Jakarta (ANTARA) - Sebagian orang terkadang mengalami bau mulut setelah makan makanan seperti bawang putih dan bawang bombay. Namun ada beberapa kondisi kesehatan yang bisa menyebabkan bau tidak sedap, salah satunya diabetes.

Bau mulut pada penyandang diabetes terutama karena tingginya kadar keton dalam darah. Saat terkena diabetes, tubuh menjadi resisten insulin atau tidak menghasilkan cukup insulin.

Oleh karena itu, sel-sel tidak mendapatkan cukup glukosa yang dibutuhkan untuk mengisi bahan bakar tubuh. Untuk mengimbanginya, tubuh mulai membakar lemak untuk menghasilkan energi guna menjalankan berbagai fungsi tubuh kita.

Ketika lemak yang disimpan di dalam sel membakar alih-alih glukosa, dia menghasilkan keton, yang mulai menumpuk di dalam darah dan urin. Tingkat keton yang tinggi di dalam tubuh menyebabkan bau busuk itu.

Jadi, penyandang diabetes perlu mengikuti rencana perawatan dokter. Sering kali, ini berarti mengonsumsi insulin, obat untuk mengontrol gula darah dan menghentikan ketosis terjadi, termasuk bau mulut yang dia alami menurut laman WebMD.

Laman Times of India mencatat, bau busuk akibat tingginya kadar keton juga bisa karena masalah gigi. Jadi, kondisi ini perlu dievaluasi dengan baik sebelum sampai pada kesimpulan.

Tetaplah menyikat gigi setidaknya dua kali sehari, jangan lupa membersihkan lidah dan membersihkan sela-sela gigi dengan benang mulut.

Pastikan tubuh tetap terhidrasi, pantau kadar gula darah, coba konsumsi permen atau permen karet bebas gula untuk merangsang air liur dan kunjungi dokter gigi secara teratur

Selain bau mulut, keton tingkat tinggi dalam tubuh sebenarnya bisa menyebabkan kondisi berbahaya lain yang disebut ketoasidosis diabetik (DKA).

Kondisi ini paling sering terjadi pada orang yang menderita diabetes tipe 1 dan perlu ditangani tepat waktu. Gejala umum keton tinggi meliput ada aroma seperti buah manis di napas, sering buang air kecil, sakit perut, mual, atau muntah, kadar glukosa darah tinggi dan sesak napas.



 

Pewarta : Lia Wanadriani Santosa
Uploader : Sukardi
Copyright © ANTARA 2024