Palu (ANTARA) -
Pemerintah Kota Palu mengatur strategi pencegahan pengendalian harga bahan pangan di ibu kota Sulawesi Tengah menjelang akhir tahun 2024, karena di penghujung tahun biasanya terjadi gejolak harga bahan pokok.
 
 
"Di momen Natal dan Tahun Baru memberikan pengaruh terhadap harga bahan pangan, sehingga jauh hari sebelumnya kami sudah harus melakukan langkah-langkah antisipasi," kata Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah (Setda) Kota Palu Husaema di Palu, Selasa.
 
Ia menjelaskan langkah konkret dilakukan Pemkot Palu masih tetap model intervensi pasar murah maupun pasar keliling oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) setempat, inspeksi bahan pangan di tingkat distributor.
 
Kemudian membangun kolaborasi bersama pemangku kepentingan bidang perdagangan yakni Bulog, Bidang keamanan TNI/Polri untuk mengantisipasi terjadinya penimbunan bahan pokok serta menjamin ketersediaan pasokan bahan pangan.
 
"Tentunya subsidi masih tetap diterapkan dalam kegiatan pasar murah. Yang mana biasanya subsidi Rp5 ribu pada masing-masing komoditas dijual di pasar murah," ujarnya yang juga bagian dari satuan tugas (Satgas) pangan Kota Palu.
 
Sementara itu Kepala Bagian Ekonomi dan Pembangunan Setda Kota Palu Rahmad Mustafa mengatakan, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) berupaya menjaga stabilitas harga bahan pokok salah satunya menggunakan pendekatan program Palu Mandiri Tangguh Pangan (Palu Mantap) diintervensi dari bagian hulu.
 
"Intervensi ini memberdayakan petani atau kelompok tani menanam cabai, yang mana TPID telah menyalurkan 500 bibit cabai ke masing-masing Balai Penyuluh Pertanian (BPP) untuk ditanam petani di wilayah kerja masing-masing yang dikemas dalam bentuk lomba," jelasnya.
 
Lebih lanjut dijelaskan Kota Palu memiliki lima BPP, sehingga total benih disalurkan sebanyak 2.500 bibit, yang mana saat ini usia tanam sudah 30 hari.
 
Hal itu dimaksudkan untuk memenuhi ketersediaan cabai dalam daerah pada Desember nanti, sebab pada akhir tahun 2023 stok cabai kota Palu kurang sehingga harga berpengaruh dan melonjak di kisaran Rp100 ribu lebih per kilogram.
 
"Program ini dilakukan dari hulu ke hilir untuk menjaga ketersediaan bahan pangan. Setiap bibit ditanam diharapkan dapat menghasilkan dua kilogram cabai, itu sebabnya TPID gencar melakukan pemenuhan cabai, karena komoditas tersebut salah satu mempengaruhi inflasi daerah," tutur Rahmad.

Pewarta : Mohamad Ridwan
Editor : Andilala
Copyright © ANTARA 2024