agar kekayaan kuliner Nusantara ini lebih sering diperkenalkan ke luar negeri.
Seperti piza, makanan asal Italia yang sudah mendunia, termasuk di Indonesia. Sehingga tidak ada salahnya kuliner dengan potensi lokal juga dikenalkan di dunia. Harapannya semakin banyak kuliner Indonesia yang digemari di luar negeri, tentunya ikut mendongkrak devisa di dalam negeri.
Hanya saja, ada sejumlah persyaratan agar kuliner tradisional yang diproduksi kalangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang digarap secara turun temurun bisa diterima seluruh masyarakat Indonesia. Rasa tentu hal yang utama, selain itu kebersihan, higienis, kemasan, dan info kandungan bahan pangan.
Harus diakui kuliner Nusantara, saat ini sangat berkembang dan beberapa dikenal sebagai kuliner pinggir jalan atau street food. Bahkan, beberapa menjadi viral di kalangan masyarakat lokal, sehingga masyarakat rela antre untuk menikmati sepiring makanan atau secangkir minuman.
Hanya saja, beberapa pengusaha kuliner yang awalnya viral terkadang tidak mampu mempertahankan eksistensinya, sehingga sulit untuk berkembang. Selain itu, ada juga yang justru mampu melejit, bahkan mengembangkan sejumlah cabang. Dalam konteks ini, bimbingan, tentunya, sangat dibutuhkan.
Pemerintah DKI Jakarta memiliki wadah JakPreneur untuk menampung kalangan UMKM, khususnya di bidang kuliner, yang diberi ruang untuk konsisten dan berkembang. Bahkan, untuk meningkatkan kemampuan secara berkala, Pemprov DKI Jakarta menyelenggarakan bazar yang mengenalkan produk-produk UMKM kepada masyarakat.
Tidak hanya itu, seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) juga diwajibkan untuk memanfaatkan UMKM JakPreneur dalam setiap kegiatannya. Sebagai contoh untuk kegiatan rapat, jamuan tamu, dan hal lainnya, diwajibkan untuk memakai produk UMKM binaan.
Festival kuliner
Festival kuliner, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun badan usaha, dewasa ini kerap digelar di luar ruangan (outdoor) maupun di dalam ruangan (indoor). Dalam beberapa kali penyelenggaraan festival kuliner, tidak pernah gagal dan selalu dipadati pengunjung.
Salah satu yang menjadi daya tarik dalam festival kuliner itu adalah hadirnya kuliner-kuliner autentik dari suatu daerah yang memang dikelola turun temurun. Tentunya ini menjawab kerinduan mereka yang pernah merasakan kuliner tersebut, tanpa harus jauh-jauh datang ke daerah tersebut.
Sebagai contoh Festival Kuliner Serpong yang digelar setiap tahun menyambut HUT RI. Meski digelar saban tahun, tetapi festival ini selalu dipadati pengunjung karena selalu hadir kuliner autentik dari suatu daerah. Dengan harga yang sama, pengunjung sudah bisa menikmati kuliner tersebut dengan rasa yang sama. Hanya saja, yang membedakan dari kemasannya yang biasanya memakai piring atau gelas, disajikan dengan kemasan satu kali pakai.
Aleta, kurator dari Festival Kuliner Serpong, menjelaskan mengingat penyelenggaraannya selama satu bulan penuh (15 Agustus - 15 September) maka seleksi terhadap tenant menjadi keharusan untuk memastikan hidangan yang disajikan tidak mengecewakan konsumen.
Festival Kuliner Serpong kali ini mengambil tema kuliner Medan. Terkait hal itu, tim kurasi langsung melakukan survei ke Medan untuk mendatangkan kuliner khas langsung dari kota tersebut. Upaya itu bukan perkara mudah, mengingat pemilik usaha kuliner di kota tersebut jumlahnya sangat banyak, sehingga proses seleksi harus dilakukan dengan ketat.
Pertama, yang dilakukan melihat aktivitas pelaku kuliner yang dituju di media sosial serta ulasan (review). Setelah itu dilakukan tes rasa. Tidak hanya itu, tim juga melihat kebersihan dalam penyajian. Beberapa tempat ada yang dari sisi review bagus, tetapi tidak lolos dari sisi rasa, bahkan sebaliknya tidak menggunakan media sosial, tetapi dari sisi rasa memiliki nilai unggul.
Faktor lain yang juga menjadi pertimbangan adalah ramainya pengunjung, baik yang makan di tempat atau yang dibawa pulang, kemudian keaslian dari masakan yang dilakukan melalui proses wawancara pengunjung. Tim akhirnya meloloskan tujuh kuliner asli Medan dari sebanyak 100 yang diseleksi.
Kuliner di Medan sangat khas, tidak ditemukan di daerah lain. Hal ini karena di daerah tersebut merupakan percampuran budaya, dari Melayu, Batak, China, dan India. Sehingga, di dalam Festival Kuliner Serpong, perwakilan empat budaya ini juga dihadirkan di dalamnya.
Bahkan, untuk memberikan kesan kepada pengunjung juga dihadirkan replika Istana Maimun yang merupakan ikonis dari Kota Medan, termasuk mendirikan panggung untuk menyajikan budaya Sumatra Utara kepada pengunjung.
Mi Gomak, mi sop ayam, kopi sidikalang, kari bihun merupakan sekelumit makanan asal Medan, namun yang jelas di kota ini mulai dari makanan pembuka, makanan utama, hingga makanan penutup, lengkap tersedia. Semua itu dihadirkan di festival bersanding dengan makanan Nusantara lainnya.
Menjanjikan
Industri kuliner Tanah Air memang sangat menjanjikan. Apapun jajanan jalanan yang disajikan pasti ada pembeli. Tinggal bagaimana menjaga rasa atau bahkan ditingkatkan. Kunci dari kuliner itu adalah harus ada yang berbeda atau unik dari pesaing.
Apabila usaha kuliner ini dimasukkan ke dalam industri makanan dan minuman, maka kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional mencapai 6,55 persen, sedangkan dari sisi pertumbuhan pada tahun 2023 mencapai 4,47 persen dibanding tahun sebelumnya.
Kuliner adalah salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus tumbuh di sepanjang tahun 2023. Kontribusi sektor makanan dan minuman (mamin) terhadap PDB industri nonmigas mencapai 39,10 persen dan menyumbang 6,55 persen terhadap PDB nasional.
Tidak hanya itu industri makanan dan minuman juga mencatat nilai ekspor 41,70 miliar dolar AS pada tahun tersebut, bahkan bisa surplus 25,21 miliar dolar AS.
Selain itu, penanaman modal di sektor industri makanan dan minuman masih bertumbuh dan diminati oleh para investor nasional dan global. Hal ini terlihat dari perkembangan realisasi investasi di sektor ini yang mencapai Rp85,10 triliun pada tahun 2023.
Dari data-data tersebut sudah saatnya sektor kuliner di Tanah Air dikembangkan, khususnya pelaku UMKM. Banyak dari bisnis ini bertahan tiga sampai empat generasi. Semua itu masih eksis hingga saat ini menjadi kewajiban pengambil kebijakan untuk melestarikan.
Izin BPOM dan sertifikat halal, sebagai contoh, menjadi tantangan agar bisnis kuliner dapat berkembang setara dengan pelaku industri besar. Semua ini bisa digulirkan apabila ada dukungan dari pengambil kebijakan, termasuk memberikan kemudahan dalam prosesnya.