Jakarta (ANTARA) - University of Rhode Island (URI), kampus riset milik pemerintah di Kingston, Amerika Serikat, akan mengirim 140 ventilator tambahan ke Indonesia demi membantu penanggulangan COVID-19 yang telah ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak Maret 2020.
"Saat ini kami masih menyelesaikan perakitan tahap akhir untuk 140 ventilator yang akan dikirimkan ke Indonesia, beberapa di antaranya khusus dikirim ke Papua, dalam waktu dekat ini," kata Pimpinan University of Rhode Island, David M. Dooley, saat sesi seminar virtual yang diadakan oleh Pusat Kebudayaan AS @america, Jumat malam.
Ia menjelaskan lebih dari 100 orang pengajar, staf universitas, mahasiswa URI, termasuk di antaranya mahasiswa asal Indonesia, secara sukarela membantu proses perakitan ratusan ventilator atau alat bantu pernapasan.
Ventilator merupakan salah satu alat kesehatan yang saat ini banyak dicari warga dunia selama pandemi COVID-19. Pasalnya, alat itu dibutuhkan untuk pasien COVID-19 dengan gejala sakit parah, khususnya mereka yang punya kesulitan bernapas.
COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) dan menyerang daya tahan tubuh lewat sistem pernapasan.
Dooley mengatakan pihak universitas sebelumnya mengirimkan beberapa ventilator ke Kementerian Kesehatan Indonesia. Pihak kementerian pada minggu ini juga telah menyetujui penggunaan ventilator buatan University of Rhode Island setelah melalui rangkaian uji coba.
"Kabar baik, Kementerian Kesehatan Indonesia menyampaikan ventilator (buatan URI, red) memenuhi seluruh spesifikasi yang dibutuhkan untuk merawat pasien COVID-19," terang Dooley.
Ia juga mengatakan dua hari setelah pihak kementerian memberikan persetujuan, beberapa ventilator buatan kampus asal AS itu telah dikirim ke Rumah Sakit Umum Jayapura, Papua.
Saat COVID-19 mewabah di lebih dari 200 negara dunia, termasuk AS, sejumlah peneliti dan insinyur di University of Rhode Island membangun inisiatif yang dinamakan "VentilatorProject.Org" untuk memproduksi alat bantu pernapasan di negara bagian Rhode Island.
Namun, inisiatif itu pun meluas ke negara bagian di AS yang masih membutuhkan ventilator serta negara lain melalui kerja sama antara kampus dan pemerintah masing-masing negara.
Di samping Indonesia, University of Rhode Island juga mengirim bantuan ventilator ke Bahama, Ekuador, Meksiko, Peru, Nikaragua, Haiti, Nigeria, Filipina, dan Timor Leste.
Dalam sesi seminar yang sama, Kuasa Usaha Ad Interim Kedutaan Besar AS Jakarta, Heather Variava, menyampaikan universitas, perusahaan swasta, dan komunitas di masyarakat juga berperan penting untuk bersama-sama menghadapi dampak pandemi.
"Perusahaan, universitas, punya peran yang sama pentingnya (dengan pemerintah, red), karena di sana kita dapat menemukan pikiran-pikiran yang inovatif dan kreatif (untuk menanggulangi COVID-19, red)," kata Variava.
Pemerintah Indonesia mengumumkan 1.111 kasus COVID-19 baru dalam 24 jam terakhir sehingga total pasien positif mencapai 36.406 jiwa. Dari angka itu, 13.213 di antaranya telah dinyatakan sembuh dan 2.048 lainnya meninggal dunia.
Sementara itu, kasus COVID-19 di AS mencapai lebih dari dua juta jiwa dengan 2.431 kasus baru dalam 24 jam terakhir. Dari total pasien positif di AS, 116.106 di antaranya meninggal dunia dan 816.467 lainnya telah dinyatakan sembuh.
AS masih jadi negara dengan penderita COVID-19 terbanyak dunia, diikuti oleh Brazil, Rusia, India, Inggris, Spanyol, Italia, Peru, Jerman, dan Iran. Sementara itu, menurut Worldometers, laman penyedia data statistik independen, Indonesia menempati urutan 31 untuk negara dengan pasien COVID-19 terbanyak dunia.
COVID-19 pertama kali mewabah di Kota Wuhan, China, akhir tahun lalu dan sampai hari ini penyakit itu telah menyerang 216 negara dan wilayah, demikian data WHO.
WHO juga mengumumkan per hari ini jumlah pasien positif COVID-19 di seluruh dunia mencapai 7.410.510 kasus dan 418.294 di antaranya meninggal dunia.
"Saat ini kami masih menyelesaikan perakitan tahap akhir untuk 140 ventilator yang akan dikirimkan ke Indonesia, beberapa di antaranya khusus dikirim ke Papua, dalam waktu dekat ini," kata Pimpinan University of Rhode Island, David M. Dooley, saat sesi seminar virtual yang diadakan oleh Pusat Kebudayaan AS @america, Jumat malam.
Ia menjelaskan lebih dari 100 orang pengajar, staf universitas, mahasiswa URI, termasuk di antaranya mahasiswa asal Indonesia, secara sukarela membantu proses perakitan ratusan ventilator atau alat bantu pernapasan.
Ventilator merupakan salah satu alat kesehatan yang saat ini banyak dicari warga dunia selama pandemi COVID-19. Pasalnya, alat itu dibutuhkan untuk pasien COVID-19 dengan gejala sakit parah, khususnya mereka yang punya kesulitan bernapas.
COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) dan menyerang daya tahan tubuh lewat sistem pernapasan.
Dooley mengatakan pihak universitas sebelumnya mengirimkan beberapa ventilator ke Kementerian Kesehatan Indonesia. Pihak kementerian pada minggu ini juga telah menyetujui penggunaan ventilator buatan University of Rhode Island setelah melalui rangkaian uji coba.
"Kabar baik, Kementerian Kesehatan Indonesia menyampaikan ventilator (buatan URI, red) memenuhi seluruh spesifikasi yang dibutuhkan untuk merawat pasien COVID-19," terang Dooley.
Ia juga mengatakan dua hari setelah pihak kementerian memberikan persetujuan, beberapa ventilator buatan kampus asal AS itu telah dikirim ke Rumah Sakit Umum Jayapura, Papua.
Saat COVID-19 mewabah di lebih dari 200 negara dunia, termasuk AS, sejumlah peneliti dan insinyur di University of Rhode Island membangun inisiatif yang dinamakan "VentilatorProject.Org" untuk memproduksi alat bantu pernapasan di negara bagian Rhode Island.
Namun, inisiatif itu pun meluas ke negara bagian di AS yang masih membutuhkan ventilator serta negara lain melalui kerja sama antara kampus dan pemerintah masing-masing negara.
Di samping Indonesia, University of Rhode Island juga mengirim bantuan ventilator ke Bahama, Ekuador, Meksiko, Peru, Nikaragua, Haiti, Nigeria, Filipina, dan Timor Leste.
Dalam sesi seminar yang sama, Kuasa Usaha Ad Interim Kedutaan Besar AS Jakarta, Heather Variava, menyampaikan universitas, perusahaan swasta, dan komunitas di masyarakat juga berperan penting untuk bersama-sama menghadapi dampak pandemi.
"Perusahaan, universitas, punya peran yang sama pentingnya (dengan pemerintah, red), karena di sana kita dapat menemukan pikiran-pikiran yang inovatif dan kreatif (untuk menanggulangi COVID-19, red)," kata Variava.
Pemerintah Indonesia mengumumkan 1.111 kasus COVID-19 baru dalam 24 jam terakhir sehingga total pasien positif mencapai 36.406 jiwa. Dari angka itu, 13.213 di antaranya telah dinyatakan sembuh dan 2.048 lainnya meninggal dunia.
Sementara itu, kasus COVID-19 di AS mencapai lebih dari dua juta jiwa dengan 2.431 kasus baru dalam 24 jam terakhir. Dari total pasien positif di AS, 116.106 di antaranya meninggal dunia dan 816.467 lainnya telah dinyatakan sembuh.
AS masih jadi negara dengan penderita COVID-19 terbanyak dunia, diikuti oleh Brazil, Rusia, India, Inggris, Spanyol, Italia, Peru, Jerman, dan Iran. Sementara itu, menurut Worldometers, laman penyedia data statistik independen, Indonesia menempati urutan 31 untuk negara dengan pasien COVID-19 terbanyak dunia.
COVID-19 pertama kali mewabah di Kota Wuhan, China, akhir tahun lalu dan sampai hari ini penyakit itu telah menyerang 216 negara dan wilayah, demikian data WHO.
WHO juga mengumumkan per hari ini jumlah pasien positif COVID-19 di seluruh dunia mencapai 7.410.510 kasus dan 418.294 di antaranya meninggal dunia.