Jakarta (ANTARA) - Figur publik Tasya Kamila membagi kiatnya dalam memulai dan menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dan berkelanjutan (sustainable lifestyle) bagi anak muda.
Menurut Tasya, mencoba untuk mengurangi berbelanja secara berlebihan bisa menjadi awalan yang baik.
Mantan penyanyi cilik itu mengatakan, langkah kecil tersebut bisa menghindari konsumsi sampah yang sebenarnya tak perlu ada sebelumnya.
"Pertama, kita coba kurangi dulu sampah kita, beli barang secukupnya, jangan sampai mubazir. Lalu, ketika berbelanja, pilih barang dengan packaging yang lebih ringkas, serta sebisa mungkin hindari plastik sekali pakai," kata Tasya melalui diskusi virtual, Selasa.
Tasya juga menerapkan program 3R, yang mencakup reduce (mengurangi konsumsi barang berlebihan), reuse (menggunakan kembali), dan recycle (mendaur ulang).
Ibu satu anak itu menambahkan, dirinya juga mencoba untuk menghindari kemasan sekali pakai seperti botol dan sendok plastik, yang kemudian diakali dengan menggunakan tumbler dan perlengkapan makan sendiri yang bisa ia bawa kemana pun dan juga lebih ramah lingkungan.
Selain memperhatikan utilitas sehari-hari, Tasya juga mulai memilah sampah sesuai kategorinya. Jika memiliki sampah organik, ia menyarankan untuk dibuat kompos.
"Tapi, buat kita-kita yang enggak kreatif amat (untuk melakukan daur ulang sampah), kita bisa memilah sampah yang nantinya kita salurkan ke bank sampah, agar dikelola dan didaur ulang dengan baik oleh mereka yang lebih jago mengelolanya," kata Tasya.
Ketika ditanya mengenai alasannya untuk melakukan hal terkait keberlangsungan dan lingkungan, Tasya mengaku sudah familiar dengan isu ini sejak dirinya duduk di bangku SMP, ketika ia ditunjuk oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI sebagai Duta Lingkungan sejak tahun 2005.
"Dari tanggung jawab untuk jadi Duta Lingkungan, aku belajar banyak. Anak muda juga bisa kontribusi lewat lingkungan untuk Indonesia dan bumi. Concern-ku memang di lingkungan, dan aku senang bisa menyuarakan hal-hal positif lewat platform yang aku punya," kata Tasya.
Alumni Columbia University, New York, Amerika Serikat itu pun tak mengelak bahwa memulai menerapkan gaya hidup hijau dan berkelanjutan memang sangat susah.
Namun, ia berpendapat, sudah tidak ada alasan bagi anak muda untuk tutup mata dan tidak bergerak untuk melestarikan lingkungan.
"Sudah banyak resources dan informasi yang bisa diakses tentang bumi kita. Sudah tidak ada alasan lagi untuk enggak tau, kita harus mulai dari sekarang, dari diri sendiri. Langkah kecil kalau dilakukan kolektif juga akan berdampak besar," pungkasnya.
Menurut Tasya, mencoba untuk mengurangi berbelanja secara berlebihan bisa menjadi awalan yang baik.
Mantan penyanyi cilik itu mengatakan, langkah kecil tersebut bisa menghindari konsumsi sampah yang sebenarnya tak perlu ada sebelumnya.
"Pertama, kita coba kurangi dulu sampah kita, beli barang secukupnya, jangan sampai mubazir. Lalu, ketika berbelanja, pilih barang dengan packaging yang lebih ringkas, serta sebisa mungkin hindari plastik sekali pakai," kata Tasya melalui diskusi virtual, Selasa.
Tasya juga menerapkan program 3R, yang mencakup reduce (mengurangi konsumsi barang berlebihan), reuse (menggunakan kembali), dan recycle (mendaur ulang).
Ibu satu anak itu menambahkan, dirinya juga mencoba untuk menghindari kemasan sekali pakai seperti botol dan sendok plastik, yang kemudian diakali dengan menggunakan tumbler dan perlengkapan makan sendiri yang bisa ia bawa kemana pun dan juga lebih ramah lingkungan.
Selain memperhatikan utilitas sehari-hari, Tasya juga mulai memilah sampah sesuai kategorinya. Jika memiliki sampah organik, ia menyarankan untuk dibuat kompos.
"Tapi, buat kita-kita yang enggak kreatif amat (untuk melakukan daur ulang sampah), kita bisa memilah sampah yang nantinya kita salurkan ke bank sampah, agar dikelola dan didaur ulang dengan baik oleh mereka yang lebih jago mengelolanya," kata Tasya.
Ketika ditanya mengenai alasannya untuk melakukan hal terkait keberlangsungan dan lingkungan, Tasya mengaku sudah familiar dengan isu ini sejak dirinya duduk di bangku SMP, ketika ia ditunjuk oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI sebagai Duta Lingkungan sejak tahun 2005.
"Dari tanggung jawab untuk jadi Duta Lingkungan, aku belajar banyak. Anak muda juga bisa kontribusi lewat lingkungan untuk Indonesia dan bumi. Concern-ku memang di lingkungan, dan aku senang bisa menyuarakan hal-hal positif lewat platform yang aku punya," kata Tasya.
Alumni Columbia University, New York, Amerika Serikat itu pun tak mengelak bahwa memulai menerapkan gaya hidup hijau dan berkelanjutan memang sangat susah.
Namun, ia berpendapat, sudah tidak ada alasan bagi anak muda untuk tutup mata dan tidak bergerak untuk melestarikan lingkungan.
"Sudah banyak resources dan informasi yang bisa diakses tentang bumi kita. Sudah tidak ada alasan lagi untuk enggak tau, kita harus mulai dari sekarang, dari diri sendiri. Langkah kecil kalau dilakukan kolektif juga akan berdampak besar," pungkasnya.