Palu (ANTARA) - Pemerintah Kota Palu, Sulawesi Tengah, berharap ekowisata yang sudah ada saat ini dapat menjadi barometer bagi sektor pariwisata di kota itu.
Plt Kepala Dinas Pariwisata Kota Palu Goenawan, di palu, Senin mengatakan, pengembangan sektor pariwisata Pascagempa, tsunami dan likuefaksi belum maksimal dilakukan, mengingat prioritas pemerintah masih kepada pemenuhan kebutuhan dasar dan hak korban bencana serta rekonstruksi.
Meski begitu, Pemkot Palu tidak mengenyampingkan pengembangan destinasi wisata di daerah itu, menyusul saat ini terdapat tiga objek wisata berbasis lingkungan telah dikembangkan sebelumnya menjadi daya tarik wisatawan berkunjung di kota itu.
"Palu memiliki hutan kota, ekowisata atau ekoturisme bukit Salena dan Uwentumbu yang saat ini masih dalam proses pengembangan meskipun penangananya tidak secepat pemulihan pascabencana," ungkap Goenawan.
Ekowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan pariwisata berbasis lingkungan atau objek wisata alam yang mengutamakan aspek konservasi, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek edukasi.
Menurut dia, di kawasan objek wisata alam bukit Salena terletak di bagian Barat Kota Palu telah tersedia satu lokasi olah raga paralayang dan direncanakan dikembangkan menjadi pusat olah raga menantang di antaranya sepeda gunung dan motor trail, termasuk wahana outbound.
Selain pusat olah raga, di kawasan itu sesuai peta perencanaan, pemerintah akan membangun sejumlah tempat beristirahat dan penginapan bagi wisiatawan yang mengacu pada konsep rumah adat Lobo, sedangkan infrastruktur penunjang lainnya seperti bangunan serba guna menggunakan arsitek Sou Raja atau rumah Raja sesuai kultur lokal dengan bagian depan menghadap ke arah lembah Palu untuk memaksimalkan pemandangan ke jantung kota.
Objek wisata alam lainnya di Uwentubu tepatnya di Kelurahan Kawatuna, Kecamatan Mantikulore atau dibagian Timur Kota Palu menggunakan konsep yang sama. Pada dasarnya objek wisata itu difokuskan pada area-area masih memilik keaslian alam, dalam pengembangannya dibangun sejumlah wahana termasuk kawasan perkemahan, arena offroad maupun wisata kuliner dan kegiatan adventur lainnya.
"Pengembangan destinasi wisata alam Uwentumbu diarahkan agar tetap mempertahankan fungsi asli kawasan serta akan dilakukan penanaman pohon guna nerapatkan vegetasi," katanya.
Dari pengembangan ekowisata, diharapkan berdampak pada peningkatan kesejahteraan warga sekitar melalui akses pariwisata. Dua destinasi wisata yang mengandalkan hutan, jarak tempuh relatif dekat dengan kawasan perkotaan, sehingga wisatawan lebih muda menjangkaunya.
"Taman hutan kota disediakan dalam kota dengan berbagai fasilitas penunjang di antaranya zona penerima dan olah raga, zona konservasi dan sekolah alam serta zona seni budaya," ujar Goenawan.
Plt Kepala Dinas Pariwisata Kota Palu Goenawan, di palu, Senin mengatakan, pengembangan sektor pariwisata Pascagempa, tsunami dan likuefaksi belum maksimal dilakukan, mengingat prioritas pemerintah masih kepada pemenuhan kebutuhan dasar dan hak korban bencana serta rekonstruksi.
Meski begitu, Pemkot Palu tidak mengenyampingkan pengembangan destinasi wisata di daerah itu, menyusul saat ini terdapat tiga objek wisata berbasis lingkungan telah dikembangkan sebelumnya menjadi daya tarik wisatawan berkunjung di kota itu.
"Palu memiliki hutan kota, ekowisata atau ekoturisme bukit Salena dan Uwentumbu yang saat ini masih dalam proses pengembangan meskipun penangananya tidak secepat pemulihan pascabencana," ungkap Goenawan.
Ekowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan pariwisata berbasis lingkungan atau objek wisata alam yang mengutamakan aspek konservasi, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek edukasi.
Menurut dia, di kawasan objek wisata alam bukit Salena terletak di bagian Barat Kota Palu telah tersedia satu lokasi olah raga paralayang dan direncanakan dikembangkan menjadi pusat olah raga menantang di antaranya sepeda gunung dan motor trail, termasuk wahana outbound.
Selain pusat olah raga, di kawasan itu sesuai peta perencanaan, pemerintah akan membangun sejumlah tempat beristirahat dan penginapan bagi wisiatawan yang mengacu pada konsep rumah adat Lobo, sedangkan infrastruktur penunjang lainnya seperti bangunan serba guna menggunakan arsitek Sou Raja atau rumah Raja sesuai kultur lokal dengan bagian depan menghadap ke arah lembah Palu untuk memaksimalkan pemandangan ke jantung kota.
Objek wisata alam lainnya di Uwentubu tepatnya di Kelurahan Kawatuna, Kecamatan Mantikulore atau dibagian Timur Kota Palu menggunakan konsep yang sama. Pada dasarnya objek wisata itu difokuskan pada area-area masih memilik keaslian alam, dalam pengembangannya dibangun sejumlah wahana termasuk kawasan perkemahan, arena offroad maupun wisata kuliner dan kegiatan adventur lainnya.
"Pengembangan destinasi wisata alam Uwentumbu diarahkan agar tetap mempertahankan fungsi asli kawasan serta akan dilakukan penanaman pohon guna nerapatkan vegetasi," katanya.
Dari pengembangan ekowisata, diharapkan berdampak pada peningkatan kesejahteraan warga sekitar melalui akses pariwisata. Dua destinasi wisata yang mengandalkan hutan, jarak tempuh relatif dekat dengan kawasan perkotaan, sehingga wisatawan lebih muda menjangkaunya.
"Taman hutan kota disediakan dalam kota dengan berbagai fasilitas penunjang di antaranya zona penerima dan olah raga, zona konservasi dan sekolah alam serta zona seni budaya," ujar Goenawan.