Ogden, Utah (antarasulteng.com) - Temuan fosil rahang manusia purba menunjukkan adanya
penggunaan tusuk gigi yang menyebabkan pembengkakan dan infeksi.
Peneliti menemukan sisa-sisa rangka hominid - manusia dan semua kerabatnya yang terpisah dari simpanse - berusia sekitar 1,8 juta tahun di situs Dmanisi, Republik Georgia.
Di situs itu telah beberapa kali ditemukan hominid, mulai usia remaja hingga tua. Fosil yang ditemukan antara lain empat rahang bawah atau mandible
"Fosil evolusi manusia sering diwakili rahang bawah karena mereka umumnya lebih awet daripada bagian lainnya, kecuali gigi," kata Ann Margvelashvili, paleoantropolog University of Zurich's Anthropological Institute and Museum.
Secara misterius, rahang itu berbeda bentuk, kemungkinan karena jenis kelamin maupun spesies.
Peneliti menggunakan sinar X untuk mengungkap perbedaan rahang dan gigi Dmanisi dengan manusia modern pemburu yang ditemukan di Australia dan Greenland.
Dari data yang mereka temukan, variasi rahang Dmanisi menunjukkan adanya perbedaan dalam satu spesies.
Mereka juga menemukan adanya goresan pada akar gigi di salah satu rahang. Gesekan itu menunjukkan adanya penggunaan tusuk gigi yang menimbulkan peradangan.
"Hominid Dmanisi menunjukkan kasus nyata penggunaan berlebihan tusuk gigi sehingga menimbulkan peradangan," kata Margvelashvili kepada LiveScience.
"Bentuk luka menunjukkan bentuk tusuk gigi," katanya.
Satu dari empat rahang itu kehilangan semua gigi, kecuali gigi taring. Peneliti berpendapat hominid itu bertahan hidup dengan penggunaan alat untuk membuat makanan yang lembut.
Mereka menerbitkan temuan ini di hurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.
Peneliti menemukan sisa-sisa rangka hominid - manusia dan semua kerabatnya yang terpisah dari simpanse - berusia sekitar 1,8 juta tahun di situs Dmanisi, Republik Georgia.
Di situs itu telah beberapa kali ditemukan hominid, mulai usia remaja hingga tua. Fosil yang ditemukan antara lain empat rahang bawah atau mandible
"Fosil evolusi manusia sering diwakili rahang bawah karena mereka umumnya lebih awet daripada bagian lainnya, kecuali gigi," kata Ann Margvelashvili, paleoantropolog University of Zurich's Anthropological Institute and Museum.
Secara misterius, rahang itu berbeda bentuk, kemungkinan karena jenis kelamin maupun spesies.
Peneliti menggunakan sinar X untuk mengungkap perbedaan rahang dan gigi Dmanisi dengan manusia modern pemburu yang ditemukan di Australia dan Greenland.
Dari data yang mereka temukan, variasi rahang Dmanisi menunjukkan adanya perbedaan dalam satu spesies.
Mereka juga menemukan adanya goresan pada akar gigi di salah satu rahang. Gesekan itu menunjukkan adanya penggunaan tusuk gigi yang menimbulkan peradangan.
"Hominid Dmanisi menunjukkan kasus nyata penggunaan berlebihan tusuk gigi sehingga menimbulkan peradangan," kata Margvelashvili kepada LiveScience.
"Bentuk luka menunjukkan bentuk tusuk gigi," katanya.
Satu dari empat rahang itu kehilangan semua gigi, kecuali gigi taring. Peneliti berpendapat hominid itu bertahan hidup dengan penggunaan alat untuk membuat makanan yang lembut.
Mereka menerbitkan temuan ini di hurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.