Jakarta (ANTARA) - Pemerintah telah menyiapkan portal satu data kesehatan berbasis keluarga agar ekosistem kesehatan masyarakat menguat dan puluhan juta keluarga telah terdaftar di sana.

Dalam laporan tahunan 2020 dari kabinet Joko Widodo - Ma'ruf Amin, disebutkan sudah ada 48,3 juta keluarga yang terdaftar di portal satu data kesehatan. Masyarakat dapat memantau kesehatan dari telepon pintar menggunakan M-Health.

Setiap keluarga mendapatkan notifikasi status kesehatannya dan melalui portal ini, akses keluarga terhadap indikator kesehatan bisa diperoleh dalam genggaman tangan.

Pada September 2019, Kementerian Kesehatan meluncurkan aplikasi Satu Data Kesehatan untuk mengintegrasikan berbagai data informasi yang akurat.

Aplikasi Satu Data Kesehatan ini akan membuat tata kelola data kesehatan lebih bagus serta memberikan kontribusi pada tata kelola yang baik dan menuju pembangunan kesehatan berkelanjutan.

Pemanfaatan teknologi untuk memudahkan akses kesehatan semakin terakselerasi di tengah pandemi COVID-19.

Sebab, layanan kesehatan digital membuat masyarakat bisa memenuhi kebutuhan atas kesehatan tanpa perlu keluar rumah.

Layanan telemedicine alias konsultasi kesehatan jarak jauh semakin digemari di tengah pandemi yang membuat ruang gerak terbatas.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate mengatakan kebiasaan baru di bidang kesehatan ini menjadi salah satu indikator kuat bahwa pandemi COVID-19 adalah katalis atau faktor yang mempercepat transformasi digital.

Aplikasi Alodokter pada Mei lalu memberikan layanan kesehatan berupa pendampingan dokter secara daring untuk setiap pasien COVID-19. Pasien bisa berkonsultasi dengan dokter, dokter spesialis, hingga psikolog melalui aplikasi pesan dan mendapatkan bimbingan medis secara daring untuk mendukung proses pemulihan.

Sementara layanan kesehatan Halodoc bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika menghadirkan layanan telemedicine di dalam PeduliLindungi, aplikasi untuk melacak persebaran COVID-19.

Aplikasi PeduliLindungi, yang telah diluncurkan pada bulan Maret 2020, itu memiliki fitur utama untuk memetakan dan memantau pergerakan orang-orang yang pernah dinyatakan positif COVID-19 atau Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan Orang Dalam Pengawasan (ODP).

Konsultasi jarak jauh melalui telemedicine semakin diminati masyarakat karena lebih praktis tanpa khawatir terpapar virus karena tak perlu bepergian ke luar rumah.

Danu Wicaksana, Managing Director Good Doctor Technology Indonesia, pada September lalu mengatakan ada jumlah konsultasi kesehatan jarak jauh melonjak drastis setelah pandemi.

Pada Maret 2020, kenaikannya hingga sepuluh kali lipat. Angka ini sempat turun pada Juni, lalu meningkat lagi mulai Agustus. Dalam sehari, konsultasi bisa mencapai lebih dari 10.000 pasien se-Indonesia.

Gejala yang ditanyakan bervariasi, mulai dari kesehatan umum hingga khusus seperti kesehatan kulit, anak juga ibu hamil.
 

Pewarta : Nanien Yuniar
Uploader : Sukardi
Copyright © ANTARA 2024