Sigi, Sulteng (ANTARA) - Kebanyakan masyarakat di Desa Lembantongoa, Kecematan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, masih takut beraktivitas di kebun pasca serangan diduga teroris MIT yang menewaskan empat warga transmigrasi di wilayah itu pada Jumat (27/11).
''Kami tidak berani pergi ke kebun, meski jaraknya tidak jauh dari rumah, sebab sangat khawatir dengan keamanan dan keselamatan jiwa kami,'' kata Huber SP, salah seorang pengurus kelompok tani di Desa Lembantongoa, Selasa.
Ia mengatakan peristiwa berdarah yang sangat menggemparkan itu membuat warga transmigrasi maupun masyarakat di Desa Lembantongoa memilih untuk sementara tinggal di rumah.
Padahal, katanya, untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari mereka selama ini dari hasil pertanian dan perkebunan.
Hasil panen setelah dijual, uangnya digunakan untuk membeli berbagai barang/bahan kebutuhan sehari-hari. ''Tapi mau bagaimana lagi, lebih baik kami tidak ke kebun, dari pada jiwa kami terancam dari serangan teroris,'' kata Huber.
Hal senada juga diungkapkan Jefri, salah seorang warga Dusun Tokelemo,Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo. Ia mengemukakan pasca pembunuhan keji yang diduga dilakukan kelompok teroris MIT Poso, masyarakat saat ini hanya tinggal di rumah.
Masyarakat lebih memilih untuk sementara tidak melakukan aktivitas di kebun, sebab masih takut akan keselamatan jiwanya.
Memang, katanya, sudah banyak aparat yang datang ke Desa Lembantongoa, tetapi masyarakat umumnya masih trauma berat dengan kejadian yang mengerikan tersebut.
Seperti diketahui bahwa pada Jumat (27/11) sekitar pukul 08.00WITA, sekelompok orang tak dikenal (OTK) yang didiga kuat adalah anggota MIT Poso melakukan penyerangan ke permukiman warga Transmigrasi di wilayah tersebut.
Ada empat warga transmigrasi yang dibunuh dan beberapa rumah dibakar habis rata dengan tanah.
Mereka juga berharap para pelaku penganiayaan berat terhadap warga transmigrasi di Desa Lembantongoa beberapa hari lalu bisa secepatnya dilumpuhkan oleh aparat TNI/Polri yang dikerahkan memburu para teroris.
Masyarakat mendoakan aparat TNI/Polri segera menumpas habis para kelompok teroris sehingga masyarakat bisa beraktivitas dengan aman untuk mempertahankan keberlangsungan hidup keluarganya.
Desa Lembantongoa hampir 100 persen adalah petani menanam berbagai komoditi seperti padi sawah, padi ladang,jagung, kedelai, tomat,cabe,pisang, ubi-ubian, kopi,cengkih dan kakao.
''Kami tidak berani pergi ke kebun, meski jaraknya tidak jauh dari rumah, sebab sangat khawatir dengan keamanan dan keselamatan jiwa kami,'' kata Huber SP, salah seorang pengurus kelompok tani di Desa Lembantongoa, Selasa.
Ia mengatakan peristiwa berdarah yang sangat menggemparkan itu membuat warga transmigrasi maupun masyarakat di Desa Lembantongoa memilih untuk sementara tinggal di rumah.
Padahal, katanya, untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari mereka selama ini dari hasil pertanian dan perkebunan.
Hasil panen setelah dijual, uangnya digunakan untuk membeli berbagai barang/bahan kebutuhan sehari-hari. ''Tapi mau bagaimana lagi, lebih baik kami tidak ke kebun, dari pada jiwa kami terancam dari serangan teroris,'' kata Huber.
Hal senada juga diungkapkan Jefri, salah seorang warga Dusun Tokelemo,Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo. Ia mengemukakan pasca pembunuhan keji yang diduga dilakukan kelompok teroris MIT Poso, masyarakat saat ini hanya tinggal di rumah.
Masyarakat lebih memilih untuk sementara tidak melakukan aktivitas di kebun, sebab masih takut akan keselamatan jiwanya.
Memang, katanya, sudah banyak aparat yang datang ke Desa Lembantongoa, tetapi masyarakat umumnya masih trauma berat dengan kejadian yang mengerikan tersebut.
Seperti diketahui bahwa pada Jumat (27/11) sekitar pukul 08.00WITA, sekelompok orang tak dikenal (OTK) yang didiga kuat adalah anggota MIT Poso melakukan penyerangan ke permukiman warga Transmigrasi di wilayah tersebut.
Ada empat warga transmigrasi yang dibunuh dan beberapa rumah dibakar habis rata dengan tanah.
Mereka juga berharap para pelaku penganiayaan berat terhadap warga transmigrasi di Desa Lembantongoa beberapa hari lalu bisa secepatnya dilumpuhkan oleh aparat TNI/Polri yang dikerahkan memburu para teroris.
Masyarakat mendoakan aparat TNI/Polri segera menumpas habis para kelompok teroris sehingga masyarakat bisa beraktivitas dengan aman untuk mempertahankan keberlangsungan hidup keluarganya.
Desa Lembantongoa hampir 100 persen adalah petani menanam berbagai komoditi seperti padi sawah, padi ladang,jagung, kedelai, tomat,cabe,pisang, ubi-ubian, kopi,cengkih dan kakao.