London (ANTARA) - Otoritas daerah di selatan Inggris mengatakan pihaknya akan memindahkan patung Robert Baden-Powell, pendiri pramuka, dari lokasinya semula ke ruangan penyimpanan setelah adanya aksi anti-rasisme yang dipicu oleh kematian seorang warga kulit hitam asal Amerika Serikat, George Floyd.

Setelah kematian Floyd di Minneapolis, AS, warga di puluhan kota Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa berunjuk rasa. Aksi massa di Inggris kembali menghidupkan kembali desakan merobohkan patung sejumlah tokoh pada masa penjajahan. Desakan itu pun memicu debat antarwarga.

Dewan Kota Poole di Inggris pada Kamis mengatakan patung Baden-Powell, seorang pahlawan Perang Boer, akan dipindahkan ke ruang penyimpanan setelah berdiri tegak di daerah dermaga selama lebih dari 10 tahun. Keputusan itu diambil Dewan Kota setelah berbicara dengan komunitas setempat mengenai masa depan patung tersebut.

"Meskipun (ia) berjasa karena mendirikan pramuka, kami juga menyadari beberapa aspek dalam hidup Robert Baden-Powell yang tidak pantas diperingati," kata Ketua Dewan Kota, Vikki Slade.

Patung Baden-Powell saat ini terlihat di seberang pelabuhan ke arah Pulau Brownsea, tempat ia memulai pramuka pada 1907.

Baden-Powell pada 2007 didaulat sebagai orang ke-13 paling berpengaruh di Inggris pada abad ke-20. Meskipun ia dihormati banyak orang karena membentuk pramuka, sejumlah orang mengkritik Baden-Powell karena pemikirannya yang rasis. Ia juga pendukung Adolf Hitler dan paham fasis.

Sejumlah demonstran di Kota Bristol, wilayah barat Inggris, pada minggu lalu, menarik dan merobohkan patung pedagang budak pada abad ke-17, Edward Colston. Patung itu, yang sempat dibuang ke sungai, diangkat kembali dan akan dipajang di museum, kata dewan kota setempat.

Monumen lain juga telah dirobohkan massa. Dewan kota di Inggris yang dipimpin oleh kelompok oposisi, Partai Buruh, mengatakan mereka akan meninjau kembali "kepantasan patung-patung di daerah dan monumen" di atas tanah publik.

Dewan Kota Poole mengatakan pihaknya telah mengantisipasi "risiko aksi massa" pada patung lainnya, misalnya patung Winston Churchill yang letaknya berlawanan dengan gedung parlemen. Patung Churchill, pemimpin Inggris saat Perang Dunia II, kerap menjadi sasaran massa saat unjuk rasa.

Baca juga: Massa aksi anti rasisme di Inggris robohkan patung seorang pedagang budak
Baca juga: Patung Zlatan Ibrahimovic kembali jadi korban vandalisme

Sumber: Reuters
 

Pewarta : Genta Tenri Mawangi
Uploader : Sukardi
Copyright © ANTARA 2024