Palu, (Antaranews Sulteng) - Sejumlah petani di Palu, Sulawesi Tengah, kembali menggarap lahan pertanian setelah telantar beberapa bulan terakhir akibat gempa bumi dan tsunami di ibu kota provinsi itu dan beberapa daerah lain di Sulteng pada 28 September 2018.
Sultan, seorang petani di Kecamatan Palu Barat, Senin, membenarkan sudah mulai mengolah lahan pertanian yang sempat nganggur beberapa bulan ini karena gempa bumi 7,4 SR.
"Kami harus menggarap kembali, sebab ini satu-satunya sumber penghasilan kami," kata dia.
Petani sayur-mayur itu terlihat sedang membajak lahan pertanian dengan alat mesin hand traktor miliknya sendiri.
Ia mengatakan lahan tersebut akan ditanami beberapa komoditas hortikultura seperti bawang, cabai, tomat, bayam, dan sayur kangkung.
Selama ini untuk kebutuhan air, kata Sultan tidak ada masalah, sebab menggunakan mesin pompa. "Soal kebutuhan air untuk tanaman pertanian tidak ada masalah," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Rifai, seorang petani di kecamatan Palu Selatan. Ia mengatakan?para petani di wilayah itu? sejak Desember 2018 sudah kembali mengolah lahan pertanian yang selama ini ditanami berbagai komoditi jangka pendek.
Semua hasil panen, katanya selama ini dijual ke pasar-pasar tradisional yang ada di Palu, Ibu Kota Provinsi Sulteng.
Dia juga mengaku sempat telantar beberapa bulan karena bencana alam gempa bumi dan tsunami yang menghajar Palu dan sejumlah daerah lain di Sulteng seperti Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong.
Menurut dia, menggarap kembali lahan untuk ditanami berbagai jenis komoditas pangan dan hortikultura sudah menjadi tuntutan mendesak karena untuk kelangsungan hidup keluarga.
"Terus terang saya dan keluarha selama ini menggantungkan hidup kami dengan menggarap sebidang lahan pertanian yang ada di kota ini," katanya.
Sultan, seorang petani di Kecamatan Palu Barat, Senin, membenarkan sudah mulai mengolah lahan pertanian yang sempat nganggur beberapa bulan ini karena gempa bumi 7,4 SR.
"Kami harus menggarap kembali, sebab ini satu-satunya sumber penghasilan kami," kata dia.
Petani sayur-mayur itu terlihat sedang membajak lahan pertanian dengan alat mesin hand traktor miliknya sendiri.
Ia mengatakan lahan tersebut akan ditanami beberapa komoditas hortikultura seperti bawang, cabai, tomat, bayam, dan sayur kangkung.
Selama ini untuk kebutuhan air, kata Sultan tidak ada masalah, sebab menggunakan mesin pompa. "Soal kebutuhan air untuk tanaman pertanian tidak ada masalah," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Rifai, seorang petani di kecamatan Palu Selatan. Ia mengatakan?para petani di wilayah itu? sejak Desember 2018 sudah kembali mengolah lahan pertanian yang selama ini ditanami berbagai komoditi jangka pendek.
Semua hasil panen, katanya selama ini dijual ke pasar-pasar tradisional yang ada di Palu, Ibu Kota Provinsi Sulteng.
Dia juga mengaku sempat telantar beberapa bulan karena bencana alam gempa bumi dan tsunami yang menghajar Palu dan sejumlah daerah lain di Sulteng seperti Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong.
Menurut dia, menggarap kembali lahan untuk ditanami berbagai jenis komoditas pangan dan hortikultura sudah menjadi tuntutan mendesak karena untuk kelangsungan hidup keluarga.
"Terus terang saya dan keluarha selama ini menggantungkan hidup kami dengan menggarap sebidang lahan pertanian yang ada di kota ini," katanya.