Palu (ANTARA) - Wali Kota Palu, Hidayat mengatakan menjadi kota destinasi wisata harus didukung lima aspek, selain pengembangan infrastruktur kota.
"Lima aspek tersebut yakni kebersihan, keindahan, keamanan, ketertiban, dan kenyamanan (K5) harus terpenuhi dalam pengembangan menuju kota destinasi," kata Hidayat, di Palu, Kamis, menanggapi pembangunan ibukota provinsi Sulawesi Tengah itu pascabencana 28 September 2018.
Menurut wali kota, untuk menopang pertumbuhan dan memajukan perekonomian daerah, maka pembangunan kota diarahkan pada sektor jasa, sebab Palu tidak memiliki sumber daya alam yang memadai dari sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan kelautan.
Karena itu, kata dia, lima aspek dasar tersebut harus terpenuhi sebagai syarat menjadi kota destinasi.
Kota Palu menurut Hidayat, memiliki potensi pariwisata melalui ekowisata berbasis lingkungan terdiri dari aspek teluk, bukit, dan sungai yang mengalir tepat di tengah kota.
Meski begitu, dia mengaku mewujudkan lima aspek tersebut dalam kehidupan sosial bermasyarakat membutuhkan waktu tidak singkat.
Baca juga: Kota Palu butuh pengembangan infrastruktur jalan penghubung
Dia mencontohkan aspek kebersihan, yang hingga kini kesadaran membuang sampah pada tempatnya belum sepenuhnya tertanam dalam diri setiap individu warga kota.
"Bagaimana orang berkunjung kalau kondisi kota tidak bersih. Sebaliknya jika kota ini tertata rapi, lalu keamanan dan ketertiban terjamin serta masyarakat sadar akan kebersihan sudah tentu orang merasa nyaman berkunjung ke Palu," ucap Hidayat.
Dikemukakannya, meski Palu masih dalam masa pemulihan akibat dampak bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi bukan berarti Pemkot tidak berupaya bangkit.
Atas peristiwa itu, maka arah penataan dan pembangunan kota oleh pemerintah lebih ditingkatkan.
"Mewujudkan Palu sebagai kota tujuan wisata dibutuhkan keterlibatan semua pihak membantu pemerintah," kata Hidayat.
Baca juga: Wali kota sebut jembatan Palu lima disiapkan untuk urai kemacetan
Dia mengaku, sejauh ini pemkot telah menata sejumlah kawasan yang dinilai memiliki daya tarik pada sektor jasa, diantaranya hutan kota 'kaombona' yang sebelumnya tandus dan gersang, kini telah dimanfaatkan sebagai ruang publik.
Tempat itu juga menjadi kawasan wisata baru yang dilengkapi dengan sejumlah fasilitas pendukung seperti sarana olahraga, sarana edukasi lingkungan termasuk pusat kuliner untuk pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Begitu pun Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Gor, juga dilengkapi sejumlah fasilitas pendukung.
Berikutnya kata Hidayat, pengembangan dimensi bukit di kawasan Dusun Salena, Kecamatan Ulujadi, diarahkan pada destinasi ekowisata dengan pemandangan menghadap langsung ke Teluk Palu.
"Potensi-potensi semacam ini kita manfaatkan untuk kepentingan masyarakat dalam rangka menciptakan ekonomi mandiri," demikian Hidayat.
Baca juga: Wali Kota Palu terinspirasi tata kelola Kota Batu Jawa Timur
"Lima aspek tersebut yakni kebersihan, keindahan, keamanan, ketertiban, dan kenyamanan (K5) harus terpenuhi dalam pengembangan menuju kota destinasi," kata Hidayat, di Palu, Kamis, menanggapi pembangunan ibukota provinsi Sulawesi Tengah itu pascabencana 28 September 2018.
Menurut wali kota, untuk menopang pertumbuhan dan memajukan perekonomian daerah, maka pembangunan kota diarahkan pada sektor jasa, sebab Palu tidak memiliki sumber daya alam yang memadai dari sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan kelautan.
Karena itu, kata dia, lima aspek dasar tersebut harus terpenuhi sebagai syarat menjadi kota destinasi.
Kota Palu menurut Hidayat, memiliki potensi pariwisata melalui ekowisata berbasis lingkungan terdiri dari aspek teluk, bukit, dan sungai yang mengalir tepat di tengah kota.
Meski begitu, dia mengaku mewujudkan lima aspek tersebut dalam kehidupan sosial bermasyarakat membutuhkan waktu tidak singkat.
Baca juga: Kota Palu butuh pengembangan infrastruktur jalan penghubung
Dia mencontohkan aspek kebersihan, yang hingga kini kesadaran membuang sampah pada tempatnya belum sepenuhnya tertanam dalam diri setiap individu warga kota.
"Bagaimana orang berkunjung kalau kondisi kota tidak bersih. Sebaliknya jika kota ini tertata rapi, lalu keamanan dan ketertiban terjamin serta masyarakat sadar akan kebersihan sudah tentu orang merasa nyaman berkunjung ke Palu," ucap Hidayat.
Dikemukakannya, meski Palu masih dalam masa pemulihan akibat dampak bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi bukan berarti Pemkot tidak berupaya bangkit.
Atas peristiwa itu, maka arah penataan dan pembangunan kota oleh pemerintah lebih ditingkatkan.
"Mewujudkan Palu sebagai kota tujuan wisata dibutuhkan keterlibatan semua pihak membantu pemerintah," kata Hidayat.
Baca juga: Wali kota sebut jembatan Palu lima disiapkan untuk urai kemacetan
Dia mengaku, sejauh ini pemkot telah menata sejumlah kawasan yang dinilai memiliki daya tarik pada sektor jasa, diantaranya hutan kota 'kaombona' yang sebelumnya tandus dan gersang, kini telah dimanfaatkan sebagai ruang publik.
Tempat itu juga menjadi kawasan wisata baru yang dilengkapi dengan sejumlah fasilitas pendukung seperti sarana olahraga, sarana edukasi lingkungan termasuk pusat kuliner untuk pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Begitu pun Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Gor, juga dilengkapi sejumlah fasilitas pendukung.
Berikutnya kata Hidayat, pengembangan dimensi bukit di kawasan Dusun Salena, Kecamatan Ulujadi, diarahkan pada destinasi ekowisata dengan pemandangan menghadap langsung ke Teluk Palu.
"Potensi-potensi semacam ini kita manfaatkan untuk kepentingan masyarakat dalam rangka menciptakan ekonomi mandiri," demikian Hidayat.
Baca juga: Wali Kota Palu terinspirasi tata kelola Kota Batu Jawa Timur