Jakarta (ANTARA) - Komunitas Pecinta Kucing (KPK) Jabodetabek berkampanye mengajak masyarakat untuk tidak menyiksa kucing yang berkeliaran di jalanan maupun tempat umum.
Dalam aksi yang dilakukan di area "car free day" (CFD) Jalan MH Thamrin, Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat, Minggu, belasan aktivis KPK Jabodetabek itu membawa poster yang diwarnai foto-foto contoh dampak kekejaman oknum warga terhadap kucing-kucing.
"Kalau tidak suka kucing, jangan menyiksanya," kata aktivis KPK Jabodetabek Yunus Ahmad di sela aksinya.
Sebaiknya, kata dia, kontak petugas terkait di Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta, shelter penampungan hewan telantar atau bisa juga melaporkan ke Komunitas Pecinta Kucing.
"Kami akan merawatnya," kata Yunus sambil memberikan alamat akun Instagram @kpkjabodetabek untuk tempat melaporkan keberadaan kucing terlantar.
Yunus mengatakan, banyak aksi kekejaman terhadap kucing, seperti penyiraman kucing dengan air panas, pemukulan, hingga pernah ada kasus kucing ditembak dan dipanah.
"Tidak semua langsung mati, banyak juga kucing yang masih hidup setelah disiksa seperti itu," kata dia.
Yunus mengakui bahwa tindakan kekerasan terhadap kucing dipicu beberapa hal, seperti populasinya yang banyak, tindakan "nakal" kucing yang mencuri makanan, serta kekhawatiran masyarakat kucing menyebarkan penyakit, di antaranya toxoplasma dan rabies.
"Akan tetapi, penyiksaan bukanlah solusi," kata dia.
Menurut Yunus, keberadaan kucing yang mereka anggap mengganggu itu sebaiknya diatasi dengan dibawa ke shelter untuk ditangani secara lebih layak.
"Beberapa anggota kami memiliki shelter yang bisa menangani kucing-kucing terlantar secara lebih layak," kata Yunus.
Senada dengan Yunus, salah satu warga pecinta kucing di Bundaran HI, Rizki Nurfahri mengatakan dirinya sepakat dengan KPK.
"Saya berharap masyarakat Jakarta harus mengedepankan empatinya terhadap kucing, jangan sampai disiksa," kata dia.
Apalagi, lanjut Rizki, bagi penganut Islam, kucing adalah hewan kesayangan Nabi Muhammad SAW.
"Sebaiknya kita juga meniru kebiasaan teladan kita, Nabi Muhammad, dalam mencintai kucing," kata Rizki.
Dalam aksi yang dilakukan di area "car free day" (CFD) Jalan MH Thamrin, Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat, Minggu, belasan aktivis KPK Jabodetabek itu membawa poster yang diwarnai foto-foto contoh dampak kekejaman oknum warga terhadap kucing-kucing.
"Kalau tidak suka kucing, jangan menyiksanya," kata aktivis KPK Jabodetabek Yunus Ahmad di sela aksinya.
Sebaiknya, kata dia, kontak petugas terkait di Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta, shelter penampungan hewan telantar atau bisa juga melaporkan ke Komunitas Pecinta Kucing.
"Kami akan merawatnya," kata Yunus sambil memberikan alamat akun Instagram @kpkjabodetabek untuk tempat melaporkan keberadaan kucing terlantar.
Yunus mengatakan, banyak aksi kekejaman terhadap kucing, seperti penyiraman kucing dengan air panas, pemukulan, hingga pernah ada kasus kucing ditembak dan dipanah.
"Tidak semua langsung mati, banyak juga kucing yang masih hidup setelah disiksa seperti itu," kata dia.
Yunus mengakui bahwa tindakan kekerasan terhadap kucing dipicu beberapa hal, seperti populasinya yang banyak, tindakan "nakal" kucing yang mencuri makanan, serta kekhawatiran masyarakat kucing menyebarkan penyakit, di antaranya toxoplasma dan rabies.
"Akan tetapi, penyiksaan bukanlah solusi," kata dia.
Menurut Yunus, keberadaan kucing yang mereka anggap mengganggu itu sebaiknya diatasi dengan dibawa ke shelter untuk ditangani secara lebih layak.
"Beberapa anggota kami memiliki shelter yang bisa menangani kucing-kucing terlantar secara lebih layak," kata Yunus.
Senada dengan Yunus, salah satu warga pecinta kucing di Bundaran HI, Rizki Nurfahri mengatakan dirinya sepakat dengan KPK.
"Saya berharap masyarakat Jakarta harus mengedepankan empatinya terhadap kucing, jangan sampai disiksa," kata dia.
Apalagi, lanjut Rizki, bagi penganut Islam, kucing adalah hewan kesayangan Nabi Muhammad SAW.
"Sebaiknya kita juga meniru kebiasaan teladan kita, Nabi Muhammad, dalam mencintai kucing," kata Rizki.