Parigi, (Antaranews Sulteng) - Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah akan mengadopsi teknologi budidaya udang supra intensif skala rakyat yang diluncurkan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah.
"Teknologi ini akan diuji coba di seluruh kabupaten di Sulawesi Tengah termasuk Parigi Moutong. Ke depan teknologi ini akan kita adopsi untuk masyarakat," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Parigi Moutong, Sabaruddin Kilis di Parigi, Jumat.
Pola budidaya menggunakan kolam plastik ini dinilai investasinya lebih hemat dibanding menggunakan tambak dan kolam beton.
Kadis KP Sulteng, yang juga penemu teknologi budidaya udang supra intensif Dr Ir H Hasanuddin Atjo, MP (pegang mic) menjelasn kepada Tim Komisi IV DPR RI hasil rekayasa konstruksi teknologi ini sehingga dapat direplikasi pengusaha tambak skala kecil di Palu, Selasa (20/2) (Antaranews Sulteng/Humas Pmeprov)
Menurut Sabaruddin, teknologi yang dirilis Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng ini, sangat cocok diadopsi untuk masyarakat di daerahnya, selain biayanya kecil juga sangat cocok diimplementasikan oleh pelaku usaha kecil dan menengah di kabupaten itu.
"Kolam buatan ini sangat cocok diterapkan, karena konsutruksinya sangat sederhana dan tidak membutuhkan lahan yang luas. Bisa diterapkan di halaman rumah dan sangat memberikan peluang usaha bagi masyarakat," katanya.
Parigi Moutong merupakan salah satu kabupaten yang saat ini tengah gencar melakukan budidaya udang khususnya jenis udang vaname termasuk budidaya ikan bandeng menggunakan tambak.
Sabaruddin menjelaskan, dari sekitar 10.816 hentare tambak yang ada di kabupaten ini, baru sekitar 3.000 hektare terkelolah dengan baik.
Budidaya udang maupun ikan bandeng menggunakan sistem tambak, paparnya, memang membutuhkan anggaran yang cukup besar.
Sejauh ini petambak Parigi Moutong masih menggunakan pola tersebut, dimana sebagaian besar petambak ini memiliki lahan yang cukup luas dan tidak semua masyarakat memiliki lahan luas.
Sehingga alternatif membuka peluang usaha bagi masyarakat lewat penggunaan metode budidaya udang supra intensif skala rakyat.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan, pola tersebut relatif lebih murah dengan biaya investasi konstruksi hanya sekitar Rp20 juta setiap petak. Setiap petak kolam memiliki kapasitas tampung air 50 ton dengan biaya operasional ditaksir hanya sekitar Rp12 juta/petak.
"Jadi sekali panen bisa sampai 300 kilogram udang vaname per satu kolam dan dalam setahun panen udang bisa sampai tiga kali. Nah, ini coba kita terapkan selain untuk budidaya udang mungkin budidaya ikan bandeng mengunakan pola ini ke depan," tuturnya.
"Teknologi ini akan diuji coba di seluruh kabupaten di Sulawesi Tengah termasuk Parigi Moutong. Ke depan teknologi ini akan kita adopsi untuk masyarakat," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Parigi Moutong, Sabaruddin Kilis di Parigi, Jumat.
Pola budidaya menggunakan kolam plastik ini dinilai investasinya lebih hemat dibanding menggunakan tambak dan kolam beton.
Menurut Sabaruddin, teknologi yang dirilis Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng ini, sangat cocok diadopsi untuk masyarakat di daerahnya, selain biayanya kecil juga sangat cocok diimplementasikan oleh pelaku usaha kecil dan menengah di kabupaten itu.
"Kolam buatan ini sangat cocok diterapkan, karena konsutruksinya sangat sederhana dan tidak membutuhkan lahan yang luas. Bisa diterapkan di halaman rumah dan sangat memberikan peluang usaha bagi masyarakat," katanya.
Parigi Moutong merupakan salah satu kabupaten yang saat ini tengah gencar melakukan budidaya udang khususnya jenis udang vaname termasuk budidaya ikan bandeng menggunakan tambak.
Sabaruddin menjelaskan, dari sekitar 10.816 hentare tambak yang ada di kabupaten ini, baru sekitar 3.000 hektare terkelolah dengan baik.
Budidaya udang maupun ikan bandeng menggunakan sistem tambak, paparnya, memang membutuhkan anggaran yang cukup besar.
Sejauh ini petambak Parigi Moutong masih menggunakan pola tersebut, dimana sebagaian besar petambak ini memiliki lahan yang cukup luas dan tidak semua masyarakat memiliki lahan luas.
Sehingga alternatif membuka peluang usaha bagi masyarakat lewat penggunaan metode budidaya udang supra intensif skala rakyat.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan, pola tersebut relatif lebih murah dengan biaya investasi konstruksi hanya sekitar Rp20 juta setiap petak. Setiap petak kolam memiliki kapasitas tampung air 50 ton dengan biaya operasional ditaksir hanya sekitar Rp12 juta/petak.
"Jadi sekali panen bisa sampai 300 kilogram udang vaname per satu kolam dan dalam setahun panen udang bisa sampai tiga kali. Nah, ini coba kita terapkan selain untuk budidaya udang mungkin budidaya ikan bandeng mengunakan pola ini ke depan," tuturnya.