Palu (Antaranews Sulteng) - Yayasan Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) siap melanjutkan pencarian korban yang tertimpa reruntuhan bangunan dan tertimbun tanah akibat gempa yang menyebabkan pencairan tanah atau likuifaksi di kawasan Perumnas Balaroa, Kota Palu.
"Kalau pemerintah daerah meminta kita untuk membantu melanjutkan pencarian korban di sana, kita akan lakukan. Kalau tidak, maka kami akan hentikan," kata General Manager Komunikasi ACT Lukman Aziz di sela-sela memantau proses pencarian korban meninggal di kawasan perumahan Balaroa, Jumat.
Lukman mengatakan ACT sangat siap jika Pemda Sulawesi Tengah membutuhkan relawan untuk membantu proses pencarian korban meninggal, baik di kawasan perumnas pertama di Kota Palu itu maupun di Kelurahan Petobo.
"Sesuai prosedur standar (SOP) Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), pencarian korban bencana berlangsung selama tujuh hari dengan perpanjangan tiga hari," kata Komandan Regu Evakuasi ACT di Perumnas Balaroa, Tejo Kuntoro di sela-sela pencari jenazah di lokasi tersebut.
Hingga Kamis (11/10) jumlah korban meninggal dunia akibat gempa dan tsunami di Kota Palu sebanyak 2.071 orang termasuk korban meninggal dunia yang dievakuasi dari Perumnas Balaroa.
"Kalau di Perumnas Balaroa tidak kurang dari 300 jenazah ditemukan. ACT sendiri menemukan sekitar 60 mayat di lokasi itu," ujar Tejo.
Ia menyatakan relawan evakuasi yang diterjunkan ACT untuk mencari jenazah di sana sekitar 30 orang. Setiap hari mereka bersama petugas dari Basarnas, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan relawan dari lembaga dan yayasan kemanusiaan bahu membahu mencari jenazah yang terjebak di puing-puing bangunan dan di dalam tanah.
"Sejak hari kedua pascabencana, kita sudah sini mengevakuasi korban. Tantangan tersulit selama mencari korban yakni medan karena kami melewati reruntuhan dan tanah yang longsor," jelas Tejo.
"Kalau pemerintah daerah meminta kita untuk membantu melanjutkan pencarian korban di sana, kita akan lakukan. Kalau tidak, maka kami akan hentikan," kata General Manager Komunikasi ACT Lukman Aziz di sela-sela memantau proses pencarian korban meninggal di kawasan perumahan Balaroa, Jumat.
Lukman mengatakan ACT sangat siap jika Pemda Sulawesi Tengah membutuhkan relawan untuk membantu proses pencarian korban meninggal, baik di kawasan perumnas pertama di Kota Palu itu maupun di Kelurahan Petobo.
"Sesuai prosedur standar (SOP) Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), pencarian korban bencana berlangsung selama tujuh hari dengan perpanjangan tiga hari," kata Komandan Regu Evakuasi ACT di Perumnas Balaroa, Tejo Kuntoro di sela-sela pencari jenazah di lokasi tersebut.
Hingga Kamis (11/10) jumlah korban meninggal dunia akibat gempa dan tsunami di Kota Palu sebanyak 2.071 orang termasuk korban meninggal dunia yang dievakuasi dari Perumnas Balaroa.
"Kalau di Perumnas Balaroa tidak kurang dari 300 jenazah ditemukan. ACT sendiri menemukan sekitar 60 mayat di lokasi itu," ujar Tejo.
Ia menyatakan relawan evakuasi yang diterjunkan ACT untuk mencari jenazah di sana sekitar 30 orang. Setiap hari mereka bersama petugas dari Basarnas, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan relawan dari lembaga dan yayasan kemanusiaan bahu membahu mencari jenazah yang terjebak di puing-puing bangunan dan di dalam tanah.
"Sejak hari kedua pascabencana, kita sudah sini mengevakuasi korban. Tantangan tersulit selama mencari korban yakni medan karena kami melewati reruntuhan dan tanah yang longsor," jelas Tejo.