Makassar (ANTARA) - Guru Besar Kedokteran Unhas Irawan Yusuf menegaskan kunci utama mengatasi pandemi ini adalah dengan melakukan "testing, tracing dan treatment" (3T) secara maksimal.

Prof Irawan melihat hal ini yang nampaknya tidak optimal dilakukan oleh pihak berwenang.

“Coba saya tanya, kalau ada orang yang terpapar, apakah betul mereka itu di-tracing kepada orang dekatnya atau keluarganya?," katanya pada Rakor Tim Satgas COVID-19 Unhas secara virtual, Kamis.

Ini yang tidak maksimal kita lakukan. Padahal ini adalah hulunya,” sambung Prof Irawan.

Dekan Fakultas Kedokteran Prof dr Budu SpM(K) PhD, menjelaskan pertemuan ini dimaksudkan untuk membahas perkembangan terkini pandemi COVID-19-19 di Sulawesi Selatan dan Kota Makassar, serta langkah spesifik yang akan diambil oleh satgas.

“Kasus saat ini terus meningkat, sementara kesiapan sistem kesehatan kita, baik rumah sakit, tenaga kesehatan, maupun sarana pendukung seperti laboratorium cenderung stagnan," ujarnya.

"Maka perlu kita ambil langkah taktis, minimal untuk dapat melindungi sivitas akademik Unhas jika ada yang terpapar,” lanjut Prof Budu.

Masukan dari peserta rapat memaparkan situasi yang kini dihadapi oleh masyarakat dan pemerintah terkait pandemi. Selain kesiapan fasilitas kesehatan yang mulai kewalahan, juga keberadaan tenaga kesehatan yang semakin banyak terpapar COVID-19.

“Kita hampir setiap hari mendengar ada kabar tenaga kesehatan, dokter, dan guru-guru kita yang wafat karena terpapar COVID-19," kata Prof Idrus Paturusi yang turut serta dalam pertemuan ini.

"Ini situasi yang tidak bisa dibiarkan, maka harus kita ambil langkah sinergis yang melibatkan semua pihak,” ujarnya lagi.

Para pihak sepakat bahwa upaya mengatasi pandemi ini seharusnya melibatkan semua pihak secara terus-menerus dan berkelanjutan, mulai dari penerapan protokol kesehatan hingga pengetesan dan pengobatan.

Pewarta : Abdul Kadir
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024