Sigi, Sulteng (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sigi, Sulawesi Tengah, terus berupaya mengatasi dan menekan angka kemiskinan ekstrem dengan pemberdayaan berkelanjutan di daerah itu.
"Untuk pengentasan kemiskinan untuk di Sigi terendah keempat setelah Kota Palu 6,56 persen, Kabupaten Banggai 6,94 persen dan Morowali 12,83 persen," sebutnya.
Irwan menyampaikan bantuan yang diberikan kepada masyarakat memiliki kriteria, seperti masih berusia produktif untuk bekerja sehingga dapat melakukan kegiatan peternakan dan sebagainya.
Bupati Sigi Mohamad Irwan Lapatta di Bora, Sabtu, mengatakan program gerak cepat pengentasan kemiskinan ekstrem berbasis pemberdayaan berkelanjutan merupakan inisiasi dari Dinas Sosial setempat.
"Tentunya ini merupakan salah satu bagian dari upaya mempercepat pengentasan kemiskinan ekstrem di wilayah tersebut, " kata Irwan Lapatta.
Ia mengemukakan pentingnya program pemberdayaan berkelanjutan dalam mengatasi kemiskinan secara komprehensif.
"Upaya ini tidak hanya memberikan bantuan sementara, tetapi juga mendorong masyarakat untuk berdaya secara ekonomi dan sosial melalui pemberdayaan yang berkelanjutan," ucapnya.
Pemerintah daerah, kata dia, meminta masyarakat di Kabupaten Sigi lebih memahami dan memanfaatkan program pengentasan kemiskinan ekstrem berbasis pemberdayaan berkelanjutan tersebut.
"Harapannya sosialisasi program ini dapat memberikan pemahaman yang lebih luas kepada masyarakat tentang pentingnya peran aktif mereka dalam memanfaatkan program itu guna mencapai kesejahteraan jangka panjang," ujarnya.
Ia menyebutkan untuk angka kemiskinan Kabupaten Sigi berada di urutan keempat dengan angka 12,83 persen.
"Untuk pengentasan kemiskinan untuk di Sigi terendah keempat setelah Kota Palu 6,56 persen, Kabupaten Banggai 6,94 persen dan Morowali 12,83 persen," sebutnya.
Menurutnya, pemberdayaan dan pemberian bantuan kepada masyarakat agar menjadi produktif dalam kehidupannya sehari-hari.
"Tentu ini terus dilakukan sebagai upaya pemberdayaan seperti pemberian hewan ternak kepada masyarakat dengan harapan hasil ternak itu dapat dijual dan meningkatkan perekonomian bagi keluarga itu sendiri," bebernya.
Irwan menyampaikan bantuan yang diberikan kepada masyarakat memiliki kriteria, seperti masih berusia produktif untuk bekerja sehingga dapat melakukan kegiatan peternakan dan sebagainya.
"Jika masyarakat bisa beternak dan berhasil maka keuntungan dari itu dapat meningkatkan perekonomian keluarganya masing-masing, " tuturnya.
Berdasarkan data Pemkab Sigi, masyarakat miskin di wilayah itu tahun 2024 sebesar 12,83 persen dengan total 31.470 jiwa. Sedangkan masyarakat dengan status miskin ekstrem di Sigi sebanyak 5.080 jiwa dengan persentase mencapai 2,07 persen.