Jakarta (ANTARA) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan PT Biosains Medika Indonesia bekerja sama untuk memproduksi perangkat deteksi COVID-19 berbasis molekuler yang dikembangkan LIPI, yakni reverse transcription loop-mediated isothermal amplification (RT-LAMP) turbidimetri.
"Kami membuat kit deteksi corona virus, nanti kit-nya akan diproduksi oleh PT Biosains Medika Indonesia, mereka yang akan produksi dan memasarkannya," kata peneliti Pusat Penelitian Kimia LIPI Tjandrawati Mozef yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan RT-LAMP turbidimetri, kepada ANTARA, Jakarta, Senin.
Tjandrawati menuturkan LIPI merancang sistem deteksi keberadaan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dengan menggunakan teknik RT-LAMP dalam melakukan amplifikasi RNA virus.
RT-LAMP merupakan teknik deteksi virus Corona penyebab COVID-19 berbasis molekuler, yang akurasi dan sensitivitasnya bisa setara dengan reverse transcription- polymerase chain reaction (RT-PCR).
Tjandrawati mengatakan bisa dibuat beberapa jenis produk prangkat RT-LAMP turbidimetri tergantung dengan permintaan pasar, misalnya satu perangkat bisa untuk 100 reaksi, 200 reaksi atau 300 reaksi.
Dalam cara kerjanya, jika seseorang positif COVID-19, maka pada reaksi akan muncul endapan, namun jika negatif COVID-19 atau tidak ada keberadaan virus SARS-CoV-2 terdeteksi, maka hanya muncul transparan tanpa endapan.
Saat ini, LIPI juga sedang melakukan optimalisasi perangkat RT-LAMP terutama untuk mengoptimalkan reaksi dan menentukan "limited of detection" dari perangkat tes deteksi COVID-19 itu.
"Sampai Juli kita masih validasi dan siapkan prototipenya," tuturnya.
Prototipe RT-LAMP turbidimetri itu akan diserahkan ke industri. Produksi akan dilakukan oleh PT Biosains Medika Indonesia sebagai mitra LIPI.
"Selama ini kami di-'support' (didukung) mitra (PT Biosains Medika Indonesia) jadi mereka itu adalah sponsor kami karena semua bahan, reagen dan sebagainya di-'support' oleh mereka," ujarnya.
Sebelum bisa diproduksi, masih ada tahap registrasi produk ke Kementerian Kesehatan yang akan dilakukan PT Biosains Medika Indonesia.
Dihubungi secara terpisah, Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek) Ali Ghufron Mukti menuturkan Kemristek akan mendukung hilirisasi produk inovasi RT-LAMP dengan pihak industri.
"Pemasaran produk inovasi yang ada lebih dari 58 produk, tidak hanya industri dan calon pembeli, tapi juga pemasaran kami upayakan didorong untuk bisa ditangani di Pusat Pelayanan Teknologi," ujarnya.
Dia mengapresiasi alat deteksi COVID-19 berbasis molekuler, yakni RT-LAMP, yang sedang dikembangkan LIPI sehingga dapat membantu upaya penegakan diagnosa positif COVID-19 di tengah masyarakat.
Ali menuturkan konsorsium mendorong dan memfasilitasi komunikasi antara pemerintah, pengusaha, dan peneliti melalui skema triple helix dalam produksi dan pemasaran hasil riset dan inovasi peneliti.
"Kami membuat kit deteksi corona virus, nanti kit-nya akan diproduksi oleh PT Biosains Medika Indonesia, mereka yang akan produksi dan memasarkannya," kata peneliti Pusat Penelitian Kimia LIPI Tjandrawati Mozef yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan RT-LAMP turbidimetri, kepada ANTARA, Jakarta, Senin.
Tjandrawati menuturkan LIPI merancang sistem deteksi keberadaan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dengan menggunakan teknik RT-LAMP dalam melakukan amplifikasi RNA virus.
RT-LAMP merupakan teknik deteksi virus Corona penyebab COVID-19 berbasis molekuler, yang akurasi dan sensitivitasnya bisa setara dengan reverse transcription- polymerase chain reaction (RT-PCR).
Tjandrawati mengatakan bisa dibuat beberapa jenis produk prangkat RT-LAMP turbidimetri tergantung dengan permintaan pasar, misalnya satu perangkat bisa untuk 100 reaksi, 200 reaksi atau 300 reaksi.
Dalam cara kerjanya, jika seseorang positif COVID-19, maka pada reaksi akan muncul endapan, namun jika negatif COVID-19 atau tidak ada keberadaan virus SARS-CoV-2 terdeteksi, maka hanya muncul transparan tanpa endapan.
Saat ini, LIPI juga sedang melakukan optimalisasi perangkat RT-LAMP terutama untuk mengoptimalkan reaksi dan menentukan "limited of detection" dari perangkat tes deteksi COVID-19 itu.
"Sampai Juli kita masih validasi dan siapkan prototipenya," tuturnya.
Prototipe RT-LAMP turbidimetri itu akan diserahkan ke industri. Produksi akan dilakukan oleh PT Biosains Medika Indonesia sebagai mitra LIPI.
"Selama ini kami di-'support' (didukung) mitra (PT Biosains Medika Indonesia) jadi mereka itu adalah sponsor kami karena semua bahan, reagen dan sebagainya di-'support' oleh mereka," ujarnya.
Sebelum bisa diproduksi, masih ada tahap registrasi produk ke Kementerian Kesehatan yang akan dilakukan PT Biosains Medika Indonesia.
Dihubungi secara terpisah, Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek) Ali Ghufron Mukti menuturkan Kemristek akan mendukung hilirisasi produk inovasi RT-LAMP dengan pihak industri.
"Pemasaran produk inovasi yang ada lebih dari 58 produk, tidak hanya industri dan calon pembeli, tapi juga pemasaran kami upayakan didorong untuk bisa ditangani di Pusat Pelayanan Teknologi," ujarnya.
Dia mengapresiasi alat deteksi COVID-19 berbasis molekuler, yakni RT-LAMP, yang sedang dikembangkan LIPI sehingga dapat membantu upaya penegakan diagnosa positif COVID-19 di tengah masyarakat.
Ali menuturkan konsorsium mendorong dan memfasilitasi komunikasi antara pemerintah, pengusaha, dan peneliti melalui skema triple helix dalam produksi dan pemasaran hasil riset dan inovasi peneliti.