Rasio Utang Luar Negeri Swasta Sudah Mengkhawatirkan

Kamis, 20 Desember 2012 7:21 WIB

Jakarta (antarasulteng.com) - Pengamat ekonomi Tony Prasetyantono menyatakan rasio utang luar negeri swasta dibanding produk domestik bruto (PDB) yang sampai Oktober 2012 telah mencapai 27,3 persen, sudah berada di posisi yang membahayakan.

"Para pengamat menghitung angka yang tidak aman untuk rasio utang luar negeri dibanding PDB adalah 30 persen. Jika sekarang sudah 27 persen itu harus membuat kita lebih peduli, jangan sampai kejadian krisis tahun 1998 terulang kembali," kata Tony di Jakarta, Rabu.

Dijelaskannya, pada krisis 1998 tingginya rasio utang luar negeri swasta menjadi salah satu penyebab krisis ekonomi di Indonesia selain tekanan krisis dari eksternal dan kondisi infrastruktur perbankan yang sangat lemah.

"Tingginya utang luar negeri swasta bisa menjadi `silent killer` karena angkanya terus meningkat, untuk itu Pemerintah, BI dan OJK harus mewaspadai ini, karena utang luar negeri swasta ini lebih berjangka pendek dibanding utang luar negeri Pemerintah," kata Komisaris Independen Permatabank ini.

Rasio utang luar negeri swasta/PDB sampai Oktober meningkat menjadi 27,3 persen dibanding posisi 2011 sebesar 26,4 persen. Sementara rasio utang luar negeri Pemerintah bertahan di posisi 25 - 26 persen.

Menurut Tony, Bank Indonesia harus mulai menanyakan kepada para debitur swasta utang luar negeri untuk mendapatkan gambaran, alasan dan kebutuhan debitur memilih utang luar negeri dibanding di dalam negeri.

"Harus diketahui mengapa mereka memilih berutang dari luar negeri, apakah karena urgensinya, kesepakatan dengan mitra di luar negeri, karena suku bunga atau karena stabilitas rupiah," kata Tony.

Untuk itu, Pemerintah, BI dan OJK menurut Tony sebaiknya melakukan diskusi untuk memberikan himbauan kepada pengusaha swasta ataupun BUMN untuk mau memanfaatkan jasa perbankan nasiobal, karena secara produk, bank nasional memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan bank di luar negeri.

Sementara untuk pertumbuhan kredit perbankan pada 2013, Tony memperkirakan masih di kisaran 23 - 24 persen mengingat stabilnya pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan mencapai 6,5 persen pada 2013.

"Kinerja industri perbankan yang sangat baik akan terus berlanjut di 2013. Meski BI mencoba mengerem pertumbuhan kredit tetapi saya perkirakan masih akan tumbuh di kisaran 23 - 24 persen, dengan NPL 2 - 3 persen dan CAR di 17 persen," katanya.(D012/B012/SKD)

Pewarta :
Editor : Santoso
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Indonesia target kirimkan bantuan ke Palestina-Sudan mulai pekan depan

26 March 2024 14:08 Wib

KPK cegah tujuh orang ke luar negeri terkait korupsi rumah jabatan DPR

05 March 2024 15:49 Wib

Arteta sebut menang 6-0 atas Sheffield sebagai malam yang luar biasa

05 March 2024 12:57 Wib

Dua bandara internasional di Jateng tanpa penerbangan luar negeri

05 March 2024 8:17 Wib

180 Warga Morut akan dapat beasiswa pendidikan tinggi di dalam dan luar negeri pada 2024

05 March 2024 8:14 Wib
Terpopuler

Rupiah turun di tengah pasar nantikan arah kebijakan suku bunga AS

Ekonomi Dan Keuangan - 30 April 2024 9:41 Wib

Harga emas Antam turun lagi jadi Rp1,310 juta per gram

KBRI Beijing tegaskan WNI jangan serahkan paspor ke pihak lain

Lintas Jagad - 30 April 2024 9:41 Wib

Timnas U-23 langsung ke Prancis demi persiapan optimal hadapi Guinea

Humaniora - 4 jam lalu

AHY ingin jadikan Bali sebagai Pulau Lengkap

Ekonomi Dan Keuangan - 03 May 2024 9:15 Wib