Palu (ANTARA) - Akademisi Universitas Tadulako (Untad) Prof Abdul Rauf mengatakan agroforestri serta rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) menjadi upaya penting dalam menjaga keberlanjutan dan kebermanfaatan optimal sumber daya alam (SDA) pada kawasan cagar biosfer di Kabupaten Poso dan Sigi.
 
"Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Palu-Poso memiliki dua fokus utama kegiatan pada Forest Programme III Sulawesi, yakni agroforestri dan sipil engineer atau tindakan-tindakan konservasi yang dilakukan dengan membangun bangunan konservasi bangunan tanah dan air," kata Prof Abdul Rauf saat menjadi narasumber pada kegiatan talkshow bertema 'Agroforestri dan RLH' di Palu, Senin.
 
BPDASHL Palu-Poso, Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL), dan Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) Sulawesi merupakan Unit pelaksana Proyek (PIU) dari Forest Programme III Sulawesi.
 
Program ini merupakan proyek yang berada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan dana dari Pemerintah Jerman melalui Kementerian Federal Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ).
 
Abdul Rauf mengatakan agroforestri yang juga masih bagian dari RHL yang merupakan pendekatan vegetatif, penting dilakukan karena manusia hidup pada lingkungan yang tidak bisa memisahkan diri dari sumber daya hutan dan lahan.
 
Agroforestri merupakan bentuk pengelolaan sumber daya yang menggabungkan budidaya tanaman kehutanan atau jenis kayu-kayuan dengan penanaman tanaman pertanian.
 
Menurut dia, sumber daya alam harus dikelola dengan baik untuk menjaga lingkungan tidak mengalami kerusakan, seperti gagal panen atau bencana alam.

Dalam pengelolaan ini, kata dia, masyarakat merupakan pelaku utama karena menjadi kewajiban setiap manusia dalam menjaga kebermanfaatan alam, dan bukan hanya menjadi tugas pemerintah.
 
Ia menyampaikan agroforestri bukan hanya sekedar menanam tetapi untuk memperbaiki lingkungan hidup melalui tutupan vegetasinya, sistem ekologi, sistem silvikultur, dan meningkatkan pendapatan masyarakat dari apa yang dihasilkan dari agroforestri.
 
"Dengan pengelolaan yang baik, sehingga memperoleh manfaat sumber daya yang optimal dan berkelanjutan, serta memberikan penghidupan yang bagus terhadap masyarakat," kata Konsultan Nasional Forest Programme III Sulawesi periode tahun 2017-2022 ini.
 
Untuk itu, kata dia, melalui dukungan BPDASHL Palu-Poso pada Forest Programme III Sulawesi ini, masyarakat turut terlibat dalam mengelola sumber daya alam yang sudah ada, sekaligus meningkatkan sumber daya tersebut untuk kepentingan perekonomian masyarakat.
 
Sampai pada Juni 2023, kegiatan agroforestri dan hutan rakyat ini telah dikembangkan di 38 desa dengan melibatkan 58 kelompok tani, dan lebih dari 20 jenis tanaman (kayu, MPTS, dan herba), dengan total luas agroforestri seluas 1.115 hektare.
 
Adapun yang menjadi wilayah Forest Programme III Sulawesi yakni Desa Baluase, Rogo, Bulubete, Walatana dan Banggai di Kecamatan Dolo Selatan, Kecamatan Palolo, Kulawi di Kabupaten Sigi, serta Napu dan Bada di Kabupaten Poso.

 

Pewarta : Nur Amalia Amir
Editor : Andilala
Copyright © ANTARA 2024