New York,  (Antaranews Sulteng) - Kurs dolar AS kembali melemah terhadap sekeranjang mata uang utama pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena investor mengatur posisi mereka menjelang laporan pekerjaan untuk Agustus yang sangat diantisipasi pada Jumat waktu setempat.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, turun 0,13 persen menjadi 95,061 pada akhir perdagangan. Indeks mencapai tertinggi dalam dua minggu pada Selasa (4/9).

"Dolar baru saja menyerahkan beberapa keuntungannya, secara umum, setelah berkinerja lebih baik, menjelang data pekerjaan penting besok," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions di Washington.

"Ini hanya penyesuaian posisi menjelang data penggajian," katanya.

Pada Kamis (6/9), Laporan Pekerjaan Nasional ADP menunjukkan lapangan pekerjaan swasta meningkat 163.000 pekerjaan pada bulan lalu. Ekonom yang disurvei oleh Reuters telah memperkirakan pekerjaan swasta meningkat 190.000 pekerjaan bulan lalu.

Sementara laporan ADP memiliki catatan tidak menentu memprediksi komponen "payroll" (penggajian) swasta dari laporan pekerjaan, itu "mungkin merupakan petunjuk bahwa pertumbuhan lapangan kerja telah mulai memudar lagi setelah sangat kuat dalam paruh pertama tahun ini," kata Paul Ashworth, kepala ekonom AS di Capital Economics di Toronto.

Sementara Federal Reserve berada di jalur untuk menaikkan suku bunga bulan ini untuk ketiga kalinya tahun ini, data Jumat akan membantu membentuk prospek suku bunga, kata Manimbo.

Dolar AS juga berada di bawah tekanan karena para investor mencari yen Jepang dan franc Swiss, di tengah ketidakpastian berkelanjutan di bidang perdagangan, kata para analis.

Trump dapat mengenakan retribusi lebih dari 200 miliar dolar AS atas barang-barang impor dari China pada Kamis (6/9 ketika periode komentar publik tentang tarif baru berakhir. Itu akan mewakili peningkatan signifikan dari perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia.

Greenback 0,54 persen lebih rendah terhadap yen Jepang dan turun 0,56 persen terhadap franc Swiss.

Mata uang Swiss dan Jepang sering dicari pada saat terjadi ketegangan global, karena negara-negara tersebut memiliki surplus neraca transaksi berjalan yang besar.

Pound Inggris, yang naik karena optimisme tentang kemungkinan kesepakatan Brexit menyusul laporan Bloomberg pada Rabu (5/9), menambah keuntungannya meskipun Jerman tampak membantah laporan tersebut.

Sterling naik 0,21 persen terhadap dolar AS.

Yang pasti, greenback kemungkinan akan didukung dengan baik dalam beberapa hari mendatang karena para investor bergulat dengan ketidakpastian yang terkait dengan perdagangan, kata para analis.

"Dolar AS masih diminati karena penurunan harga atau permintaan," kata Dean Popplewell, wakil presiden analisis pasar di OANDA, di Toronto.

Dolar Kanada naik terhadap dolar AS setelah pejabat senior Bank of Canada mengindikasikan bank sentral mungkin terpaksa menaikkan suku bunga jika pembicaraan untuk merundingkan kembali pakta perdagangan NAFTA gagal, mengatakan tindakan proteksionis dapat memacu inflasi.

Baca juga: Jajak pendapat: mata uang negara-negara berkembang akan bangkit kembali 
Baca juga: Dolar AS terus melemah di tengah kesepakatan perdagangan AS-Meksiko
Baca juga: Dolar AS melemah di tengah pidato Ketua Federal Reserve


Pewarta : -
Uploader : Sukardi
Copyright © ANTARA 2024