Palu (ANTARA) - Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang merupakan produk terobosan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) semakin diinginkan masyarakat karena mampu hadir sebagai badan usaha yang menjawab kebutuhan warga desa, khususnya petani dan nelayan di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.
"Dengan BUMDes, kami dapat memanfaatkan pontensi desa sehingga mampu mengenjot pendapatan asli desa dan membantu mengatasi kebutuhan masyarakat setempat," kata Ahmad Basri Siri, Direktur BUMDes Desa Sinorang, Kecamatan Batui Selatan, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, saat ditemui belum lama ini.
Sejak berdiri pertama kali beberapa tahun silam, BUMDes memulai usaha dengan menyediakan pupuk bagi para petani. Hasilnya, petani sangat terbantu karena sistem perdagangan yang diterapkan cukup ringan dibanding mengharap pupuk dari pedagang dan tengkulak.
"Petani boleh mengambil pupuk di BUMDes dan membayarnya setelah panen. Keuntungannya terus diputar dengan beberapa usaha lainnya sehingga kami mampu bertahan hingga saat ini," ujar Basri.
Belum lama ini, ada kebijakan peralihan penggunaan bahan bakar rumah tangga dari minyak tanah ke tabung gas 3 kilogram dan membuat masyarakat kelimpungan karena langkanya stok elpiji bersubsidi itu.
Mereka harus antre di desa tetangga Gori-gori untuk mendapatkan satu tabung elpiji. Itupun belum tentu kebagian sebab jatah gas telah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Desa Gori-gori. Padahal di wilayah itu ada sekira 400 kepala keluarga yang membutuhkan elpiji. Ada pula dua kelompok nelayan yang menggunakan ketinting berbahan bakar gas.
"Tidak adanya suplai gas bisa membuat para nelayan tidak dapat melaut selama berhari-hari," katanya.
BUMDes Sinorang menyikapi masalah tersebut dengan pengurusan izin pangkalan elpiji. Dalam pengurusan izin operasional dan penetapan jatah pangkalan, pengelola BUMDes Sinorang mengalami kendala karena modal awal mereka ternyata kurang.
Kegalauan para pengelola BUMDes Sinorang itu tercium oleh perusahaan migas yang beroperasi di lokasi itu yakni Joint Operating Body Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi (JOB Tomori). Setelah melalui diskusi, JOB Tomori mengucurkan hibah 100 tabung elpiji 3 kg sehingga kebutuhan 150 tabung yang dipersyaratkan terpenuhi.
BUMDes Sinorang masih terus berupaya meningkatkan kapasitas usahanya karena saat ini usaha tersebut baru mampu melayani 30 persen kebutuhan elpiji masyarakat setempat. Belum lagi kebutuhan nelayan untuk mesin ketinting yang mencapai 35 tabung dalam sepekan.
Selain bantuan penyediaan gas elpiji, perusahaan juga membantu material bangunan untuk gudang BUMDes Sinorang. Nantinya, bangunan tersebut akan digunakan untuk menyimpan pupuk yang selama ini dikelola oleh BUMDes untuk petani setempat.
Rosadiah Parman, Sekretaris Desa Sinorang mengakui hal itu. Ia berharap BUMDes Sinorang mampu berkembang sehingga pasokan elpiji dapat memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat.
"Semoga terus berkembang dan ibu rumah tangga tidak perlu lagi jauh-jauh mengantre tabung gas ke Gori-gori. Kalau ada masyarakat bawa dua tabung, tolong jangan dilayani dulu. Utamakan pemerataan distribusi ke masyarakat yang lebih membutuhkan," ujar Rosa, sapaan akrabnya.
Baca juga: Sembilan kepala desa di Banggai studi banding pengelolaan Bumdes di Jawa
Baca juga: FBI Sulteng komitmen bangun bumdes berkualitas
Penyerahan bantuan tabung elpiji 3kg kepada warga Sinorang oleh JOB Tomori (ANTARA/Stevan Pontoh)
Ketinting Berbahan Bakar Gas
JOB Tomori juga memberikan pendampingan kepada 12 kelompok nelayan dengan anggota 112 orang di Desa Sinorang dan Masing, Kecamatan Batui Selatan dengan memberikan pelatihan, bantuan perahu dan mesin (ketinting) serta alat tangkap secara bertahap sejak 2013. Bahkan ada dua kelompok nelayan saat ini telah menggunakan mesin ketinting berbahan bakar gas hasil inovasi perusahaan.
Pemberian mesin ketinting bertenaga gas tersebut searah dengan kebijakan pemerintah Indonesia, melalui Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, yaitu program konfersi mesin berbahan bakar minyak (BBM) ke mesin berbahan bakar gas (BBG). Namun, melalui tenaga mekanik yang dimiliki perusahan, sedang berusaha untuk melalukan modifikasi mesin katinting nelayan yang sebelumnya menggunakan BBM premium diganti dengan bahan bakar gas LPG.
Satu tabung elpiji tiga kilogram bisa dipakai untuk tiga hari, itu jika nonstop melaut. Kadang juga bisa dipakai seminggu. Jadi lebih hemat, ungkap Hajarun, Ketua Kelompok Nelayan Mayapuria Desa Sinorang yang telah mendapatkan bantuan mesin ketinting berbahan bakar gas LPG.
Masalah yang dihadapi saat ini adalah para nelayan belum mahir mengatasi kendala teknis bila ada masalah di laut sehingga butuh pelatihan khusus. Selama ini jika ditemukan masalah pada mesin ketinting, mereka terpaksa mendayungnya.
"Selama ini kalau ada masalah di laut, ya terpaksa dayung manual. Atau kalau bertepatan tempat memancing itu ada jaringan telpon maka bisa minta bantuan teman sesama nelayan untuk menarik ke darat," ujar Hajarun dan mengemukakan bahwa bengkel mesin ketinting berbahan bakar gas di daerahnya masih langka.
Rahmad R. Itom, Ketua Kelompok Nelayan Usaha Mandiri Sinorang berterima kasih kepada JOB Tomori yang membina mereka selama ini dengan pelatihan dan bantuan peralatan menangkap ikan.
"Bantuan JOB Tomori 13 unit mesin ketinting, wilayah jangkauan memancing lebih luas dan hasilnya lebih banyak. Memancing jadi lebih cepat dan praktis. Kalau soal rezeki memang bergantung cuaca. Hanya saja, kami yang awalnya hanya bisa mendayung satu kilometer dari bibir pantai, saat ini sudah bisa lebih jauh lagi," ujarnya bangga.
Baca juga: BUMDES terbukti mampu dongrak pendapatan petani pedesaan
Kelompok nelayan pimpinan Rahmat yang pernah meraih juara satu pada lomba tingkat kabupaten ini terus berkembang berkat pendampingan perusahaan. Dari iuran wajib Rp20.000 rupiah perbulan, kelompok ini telah membuka usaha kelompok penjualan alat pancing dan peralatan mesin.
"Kami juga punya tabungan kelompok dari hasil penjualan ikan. Tabungan itu hanya bisa digunakan jika ada kerusakan mesin dan pembelian alat pancing, jelas Rahmad.
Ia mengungkapkan belum lama ini mereka juga mendapatkan bantuan dari pemerintah desa melalui Dana Desa berupa perahu dan alat tangkap jarring Pajala. Dengan adanya sinergi perusahaan dan pemerintah dalam membantu masyarakat nelayan, Rahmad mengaku sangat terbantu.*
"Dengan BUMDes, kami dapat memanfaatkan pontensi desa sehingga mampu mengenjot pendapatan asli desa dan membantu mengatasi kebutuhan masyarakat setempat," kata Ahmad Basri Siri, Direktur BUMDes Desa Sinorang, Kecamatan Batui Selatan, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, saat ditemui belum lama ini.
Sejak berdiri pertama kali beberapa tahun silam, BUMDes memulai usaha dengan menyediakan pupuk bagi para petani. Hasilnya, petani sangat terbantu karena sistem perdagangan yang diterapkan cukup ringan dibanding mengharap pupuk dari pedagang dan tengkulak.
"Petani boleh mengambil pupuk di BUMDes dan membayarnya setelah panen. Keuntungannya terus diputar dengan beberapa usaha lainnya sehingga kami mampu bertahan hingga saat ini," ujar Basri.
Belum lama ini, ada kebijakan peralihan penggunaan bahan bakar rumah tangga dari minyak tanah ke tabung gas 3 kilogram dan membuat masyarakat kelimpungan karena langkanya stok elpiji bersubsidi itu.
Mereka harus antre di desa tetangga Gori-gori untuk mendapatkan satu tabung elpiji. Itupun belum tentu kebagian sebab jatah gas telah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Desa Gori-gori. Padahal di wilayah itu ada sekira 400 kepala keluarga yang membutuhkan elpiji. Ada pula dua kelompok nelayan yang menggunakan ketinting berbahan bakar gas.
"Tidak adanya suplai gas bisa membuat para nelayan tidak dapat melaut selama berhari-hari," katanya.
BUMDes Sinorang menyikapi masalah tersebut dengan pengurusan izin pangkalan elpiji. Dalam pengurusan izin operasional dan penetapan jatah pangkalan, pengelola BUMDes Sinorang mengalami kendala karena modal awal mereka ternyata kurang.
Kegalauan para pengelola BUMDes Sinorang itu tercium oleh perusahaan migas yang beroperasi di lokasi itu yakni Joint Operating Body Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi (JOB Tomori). Setelah melalui diskusi, JOB Tomori mengucurkan hibah 100 tabung elpiji 3 kg sehingga kebutuhan 150 tabung yang dipersyaratkan terpenuhi.
BUMDes Sinorang masih terus berupaya meningkatkan kapasitas usahanya karena saat ini usaha tersebut baru mampu melayani 30 persen kebutuhan elpiji masyarakat setempat. Belum lagi kebutuhan nelayan untuk mesin ketinting yang mencapai 35 tabung dalam sepekan.
Selain bantuan penyediaan gas elpiji, perusahaan juga membantu material bangunan untuk gudang BUMDes Sinorang. Nantinya, bangunan tersebut akan digunakan untuk menyimpan pupuk yang selama ini dikelola oleh BUMDes untuk petani setempat.
Rosadiah Parman, Sekretaris Desa Sinorang mengakui hal itu. Ia berharap BUMDes Sinorang mampu berkembang sehingga pasokan elpiji dapat memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat.
"Semoga terus berkembang dan ibu rumah tangga tidak perlu lagi jauh-jauh mengantre tabung gas ke Gori-gori. Kalau ada masyarakat bawa dua tabung, tolong jangan dilayani dulu. Utamakan pemerataan distribusi ke masyarakat yang lebih membutuhkan," ujar Rosa, sapaan akrabnya.
Baca juga: Sembilan kepala desa di Banggai studi banding pengelolaan Bumdes di Jawa
Baca juga: FBI Sulteng komitmen bangun bumdes berkualitas
Ketinting Berbahan Bakar Gas
JOB Tomori juga memberikan pendampingan kepada 12 kelompok nelayan dengan anggota 112 orang di Desa Sinorang dan Masing, Kecamatan Batui Selatan dengan memberikan pelatihan, bantuan perahu dan mesin (ketinting) serta alat tangkap secara bertahap sejak 2013. Bahkan ada dua kelompok nelayan saat ini telah menggunakan mesin ketinting berbahan bakar gas hasil inovasi perusahaan.
Pemberian mesin ketinting bertenaga gas tersebut searah dengan kebijakan pemerintah Indonesia, melalui Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, yaitu program konfersi mesin berbahan bakar minyak (BBM) ke mesin berbahan bakar gas (BBG). Namun, melalui tenaga mekanik yang dimiliki perusahan, sedang berusaha untuk melalukan modifikasi mesin katinting nelayan yang sebelumnya menggunakan BBM premium diganti dengan bahan bakar gas LPG.
Satu tabung elpiji tiga kilogram bisa dipakai untuk tiga hari, itu jika nonstop melaut. Kadang juga bisa dipakai seminggu. Jadi lebih hemat, ungkap Hajarun, Ketua Kelompok Nelayan Mayapuria Desa Sinorang yang telah mendapatkan bantuan mesin ketinting berbahan bakar gas LPG.
Masalah yang dihadapi saat ini adalah para nelayan belum mahir mengatasi kendala teknis bila ada masalah di laut sehingga butuh pelatihan khusus. Selama ini jika ditemukan masalah pada mesin ketinting, mereka terpaksa mendayungnya.
"Selama ini kalau ada masalah di laut, ya terpaksa dayung manual. Atau kalau bertepatan tempat memancing itu ada jaringan telpon maka bisa minta bantuan teman sesama nelayan untuk menarik ke darat," ujar Hajarun dan mengemukakan bahwa bengkel mesin ketinting berbahan bakar gas di daerahnya masih langka.
Rahmad R. Itom, Ketua Kelompok Nelayan Usaha Mandiri Sinorang berterima kasih kepada JOB Tomori yang membina mereka selama ini dengan pelatihan dan bantuan peralatan menangkap ikan.
"Bantuan JOB Tomori 13 unit mesin ketinting, wilayah jangkauan memancing lebih luas dan hasilnya lebih banyak. Memancing jadi lebih cepat dan praktis. Kalau soal rezeki memang bergantung cuaca. Hanya saja, kami yang awalnya hanya bisa mendayung satu kilometer dari bibir pantai, saat ini sudah bisa lebih jauh lagi," ujarnya bangga.
Baca juga: BUMDES terbukti mampu dongrak pendapatan petani pedesaan
Kelompok nelayan pimpinan Rahmat yang pernah meraih juara satu pada lomba tingkat kabupaten ini terus berkembang berkat pendampingan perusahaan. Dari iuran wajib Rp20.000 rupiah perbulan, kelompok ini telah membuka usaha kelompok penjualan alat pancing dan peralatan mesin.
"Kami juga punya tabungan kelompok dari hasil penjualan ikan. Tabungan itu hanya bisa digunakan jika ada kerusakan mesin dan pembelian alat pancing, jelas Rahmad.
Ia mengungkapkan belum lama ini mereka juga mendapatkan bantuan dari pemerintah desa melalui Dana Desa berupa perahu dan alat tangkap jarring Pajala. Dengan adanya sinergi perusahaan dan pemerintah dalam membantu masyarakat nelayan, Rahmad mengaku sangat terbantu.*