Palu (ANTARA) -
Bank Indonesia menyebutkan nilai ekspor Sulawesi Tengah (Sulteng) hingga Juni 2024 atau triwulan II mencapai 1.783,20 juta Dolar AS atau meningkat sebesar 9,13 persen (yoy).
"Meningkatnya nilai ekspor didominasi oleh industri logam dasar atau produk turunan nikel," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Sulteng Rony Hartawan di Palu, Rabu.
Ia menjelaskan berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Sulteng pada triwulan II 2024 tumbuh 9,75 persen.
Meskipun melambat dibandingkan dengan triwulan I 2024 sebesar 10,49 persen, namun pertumbuhan ekonomi Sulteng tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan nasional sebesar 5,05 persen.
"Sulteng menjadi pertumbuhan tertinggi ketiga setelah Papua Barat dan Maluku Utara," sebutnya.
Lanjut Rony mengatakan, di sisi lapangan usaha, kinerja ekonomi Sulteng pada triwulan II tahun ini dipengaruhi oleh lapangan usaha industri pengolahan, pertambangan dan pertanian.
"Dari sisi pengeluaran, kinerja ekonomi Sulteng pada triwulan II ditopang oleh kinerja positif ekspor dan konsumsi rumah tangga," tuturnya.
Ia optimis konsumsi rumah tangga tetap terjaga, meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya pasca hari besar keagamaan lebaran Idul Fitri dan penyelenggaraan Pemilu 2024.
"BPS juga mencatat realisasi inflasi Sulteng per Juli 2024 sebesar 2,45 persen, lebih rendah dibandingkan dengan Juni sebesar 2,82 persen," ucap Rony.
Perkembangan itu dipengaruhi oleh penurunan inflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau dari 6,86 persen menjadi 5,10 persen.
"Hal itu seiring dengan deflasi yang terjadi pada sejumlah komoditas volatile food antara lain ikan cakalang, ikan selar, ikan kembung, ikan lajang dan bawang merah," ujarnya.
Rony menambahkan, ekonomi Sulteng pada 2024 diperkirakan tetap tinggi yang didukung oleh kinerja industri pengolahan logam, dasar, penyelenggaraan Pilkada pada November 2024, serta beroperasinya dan berlanjutnya pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Sementara itu, inflasi Sulteng pada akhir tahun 2024 diperkirakan berada pada kisaran sasaran inflasi nasional yakni 2,5 persen plus minus 1 persen.