Palu (ANTARA) - Pemerintah Kota Palu mengakui pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang diterapkan oleh Kemendikbud di masa pandemi COVID-19, kurang efektif.
"Belajar dari rumah atau PJJ di masa pandemi COVID-19, jujur saya sampaikan kurang efektif," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu Ansyar Sutiadi, di Palu, Senin.
Pernyataan Ansyar tersebut terkait dengan Program Kemendikbud dalam penyelenggaraan pendidikan jarak jauh (PJJ) dan program Kemendikbud mengenai Belajar Dari Rumah (BDR) yang ditayangkan di Televisi Republik Indonesia (TVRI) untuk jenjang pendidikan PAUD dan Sekolah Dasar (SD) pada semester genap tahun ajaran/akademik 2020/2021.
Program belajar dari rumah di masa pandemi COVID-19 yang ditayangkan lewat TVRI, dimulai Januari sampai Maret 2021, mulai Senin sampai Jumat, pukul 08.00 sampai 11.30 WIB atau pukul 09.00 sampai 12.30 Wita.
Pada jenjang PAUD tayangan pembelajaran dimulai pukul 08.00-08.30 WIB dan jenjang SD kelas 1 pukul 08.30-09.00 WIB, SD kelas 2 pukul 09.00-09.30 WIB, SD kelas 3 pukul 09.30-10.00 WIB, SD kelas 4 pukul 10.00-10.30 WIB, SD kelas 5 pukul 10.30-11.00 WIB, dan SD kelas 6 pukul 11.00-11.30 WIB.
Namun, kata Ansyar pembelajaran itu kurang maksimal. Hal itu karena, sulit dilakukan kontrol terkait partisipasi anak atau peserta dalam mengikuti pembelajaran tersebut, serta tingkat keseriusan siswa dalam mengikuti mata pelajaran yang diajarkan lewat pembelajaran alternatif itu.
Di satu sisi, kata Ansyar, PJJ atau belajar dari rumah tidak mendapat dukungan penuh dari orang tua siswa.
Jika mengacu pada jadwal pembelajaran alternatif yang ditentukan oleh Kemendikbud dan disiarkan oleh TVRI, pada waktu-waktu tersebut orang tua siswa sedang keluar rumah untuk bekerja.
Dengan begitu, orang tua tidak dapat memastikan apakah anaknya mengikuti pembelajaran tersebut atau tidak.
Sementara dalam proses pelaksanaan PJJ atau belajar dari rumah, sangat dibutuhkan dukungan orang tua.
"Orang tua siswa pergi bekerja untuk memenuhi kehidupan sehari-sehari," ujarnya.
Tantangan lain kata dia, sebagian warga di rumahnya tidak memiliki sarana berupa televisi untuk dapat menyaksikan tayangan pembelajaran itu.
"Sebagian warga ada televisi di rumah, namun tayangannya kabur, dan suaranya juga kabur," ungkap dia.
Ansyar mengatakan hal-hal itu ialah tantangan yang membuat pembelajaran jarak jauh dan belajar dari rumah kurang efektif.
Karena itu, Ansyar mengusulkan agar PJJ dan belajar dari rumah ditayangkan pada malam hari walaupun hanya satu jam.
"Minimal anak-anak kita mereka bisa belajar walaupun hanya satu jam, dengan mendapat dukungan dari orang tua," sebutnya.
"Belajar dari rumah atau PJJ di masa pandemi COVID-19, jujur saya sampaikan kurang efektif," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu Ansyar Sutiadi, di Palu, Senin.
Pernyataan Ansyar tersebut terkait dengan Program Kemendikbud dalam penyelenggaraan pendidikan jarak jauh (PJJ) dan program Kemendikbud mengenai Belajar Dari Rumah (BDR) yang ditayangkan di Televisi Republik Indonesia (TVRI) untuk jenjang pendidikan PAUD dan Sekolah Dasar (SD) pada semester genap tahun ajaran/akademik 2020/2021.
Program belajar dari rumah di masa pandemi COVID-19 yang ditayangkan lewat TVRI, dimulai Januari sampai Maret 2021, mulai Senin sampai Jumat, pukul 08.00 sampai 11.30 WIB atau pukul 09.00 sampai 12.30 Wita.
Pada jenjang PAUD tayangan pembelajaran dimulai pukul 08.00-08.30 WIB dan jenjang SD kelas 1 pukul 08.30-09.00 WIB, SD kelas 2 pukul 09.00-09.30 WIB, SD kelas 3 pukul 09.30-10.00 WIB, SD kelas 4 pukul 10.00-10.30 WIB, SD kelas 5 pukul 10.30-11.00 WIB, dan SD kelas 6 pukul 11.00-11.30 WIB.
Namun, kata Ansyar pembelajaran itu kurang maksimal. Hal itu karena, sulit dilakukan kontrol terkait partisipasi anak atau peserta dalam mengikuti pembelajaran tersebut, serta tingkat keseriusan siswa dalam mengikuti mata pelajaran yang diajarkan lewat pembelajaran alternatif itu.
Di satu sisi, kata Ansyar, PJJ atau belajar dari rumah tidak mendapat dukungan penuh dari orang tua siswa.
Jika mengacu pada jadwal pembelajaran alternatif yang ditentukan oleh Kemendikbud dan disiarkan oleh TVRI, pada waktu-waktu tersebut orang tua siswa sedang keluar rumah untuk bekerja.
Dengan begitu, orang tua tidak dapat memastikan apakah anaknya mengikuti pembelajaran tersebut atau tidak.
Sementara dalam proses pelaksanaan PJJ atau belajar dari rumah, sangat dibutuhkan dukungan orang tua.
"Orang tua siswa pergi bekerja untuk memenuhi kehidupan sehari-sehari," ujarnya.
Tantangan lain kata dia, sebagian warga di rumahnya tidak memiliki sarana berupa televisi untuk dapat menyaksikan tayangan pembelajaran itu.
"Sebagian warga ada televisi di rumah, namun tayangannya kabur, dan suaranya juga kabur," ungkap dia.
Ansyar mengatakan hal-hal itu ialah tantangan yang membuat pembelajaran jarak jauh dan belajar dari rumah kurang efektif.
Karena itu, Ansyar mengusulkan agar PJJ dan belajar dari rumah ditayangkan pada malam hari walaupun hanya satu jam.
"Minimal anak-anak kita mereka bisa belajar walaupun hanya satu jam, dengan mendapat dukungan dari orang tua," sebutnya.