Palu (ANTARA) - Anjloknya harga tomat tidak hanya dirasakan para petani di sejumlah daerah di Indonesia. Petani-petani di Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah pun merasakan keterpurukan yang sama hingga sekarang.
Sekretaris Daerah (Sekdaprov) Provinsi Sulteng, Moh. Hidayat Lamakarate dalam diskusi publik yang diadakan Yayasan Walimanis di Kota Palu, Senin malam mengungkapkan baru-baru ini para petani di Sigi mengeluh kepadanya.
"Seminggu lalu warga di Desa Napu datang menemui saya di rumah. Dia meminta solusi dari kami karena 180 kilogram tomat yang mereka panen hanya dihargai Rp100 ribu,"katanya.
Ia melanjutkan, Rp100.000 itu tidak diterima bersih oleh para petani sebab belum dipotong dengan pengeluaran-pengeluaran lain namun Rp20.000 harus keluar untuk biaya muat tomat dari kebun ke tempat penjualan.
Selain itu, pemuungut tomat digaji Rp15.000 sehingga petani hanya menerima Rp65.000 untuk 180 kilogram tomat yang mereka budidayakan dan panen.
Hal itulah yang membuat para petani di sana sampai berteriak dan meminta bantuan dan pertolongan pemerintah daerah dan provinsi agar masalah tersebut dapat secepatnya teratasi.
Olehnya, ia menyatakan dengan penetapan ibu kota negara Republik Indonesia yang baru di Kalimantan Timur belum lama ini, maka Sulteng pasti akan menjadi daerah penyangga untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat di sana.
Sehingga bahan-bahan pangan yang dibudidayakan dan diproduksi oleh para petani di Sulteng dapat terdistribusi ke sana dan dibeli dengan harga yang layak.
Baca juga: Harga tomat di Sigi dan Poso anjlok
Baca juga: Petani Keluhkan Harga Tomat Anjlok
Sekretaris Daerah (Sekdaprov) Provinsi Sulteng, Moh. Hidayat Lamakarate dalam diskusi publik yang diadakan Yayasan Walimanis di Kota Palu, Senin malam mengungkapkan baru-baru ini para petani di Sigi mengeluh kepadanya.
"Seminggu lalu warga di Desa Napu datang menemui saya di rumah. Dia meminta solusi dari kami karena 180 kilogram tomat yang mereka panen hanya dihargai Rp100 ribu,"katanya.
Ia melanjutkan, Rp100.000 itu tidak diterima bersih oleh para petani sebab belum dipotong dengan pengeluaran-pengeluaran lain namun Rp20.000 harus keluar untuk biaya muat tomat dari kebun ke tempat penjualan.
Selain itu, pemuungut tomat digaji Rp15.000 sehingga petani hanya menerima Rp65.000 untuk 180 kilogram tomat yang mereka budidayakan dan panen.
Hal itulah yang membuat para petani di sana sampai berteriak dan meminta bantuan dan pertolongan pemerintah daerah dan provinsi agar masalah tersebut dapat secepatnya teratasi.
Olehnya, ia menyatakan dengan penetapan ibu kota negara Republik Indonesia yang baru di Kalimantan Timur belum lama ini, maka Sulteng pasti akan menjadi daerah penyangga untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat di sana.
Sehingga bahan-bahan pangan yang dibudidayakan dan diproduksi oleh para petani di Sulteng dapat terdistribusi ke sana dan dibeli dengan harga yang layak.
Baca juga: Harga tomat di Sigi dan Poso anjlok
Baca juga: Petani Keluhkan Harga Tomat Anjlok