Pakar: Hepatitis misterius belum tentu mewabah luas

id Hepatitis misterius, KLB,Prof Tjandra Yoga Aditama,WHO

Pakar: Hepatitis misterius belum tentu mewabah luas

Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama. (FOTO ANTARA/HO-YARSI).

Jakarta (ANTARA) - Mantan Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan hepatitis misterius belum tentu mewabah di dunia meski berstatus kejadian luar biasa (KLB).

"Hepatitis akut berat masuk dalam Disease Outbreak News (DONs) WHO 15 April 2022, yang berbagai berita menyebutnya sebagai kejadian luar biasa (KLB) oleh WHO," katanya saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu siang.

Ia mengatakan penyakit yang belum diketahui penyebabnya itu dilaporkan otoritas terkait di Amerika Serikat menjangkit lebih dari 200 pasien di 20 negara di dunia hingga 3 Mei 2022.

Hepatitis misterius itu kali pertama dilaporkan pada 15 April 2022 dari Inggris, yang kemudian dimasukkan oleh WHO dalam daftar DONs.

"Perlu kita ketahui bahwa kalau memang ada kasus penyakit apapun di dunia yang tidak seperti biasa, maka akan dimasukkan dalam Disease Outbreak News (DONs)," katanya.

Menurut dia DONs merupakan prosedur rutin di WHO untuk menyajikan informasi ke dunia tentang kejadian kesehatan masyarakat yang penting, atau yang berpotensi menjadi hal yang penting.

Sepanjang April 2022, kata dia, ada 10 penyakit DONs WHO, yaitu hepatitis misterius dengan laporan pertama 15 April di Inggris dan Irlandia serta 23 April di berbagai negara, lalu ebola di Kongo, Japanese encephalitis di Australia, Salmoneum thypimurium di berbagai negara, kolera di Malawi, malaria di Somalia, demam kuning di Uganda, VDPV (vaccine derived polio virus) tipe 3 di Israel dan MERS CoV di Arab Saudi.

"Jadi ada banyak, bukan hanya hepatitis. Artinya, penempatan penyakit tertentu di dalam DONs justru maksudnya agar dunia mengetahui informasi awal dan menjadi perhatian bersama, belum tentu berarti akan menjadi wabah luas dunia atau tidak," katanya

Ia mengemukakan masyarakat tetap perlu waspada tetapi tidak perlu juga menjadi panik tidak beralasan. Di sisi lain, pemerintah perlu mengambil langkah antisipasi yang diperlukan, dan masyarakat melakukan langkah kewaspadaan.

"Sementara itu kita terus ikuti bukti-bukti ilmiah yang akan tersedia dalam hari-hari mendatang ini," kata Tjandra Yoga Aditama.

Dihubungi secara terpisah, pakar kesehatan yang juga Ketua Satuan Tugas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban mengatakan data terbaru saat ini ada 228 kasus dugaan hepatitis misterius pada anak dari 20 negara.

"Sebanyak 50 kasus tambahan sedang diselidiki. Tersangka utama sementara ini diduga Adenovirus 41 (CDC)," katanya.

Adenovirus merupakan virus umum yang menyebabkan berbagai penyakit seperti pilek, demam, sakit tenggorokan, bronkitis, pneumonia, dan diare.

"Adenovirus 41 belum pernah terkait dengan hepatitis, dan patogen umum ini biasanya bisa sembuh sendiri," katanya.

Hasil positif hepatitis misterius saat ini baru bisa didapat dengan tes darah keseluruhan, bukan hanya dengan plasma, demikian Zubairi Djoerban.