Palu (ANTARA) -
Akademisi dari Universitas Tadulako (Untad) Palu Eko Joko Lelono berharap besarnya investasi yang masuk di Sulawesi Tengah (Sulteng), dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Kami berharap semakin besar investasi, semakin terbuka peluang lapangan kerja," kata Eko Joko Lelono di Palu, Kamis.
Dia menjelaskan investasi di Sulteng masih didominasi oleh Sektor pengolahan, pertambangan dan penggalian. Investasi di sektor itu membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan khusus. Selain itu, investasi masuk masih bersifat pada modal, bukan padat karya.
"Yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah daerah, bagaimana investasi itu, bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya membuka lapangan kerja yang seluas-luasnya," katanya menegaskan.
Dia mengingatkan investasi padat modal membutuhkan butuh teknologi dan butuh keterampilan cukup. Dimana para investor pastinya mempertimbangkan penggunaan tenaga kerja lokal kewilayahan. Eko mengakui, jebolan pendidikan di Sulteng saat ini, belum cukup untuk memenuhi kebutuhan investasi padat modal yang sudah masuk.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) masih bertahan di peringkat keempat, untuk realisasi investasi selama triwulan II tahun 2024 se-Indonesia.
"Sulteng peringkat keempat dengan realisasi investasi sebesar Rp59,8 triliun," kata Kepala BPS Sulteng Simon Sapary.
Dia menjelaskan peringkat pertama, yakni Jawa Barat sebesar Rp128,3 triliun, disusul DKI Jakarta Rp120,4 triliun, Jawa Timur Rp71,7 triliun dan Banten Rp58,3 triliun. Sementara, realisasi investasi di Sulteng pada triwulan I-2024 sebesar Rp27 triliun.
"Ada peningkatan cukup signifikan, baik penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri," katanya.
Akademisi dari Universitas Tadulako (Untad) Palu Eko Joko Lelono berharap besarnya investasi yang masuk di Sulawesi Tengah (Sulteng), dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Kami berharap semakin besar investasi, semakin terbuka peluang lapangan kerja," kata Eko Joko Lelono di Palu, Kamis.
Dia menjelaskan investasi di Sulteng masih didominasi oleh Sektor pengolahan, pertambangan dan penggalian. Investasi di sektor itu membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan khusus. Selain itu, investasi masuk masih bersifat pada modal, bukan padat karya.
"Yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah daerah, bagaimana investasi itu, bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya membuka lapangan kerja yang seluas-luasnya," katanya menegaskan.
Dia mengingatkan investasi padat modal membutuhkan butuh teknologi dan butuh keterampilan cukup. Dimana para investor pastinya mempertimbangkan penggunaan tenaga kerja lokal kewilayahan. Eko mengakui, jebolan pendidikan di Sulteng saat ini, belum cukup untuk memenuhi kebutuhan investasi padat modal yang sudah masuk.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) masih bertahan di peringkat keempat, untuk realisasi investasi selama triwulan II tahun 2024 se-Indonesia.
"Sulteng peringkat keempat dengan realisasi investasi sebesar Rp59,8 triliun," kata Kepala BPS Sulteng Simon Sapary.
Dia menjelaskan peringkat pertama, yakni Jawa Barat sebesar Rp128,3 triliun, disusul DKI Jakarta Rp120,4 triliun, Jawa Timur Rp71,7 triliun dan Banten Rp58,3 triliun. Sementara, realisasi investasi di Sulteng pada triwulan I-2024 sebesar Rp27 triliun.
"Ada peningkatan cukup signifikan, baik penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri," katanya.