Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Pembina The Habibie Center Ilham Akbar Habibie mengungkapkan pandemi COVID-19 telah memicu tren tren deglobalisasi relokalisasi.
"Kemunculan kondisi COVID-19 di tataran nasional, regional, dan global, yang sudah kita lihat serta akan melihat lebih jauh lagi ada penamaan protokol-protokol yang harus kita terapkan dan patuhi dimanapun kita berada berkaitan dengan higienitas dan kesehatan. Itu bisa untuk orang dan barang. Akibat daripada hal ini, kita akan merasakan tren deglobalisasi relokalisasi," ujar Ilham Habibie dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis.
Ilham menegaskan bahwa dirinya tidak mengatakan bahwa globalisasi akan terhenti atau hilang, tapi tren untuk menekankan bahwa adanya relokalisasi di antaranya juga merupakan akibat protokol kesehatan serta higienitas tambahan yang dipatuhi agar dapat menjalankan kehidupan sehari-hari sebaik mungkin.
Hal ini tentunya tetap akan berlangsung kendati vaksin COVID-19 nantinya telah ditemukan, karena tentu COVID-19 bukan hanya membuat lompatan besar, namun juga membuka mata semua pihak.
Menurut Ilham, kondisi seperti ini bisa saja terjadi tidak hanya oleh COVID-19 saja tetapi juga bisa dipicu oleh berbagai hal lainnya pada waktu mendatang.
"Deglobalisasi relokalisasi adalah suatu strategi untuk bisa berhadapan dengan skenario-skenario seperti COVID-19 ini pada waktu mendatang," katanya.
Lebih lanjut Ilham menyampaikan bahwa relokalisasi sendiri bukan harus diartikan semuanya dalam negeri, tapi relokalisasi bisa juga bukan tergantung pada satu dua negara saja melainkan melakukan diversifikasi ketergantungan kita kepada banyak mitra.
Sebelumnya Ketua Dewan Pembina The Habibie Center, Ilham A Habibie menilai bahwa pandemi COVID-19 menjadi momentum Indonesia untuk berupaya keluar dari ketergantungan impor, terutama bidang kesehatan.
Dalam keadaan COVID-19 ini, lanjut dia, hampir aktivitas ekspor dan impor tidak berjalan dengan baik, dan tidak ada banyak alternatif kerja sama dengan negara lain untuk mendapatkan alat kesehatan.
Ilham mengharapkan ada keseimbangan antara barang impor dan lokal dalam industri sehingga Indonesia tidak terlalu bergantung pada impor. Setidaknya sekitar 90 persen komponen alat kesehatan masih diimpor.
"Kemunculan kondisi COVID-19 di tataran nasional, regional, dan global, yang sudah kita lihat serta akan melihat lebih jauh lagi ada penamaan protokol-protokol yang harus kita terapkan dan patuhi dimanapun kita berada berkaitan dengan higienitas dan kesehatan. Itu bisa untuk orang dan barang. Akibat daripada hal ini, kita akan merasakan tren deglobalisasi relokalisasi," ujar Ilham Habibie dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis.
Ilham menegaskan bahwa dirinya tidak mengatakan bahwa globalisasi akan terhenti atau hilang, tapi tren untuk menekankan bahwa adanya relokalisasi di antaranya juga merupakan akibat protokol kesehatan serta higienitas tambahan yang dipatuhi agar dapat menjalankan kehidupan sehari-hari sebaik mungkin.
Hal ini tentunya tetap akan berlangsung kendati vaksin COVID-19 nantinya telah ditemukan, karena tentu COVID-19 bukan hanya membuat lompatan besar, namun juga membuka mata semua pihak.
Menurut Ilham, kondisi seperti ini bisa saja terjadi tidak hanya oleh COVID-19 saja tetapi juga bisa dipicu oleh berbagai hal lainnya pada waktu mendatang.
"Deglobalisasi relokalisasi adalah suatu strategi untuk bisa berhadapan dengan skenario-skenario seperti COVID-19 ini pada waktu mendatang," katanya.
Lebih lanjut Ilham menyampaikan bahwa relokalisasi sendiri bukan harus diartikan semuanya dalam negeri, tapi relokalisasi bisa juga bukan tergantung pada satu dua negara saja melainkan melakukan diversifikasi ketergantungan kita kepada banyak mitra.
Sebelumnya Ketua Dewan Pembina The Habibie Center, Ilham A Habibie menilai bahwa pandemi COVID-19 menjadi momentum Indonesia untuk berupaya keluar dari ketergantungan impor, terutama bidang kesehatan.
Dalam keadaan COVID-19 ini, lanjut dia, hampir aktivitas ekspor dan impor tidak berjalan dengan baik, dan tidak ada banyak alternatif kerja sama dengan negara lain untuk mendapatkan alat kesehatan.
Ilham mengharapkan ada keseimbangan antara barang impor dan lokal dalam industri sehingga Indonesia tidak terlalu bergantung pada impor. Setidaknya sekitar 90 persen komponen alat kesehatan masih diimpor.