London (ANTARA) - Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (EU) Kaja Kallas pada Senin (16/12) menyerukan penghapusan pengaruh Rusia dan Iran pada masa depan Suriah.

Saat berbicara kepada wartawan setelah bertemu para menteri luar negeri Eropa, Kallas menguraikan visi EU untuk mendukung Suriah yang stabil dan inklusif, serta bebas dari ekstremisme dan campur tangan asing.

"Banyak menteri luar negeri menekankan bahwa itu harus menjadi syarat bagi kepemimpinan baru, yaitu menghilangkan pengaruh Rusia di Suriah," kata Kallas kepada wartawan.

"Tidak ada tempat bagi ekstremisme, Rusia, atau Iran pada masa depan Suriah," katanya menambahkan. 

Dia juga mengatakan bahwa EU bersiap untuk menjadi tuan rumah konferensi ke-9 mengenai Suriah, Brussels Syria Conference.

Konferensi tersebut merupakan sebuah upaya penggalangan dana besar-besaran untuk memberikan dukungan berkelanjutan bagi pemulihan Suriah.

"Kami mendukung rakyat Suriah sepanjang masa transisi ini, sebagaimana yang kami lakukan selama pemerintahan brutal (Bashar) Assad," kata Kallas, merujuk pada pemimpin Suriah yang digulingkan.

Sembari merujuk pada intervensi-intervensi sebelumnya, Kallas memperingatkan agar jangan sampai ada kekosongan kekuasaan, seperti yang terjadi di Libya dan Afghanistan.

"Kita juga perlu hadir, karena jika kita adalah pihak yang membantu rekonstruksi, kita perlu duduk bersama dengan para pelaku di kawasan itu. Menghindari kekosongan adalah kunci untuk memastikan stabilitas," ujarnya.

Visi EU untuk Suriah meliputi pembinaan perdamaian di antara berbagai kelompok di negara tersebut, memungkinkan kembalinya para pengungsi, serta memastikan stabilitas jangka panjang di kawasan itu.

Meski Kallas mengakui retorika positif dari kepemimpinan Suriah saat ini, dia menyatakan kehati-hatian. "Sekarang, mereka mengatakan hal yang benar, tetapi tidak semua orang yakin bahwa mereka melakukan hal yang benar," katanya.

Saat masyarakat internasional ingin memastikan masa depan yang lebih cerah bagi Suriah, Kallas menekankan keinginan kolektif untuk negara yang damai dan stabil.

"Semua orang menginginkan stabilitas di Suriah. Semua orang ingin semua kelompok hidup di sana dengan damai sehingga para pengungsi bisa kembali ke negara yang stabil di kawasan itu."

Meski ada aspirasi semacam itu, Kallas menggambarkan masa depan Suriah "penuh harapan tetapi tidak pasti," dan mendesak semua pihak menjaga kewaspadaan dalam mengarahkan negara itu menuju perubahan yang positif dan berkelanjutan.

Assad, yang memimpin Suriah dengan tangan besi selama hampir 25 tahun, melarikan diri ke Rusia pada 8 Desember setelah kelompok anti rezim merebut kendali Ibu Kota Damaskus.

Pengambilalihan itu terjadi ketika kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) merebut kota-kota utama di seluruh negeri melalui serangan cepat yang berlangsung kurang dari dua pekan.
 

Sumber: Anadolu 


 

Pewarta : Katriana
Editor : Andriy Karantiti
Copyright © ANTARA 2024