Pontianak, (Antaranews Sulteng) - Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa atau "Food and Agriculture Organization (FAO)" telah meluncurkan program pemulihan untuk membantu lebih dari 70 ribu petani dan nelayan di Provinsi Sulawesi Tengah.
Program pemulihan berupa kembali menanam bahan pangan dan melaut, setelah serangkaian bencana alam yang menghancurkan di wilayah Sulteng, kata Stephen Rudgard, Perwakilan FAO di Indonesia dalam keterangan tertulis di Pontianak, Selasa.
"Keluarga di Sulawesi Tengah sangat bergantung pada kegiatan pertanian dan perikanan. Bagi banyak mayoritas penduduk, ini adalah satu-satunya sumber makanan dan pendapatan mereka. Dengan bencana ini mereka kehilangan mata pencaharian," ucapnya.
Mereka kehilangan hasil panen dan sarana mereka untuk menanam atau mengakses makanan lagi alat pertanian, benih, dan peralatan untuk menangkap ikan, ujarnya.
Selama tiga bulan ke depan, FAO bertujuan untuk menjangkau 50.000 petani dengan benih sayuran, pupuk dan alat-alat tangan kecil, seperti sekop dan cangkul. Kemudian 20 ribu nelayan juga akan menerima peralatan peralatan untuk menangkap ikan.
Target penerima keluarga petani dan nelayan di daerah yang paling terpukul oleh bencana di Donggala, Sigi, Palu dan Parigi Moutong di Provinsi Sulawesi Tengah.
FAO juga menyiapkan skema bantuan tunai untuk mendukung 4.000 ibu hamil dan ibu dengan anak di bawah lima tahun, untuk memungkinkan mereka mengakses makanan bergizi.
Stephen Rudgard menambahkan, bahwa banyak orang di Indonesia telah mengalami ini sebelumnya dan cukup tangguh untuk kembali bangkit.
Namun penting bahwa FAO hadir, dalam mendukung upaya pemerintah untuk membantu masyarakat Sulawesi Tengah agar segera bangkit.
Melalui program bantuan ini masyarakat Indonesia dapat memulihkan produksi makanan mereka secepat mungkin dan menghindari lebih banyak kelaparan dan penderitaan di masa depan, ujar Rudgard.
FAO memperkirakan tingkat kerusakan yang sebenarnya lebih tinggi dari yang terdata. Hingga saat ini, diperkirakan bahwa hampir 10.000 hektare lahan pertanian telah rusak, dengan padi dan tanaman jagung yang paling terkena pengaruh.
Hilangnya produksi sayuran juga diperkirakan sangat tinggi. Di Kabupaten Sigi, kerusakan pada sistem irigasi utama telah memutus pasokan air ke lebih dari 8.000 hektare lahan pertanian dan kawasan budidaya pertanian.
Terdapat pula risiko tinggi untuk gagal panen lebih lanjut karena berkurangnya tenaga kerja pertanian, hilangnya persediaan pertanian yang disimpan dan terbatasnya akses ke benih, pupuk, peralatan dan irigasi.
Beberapa fasilitas perikanan dan akuakultur, termasuk pembenihan ikan, tempat pendaratan, kapal dan peralatan memancing juga telah rusak parah.
Lebih dari 200.000 orang telah mengungsi dan lebih dari 3.000 orang kehilangan nyawa mereka atau hilang karena rangkaian bencana yang menimpa Sulawesi Tengah .
Selama 70 tahun, FAO telah mendukung Indonesia dengan ratusan program untuk meningkatkan, menstabilkan dan menambah kualitas produksi dan suplai makanan.
FAO pemulihan 70.000 petani-nelayan di Sulteng
Stephen Rudgard (Foto Antara/dok)