Facebook menuai protes karena eksperimen rahasia

Senin, 30 Juni 2014 18:35 WIB

Jakarta (antarasulteng.com) - Facebook menuai protes sesudah mengakui telah memanipulasi emosi para pengguna untuk melakukan eksperimen yang melibatkan pengguna tanpa memberitahu mereka.

Layanan media sosial daring itu telah memodifikasi akun ratusan ribu penggunanya dengan menambahkan atau menghapus 'konten emosional positif' untuk melihat apakah hal itu bisa membuat mereka lebih bahagia atau lebih sedih tanpa memberitahu pengguna tentang eksperimen yang dilakukan.

Para peneliti dari Cornell University dan University of California menyaring informasi yang masuk kenews feed- bagian  pada Facebook yang menampilkan secara konstan link, video, gambar, dan komentar oleh teman-teman - dari 689.000 pengguna.

Hasil penelitian itu menunjukkan ketika 'konten emosional positif' dari teman berkurang, para pengguna akan menuliskan konten negatif, pada dasarnya menjadi kurang bahagia. Hal sebaliknya terjadi ketika "konten emosional negatif" berkurang.

Para politisi, pengacara, dan aktivis internet mulai mengkritik percobaan yang dilakukan Facebook itu karena para pengguna tidak menyadari mereka terlibat dalam sebuah eksperimen yang disebut "penularan emosi" tersebut.

Studi yang dipublikasikan awal bulan Juni di jurnal Proceedings of the National Academy of SciencesAmerika Serikat itu menyimpulkan bahwa "emosi yang diungkapkan oleh teman-teman melalui jaringan sosial daring mempengaruhi suasana hati kita sendiri."

Hasil studi itu juga disebut sebagai "bukti eksperimental pertama untuk penularan emosi-skala besar melalui jaringan sosial".

Facebook mengonfirmasi telah menugaskan studi tersebut tetapi mengecilkan arti pentingnya.

Akan tetapi, mengetahui adanya kekuatan media sosial untuk memiliki akses ke banyak informasi pribadi para pengguna, telah membuat para politisi dan aktivis internet di Amerika Serikat khawatir. 

Anggota parlemen Jim Sheridan telah menyeru parlemen menyelidiki bagaimana situs jejaring sosial memanipulasi penggunanya dengan melakukan eksperimen tanpa izin pengguna.

"Ini adalah hal yang sangat kuat dan jika tidak ada undang-undang untuk mengatur hal ini, maka harus segera dibuat undang-undangnya untuk melindungi masyarakat," katanya kepada Guardian.

"Mereka memanipulasi materi dari kehidupan pribadi orang lain dan saya khawatir tentang kemampuan Facebook dan media sosial lainnya dalam memanipulasi pikiran orang, baik dalam ranah politik atau ranah lain," katanya. 

"Jika pengguna pikirannya dikendalikan lewat percobaan sejenis ini maka perlu ada perlindungan, dan mereka setidaknya perlu tahu tentang hal itu," ujarnya seperti dilansir laman DailyMail.

Pakar Internet Clay Johnson menyeru agar Facebook dibawa ke pengadilan atas apa yang ia sebut sebagai studi 'menakutkan'.

Oposisi terhadap percobaan Facebook, yang berlangsung tahun 2012 tapi hasilnya baru diterbitkan bulan lalu, berlanjut setelah klaim bahwa Facebook mungkin telah melanggar pedoman etika dan hukum dengan tidak memberitahu pengguna mereka akan terlibat dalam suatu percobaan.

Dalam laporan penelitian tersebut, penulis menjelaskan bahwa mereka telah mendapat "persetujuan" dari pengguna karena tindakan mengubah informasi itu sesuai dengan kebijakan penggunaan data Facebook, yang harus disetujui semua pemilik akun Facebook.

Namun seorang pakar hukum Amerika Serikat telah mengklaim bahwa Facebook gagal mendapatkan "persetujuan" seperti yang didefinisikan oleh kebijakan federal Amerika Serikat untuk perlindungan manusia.

Profesor hukum dari Universitas Maryland, James Grimmelmann, menulis: "Penelitian ini merupakan skandal karena Facebook membawa suatu praktek yang mengganggu ke dalam dunia nyata, dimana kita masih memiliki standar untuk memperlakukan orang lain dengan bermartabat dan melayani kepentingan umum".

Seorang juru bicara Facebook mengatakan penelitian itu dilakukan selama satu pekan dan tidak ada data yang terkait dengan akun orang tertentu. Sebaliknya, mereka mengatakan situs tersebut ingin membuat konten yang lebih 'relevan dan menarik'.

Juru bicara itu menambahkan: "Sebagian besar dari tujuan penelitian ini adalah memahami bagaimana orang merespons berbagai jenis konten, apakah itu bernada positif atau negatif, berita dari teman, atau informasi dari halaman yang mereka ikuti." (skd)


Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga


Pewarta :
Editor : Santoso
Copyright © ANTARA 2025

Terkait

Jaringan gay di media sosial dibongkar Polda Jatim

13 June 2025 7:58 Wib

Anggota DPR: Larangan anak gunakan medsos perlu dikaji mendalam

05 December 2024 9:07 Wib, 2024

Instagram dan Facebook sempat "down", kini telah kembali pulih

06 March 2024 7:53 Wib, 2024

WhatsApp kini mempermudah berbagi status ke Facebook Story

21 April 2023 10:09 Wib, 2023

Facebook kini telah miliki 2 miliar pengguna aktif harian di seluruh dunia

21 March 2023 9:01 Wib, 2023
Terpopuler

KPK bedah celah gratifikasi, mulai dari rekrutmen hingga promosi

Polhukam - 10 December 2025 8:41 Wib

IMIP kirim 36 ton bantuan untuk korban bencana di Aceh dan Sumatera

Humaniora - 13 December 2025 15:48 Wib

Kesdam Bukit Barisan gunakan heli evakuasi pasien di Tapanuli Tengah

Humaniora - 10 December 2025 8:42 Wib

Pemkab-Sigi ajak kader tingkatkan layanan posyandu sesuai SPM

Seputar Sulteng - 13 December 2025 18:58 Wib

BMKG prakirakan ada potensi hujan lebat di sejumlah wilayah Indonesia

Nasional - 10 December 2025 11:56 Wib