Pakar: Indonesia miliki riwayat terkena Enterovirus 71

id tjandra yoga aditama,enterovirus,ev11,ev71,penyakit tangan kaki mulut,who

Pakar: Indonesia miliki riwayat terkena Enterovirus 71

Pakar ilmu kesehatan sekaligus Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama. (ANTARA/HO-YARSI)

Jakarta (ANTARA) - Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, bahwa Indonesia sempat memiliki riwayat terkena penyakit yang disebabkan oleh Enterovirus tipe 71 atau yang dikenal dengan EV-71.
 

“Sebenarnya penyebab Hand Foot Mouth Disease -HFMD adalah enterovirus secara umum, termasuk coxsackievirus A16, EV 71 dan echovirus. Pada kejadian sangat jarang, HFMD akibat EV 71 juga dapat menyebabkan meningitis dan bahkan ensefalitis,” kata Prof Tjandra di Jakarta, Rabu.

 

Prof Tjandra menuturkan EV-71 yang terdeteksi di Indonesia telah menyebabkan penyakit tangan kaki mulut (Hand Foot Mouth Disease/HFMD).
 

Penyakit HFMD ditandai dengan demam; munculnya ruam pada kulit (rash) dan benjolan kecil (blister) di telapak kaki, tangan dan mukosa mulut, penderita cenderung tidak nafsu makan sampai malaise dan nyeri pada tenggorokan.


Biasanya, setelah satu atau dua hari setelah demam, timbul keluhan nyeri di mulut dimulai dari blister sampai kemudian dapat menjadi mukus. Lesi dapat terjadi pada lidah, gusi atau bagian dalam mulut lainnya.

 

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu menjelaskan secara umum, HFMD bukan penyakit berat.

Penderitanya bisa sembuh dalam kurun waktu tujuh sampai 10 hari, meski pengobatan hanya bersifat suportif.
 

Sementara itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) kantor regional Eropa melaporkan sedang terjadi peningkatan kasus Enterovirus 11 (Echovirus-11) di wilayah setempat. Sembilan kasus neonatal sepsis dengan kerusakan hati (hepatic impairment) dan kegagalan multi organ telah ditemukan di Prancis.
 

Tujuh dari sembilan kasus tadi dinyatakan meninggal dunia. WHO juga melaporkan bila kasus serupa terjadi di Kroasia satu kasus, Italia tujuh kasus, Spanyol dua kasus, Swedia lima kasus serta Inggris dua kasus.
 

Prof Tjandra mengatakan kondisi saat ini yang sedang menyebabkan peningkatan kasus di Eropa adalah infeksi dari Echovirus-11, sebuah jenis positive-strand RNA dari famili Picornaviridae.
 

Ia menjelaskan seperti juga enterovirus pada umumnya, infeksi akibat E-11 bisa beragam bentuknya, dari mulai yang ringan seperti kulit kemerahan dan demam, dan mungkin juga sampai yang berat dalam bentuk gangguan sistem saraf, termasuk meningitis, ensefalitis dan kelumpuhan (Acute flaccid paralysis/AFP).
 

“Echovirus-11 juga dilaporkan menimbulkan penyakit yang berat pada neonates dan bayi, dengan angka kesakitan dan kematian pula, seperti yang sekarang terjadi di Eropa ini dan perlu kita cermati. Bentuknya dapat berupa peradangan berat pada neonates (bayi baru lahir), termasuk hepatitis akut berat dengan koagulopati. E-11 juga dapat saja menular dari ibu ke anaknya,” ucapnya.