Parigi (Antaranews Sulteng) - Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Nelson Meubun mengatakan tanaman palawija di kabupaten itu tidak mengenal musim tanam sehingga setiap saat selalu tersedia.
"Berdasarkan rekapan dari masing-masing kecamatan bahwa tanaman palawija kapan saja bisa diolah tidak mesti menunggu musim tanam," jelas Nelson di Parigi, Rabu.
Dari berbagia tanaman palawija di Parigi Moutong hanya lima komoditas tercatat memiliki produksi yang baik di antaranya, tanaman ubi kayu atau singkong dengan jumlah produksi sebesar 5.053 ton sementara produktivitasnya 271,34 kuintal/hektare.
Demikian pula ubi jalar produktivitasnya mencapai 157,21 kuintal/hektare dengan jumlah produksi 3.861 ton.
Sementara kacang tanah produktivitas 11,68 kuintal/hektare dengan jumlah produksi 312 ton, dan komoditas kacang kedelai sebesar 687 ton dengan produktivitas 19,98 kuintal/hektare.
"Dua komoditas ini produksinya terbilang kecil," katanya.
Sedangkan komoditas jagung produksi paling besar bagi tanaman palawija di kabupaten itu yakni mencapai 31.234 ton dengan produktivitas 46,70 kuintal/hektare.
Nelson mengatakan, tanaman palawija tersebut dapat ditanam tidak harus musim tanam karena kondisi geografis dan kontur tanah hampir di semua wilayah cukup subur sehingga sangat cocok untuk tanaman pertanian.
Tanaman pertanian selain padi itu bisa tumbuh subur di kabupaten tersebut meski terjadi cuaca ektrim.
"Musim tanam dan panen tidak sekaligus terjadi di semua wilayah ada fase dimana sebagian wilayah masih menanam ada juga sebagian panen sehingga tetap berkesinambungan meskipun skalanya kecil," tutur Nelson.
Sebagian produksi pertanian dan perkebunan di kabupaten itu masih menjadi primadona di Sulteng bahkan ikut penyumbang ketahanan pangan nasional.
"Kita patut berbangga dengan hasil produksi pertanian salah satunya komoditas jagung yang saat ini Parigi Moutong ditetapkan sebagai salah satu kabupaten mandiri benih karena varietas jagung kita merupakan variets unggul," ujarnya.Budi Suyanto.***
"Berdasarkan rekapan dari masing-masing kecamatan bahwa tanaman palawija kapan saja bisa diolah tidak mesti menunggu musim tanam," jelas Nelson di Parigi, Rabu.
Dari berbagia tanaman palawija di Parigi Moutong hanya lima komoditas tercatat memiliki produksi yang baik di antaranya, tanaman ubi kayu atau singkong dengan jumlah produksi sebesar 5.053 ton sementara produktivitasnya 271,34 kuintal/hektare.
Demikian pula ubi jalar produktivitasnya mencapai 157,21 kuintal/hektare dengan jumlah produksi 3.861 ton.
Sementara kacang tanah produktivitas 11,68 kuintal/hektare dengan jumlah produksi 312 ton, dan komoditas kacang kedelai sebesar 687 ton dengan produktivitas 19,98 kuintal/hektare.
"Dua komoditas ini produksinya terbilang kecil," katanya.
Sedangkan komoditas jagung produksi paling besar bagi tanaman palawija di kabupaten itu yakni mencapai 31.234 ton dengan produktivitas 46,70 kuintal/hektare.
Nelson mengatakan, tanaman palawija tersebut dapat ditanam tidak harus musim tanam karena kondisi geografis dan kontur tanah hampir di semua wilayah cukup subur sehingga sangat cocok untuk tanaman pertanian.
Tanaman pertanian selain padi itu bisa tumbuh subur di kabupaten tersebut meski terjadi cuaca ektrim.
"Musim tanam dan panen tidak sekaligus terjadi di semua wilayah ada fase dimana sebagian wilayah masih menanam ada juga sebagian panen sehingga tetap berkesinambungan meskipun skalanya kecil," tutur Nelson.
Sebagian produksi pertanian dan perkebunan di kabupaten itu masih menjadi primadona di Sulteng bahkan ikut penyumbang ketahanan pangan nasional.
"Kita patut berbangga dengan hasil produksi pertanian salah satunya komoditas jagung yang saat ini Parigi Moutong ditetapkan sebagai salah satu kabupaten mandiri benih karena varietas jagung kita merupakan variets unggul," ujarnya.Budi Suyanto.***