Parigi (Antaranews Sulteng) - Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah memprediksi kebutuhan bibit udang untuk petambak di kabupaten itu sebanyak 60 hingga 80 juta ekor per tahun.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Parigi Moutong Efendi Badco, di Parigi, Jumat mengatakan, pada 2019 pihaknya akan berupaya memenuhi kebutuhan petambak udang khususunya bibit agar produksi semakin meningkat.
"Model budidaya udang di Parigi Moutong kebanyakan masih menggunakan tambak tradisional," ungkap mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Parigi Moutong ini.
Efendi menyebut, pihaknya akan mendorong teknologi budidaya udang supra intensif yang dicetuskan Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng guna mengurangi biaya produksi petambak.
Efendi mengaku, model budidaya tradisional saat ini masih sangat diminati petambak. Padahal, menurutnya, teknologi budidaya supra intensif lebih praktis dan hemat biaya serta prosuktivitasnya tinggi.
Dia memaparkan, teknologi udang supra intensif tidak hanya dapat dimanfaatkan pemodal besar, tetapi bisa dijangkau petambak yang bermodal kecil, karena wadah budidaya hanya menggunakan terpal dan rangka besi.
"Kelebihan teknologi ini, kita bisa mengontrol volume air dan produksinya bisa mencapai dua kali lipat serta kualitas terjamin. Teknologi ini sangat menguntungkan, saat ini sudah ada sebagian petambak beralih menggunakan teknologi udang supra intensif," tuturnya.
Sebagai langkah konkret, pemerintah setempat akan membangun demplot sebagai percontohan pengembangan budidaya udang agar petani udang memahami cara pembudidayaannya dan rencananyaakan direalisasikan tahun ini.
"Parigi Moutong sangat potensial untuk pengembangan budidaya udang dan penerapan teknologi ini tidak harus membutuhkan lahan luas," ujarnya.***
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Parigi Moutong Efendi Badco, di Parigi, Jumat mengatakan, pada 2019 pihaknya akan berupaya memenuhi kebutuhan petambak udang khususunya bibit agar produksi semakin meningkat.
"Model budidaya udang di Parigi Moutong kebanyakan masih menggunakan tambak tradisional," ungkap mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Parigi Moutong ini.
Efendi menyebut, pihaknya akan mendorong teknologi budidaya udang supra intensif yang dicetuskan Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng guna mengurangi biaya produksi petambak.
Efendi mengaku, model budidaya tradisional saat ini masih sangat diminati petambak. Padahal, menurutnya, teknologi budidaya supra intensif lebih praktis dan hemat biaya serta prosuktivitasnya tinggi.
Dia memaparkan, teknologi udang supra intensif tidak hanya dapat dimanfaatkan pemodal besar, tetapi bisa dijangkau petambak yang bermodal kecil, karena wadah budidaya hanya menggunakan terpal dan rangka besi.
"Kelebihan teknologi ini, kita bisa mengontrol volume air dan produksinya bisa mencapai dua kali lipat serta kualitas terjamin. Teknologi ini sangat menguntungkan, saat ini sudah ada sebagian petambak beralih menggunakan teknologi udang supra intensif," tuturnya.
Sebagai langkah konkret, pemerintah setempat akan membangun demplot sebagai percontohan pengembangan budidaya udang agar petani udang memahami cara pembudidayaannya dan rencananyaakan direalisasikan tahun ini.
"Parigi Moutong sangat potensial untuk pengembangan budidaya udang dan penerapan teknologi ini tidak harus membutuhkan lahan luas," ujarnya.***