Militer Rusia Kembangkan Pertahanan Anti-Meteor

Jumat, 22 Februari 2013 10:22 WIB

Moskow (antarasulteng.com) - Angkatan Pertahanan Udara Rusia akan mengembangkan serangkaian tindakan yang bertujuan melindungi tanah Rusia dari jatuhan meteorit dan benda ruang angkasa lainnya yang berbahaya, kata Komandan Distrik Penerbangan Militer Barat Mayjen Igor Makushev, Rabu.

"Angkatan Pertahanan Utara telah diperintahkan untuk menangani masalah ini dan tampil dengan rencana untuk melindungi Rusia dari para wisatawan ruang angkasa," kata Makushev.

Pengumuman ini muncul beberapa hari setelah meteorit memasuki atmosfer bumi yang terdeteksi oleh sarana pemantau ruang angkasa dan menghantam wilayah Ural, Rusia, pada Jumat.

Jatuhan meteor tersebut menimbulkan ledakan besar yang meniup ribuan jendela dan merusak banyak bangunan di sekitar kota Chelyabinsk, serta melukai 1.200 orang di daerah tersebut.

Menurut Departemen Kesehatan, 52 orang dirawat di rumah sakit.

NASA memperkirakan meteorit itu kira-kira berdiameter 50 kaki (15 meter) ketika memasuki atmosfer bumi, melesat lebih cepat dari kecepatan suara, dan meledak menjadi bola api lebih cerah daripada matahari.

"Tidak ada sistem yang ada, baik Rusia maupun Amerika, yang mendeteksi benda antariksa ini sampai memasuki atmosfer," kata Direktur Institut Astronomi dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia Boris Shustov, Rabu.

Ilmuwan itu mengatakan tidak mungkin untuk menemukan meteorit, seperti itu datang dari arah Matahari, sedangkan radar yang ditetapkan untuk mendeteksi benda terbang dalam rentang kecepatan yang telah ditentukan.

Shustov mengatakan para ilmuwan Rusia memperkirakan energi yang dilepaskan pada saat ledakan setara kurang dari 500 kiloton.

Dia juga mengatakan para astronom telah menemukan dan katalog hanya dua persen dari benda angkasa yang berpotensi berbahaya dengan ukuran sekitar 50 meter, yang mampu menyebabkan bencana lebih buruk daripada Bencana Tunguska.

"Ini adalah tanda ketidaktahuan kita, karena kita harus mampu memantau sekitar setidaknya 90 persen jika tidak semua benda yang ada," kata Shustov dikutip RIA Novosti. (H-AK)

Pewarta :
Editor : Riski Maruto
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Belarus desak Ukraina lakukan pembicaraan damai dengan Rusia

26 April 2024 10:01 Wib

China sebut AS munafik karena kritik hubungannya dengan Rusia

24 April 2024 9:07 Wib

Menko sebut RI berpengalaman atasi inflasi saat konflik Rusia-Ukraina

19 April 2024 6:46 Wib

600 rumah di Rusia terendam banjir, 14.000 orang dievakuasi

18 April 2024 9:45 Wib

Rusia sebut Badan Keamanan Ukraina harus dinyatakan organisasi teroris

27 March 2024 15:15 Wib
Terpopuler

Rupiah turun di tengah pasar nantikan arah kebijakan suku bunga AS

Ekonomi Dan Keuangan - 30 April 2024 9:41 Wib

KBRI Beijing tegaskan WNI jangan serahkan paspor ke pihak lain

Lintas Jagad - 30 April 2024 9:41 Wib

AHY ingin jadikan Bali sebagai Pulau Lengkap

Ekonomi Dan Keuangan - 03 May 2024 9:15 Wib

Bus terguling ke jurang di Peru, 23 orang tewas

Lintas Jagad - 30 April 2024 9:42 Wib

Prancis kecam serangan Israel ke konvoi bantuan Yordania untuk Gaza

Lintas Jagad - 03 May 2024 9:15 Wib