Mamuju (ANTARA) - Penyintas gempa Palu dari Perumnas Balaroa, Provinsi Sulawesi Tengah berbagi keceriaan dengan anak-anak korban gempa Bumi bermagnitudo 6,2 di Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat.
"Kami ingin berbagi keceriaan bersama warga Kabupaten Mamuju, khususnya anak-anak yang menjadi korban gempa Bumi," kata Koordinator Penyintas Gempa Palu dari Perumnas Balaroa Galang Ramadhan ditemui saat menghibur anak-anak korban gempa yang mengungsi di Stadion Manakarra Mamuju, Sabtu (23/1).
Selain tiga penyintas gempa Palu dari Perumnas Balaroa, anak-anak korban gempa di Mamuju juga terlihat dihibur oleh Official Tik Tok Sulawesi Tengah serta para pemuda dari Karang Taruna Kampung Baru, Palu.
Para anak korban gempa Mamuju terlihat riang menari di tengah-tengah tenda pengungsian di kawasan Stadion Manakarra Mamuju yang dipandu dua anggota Official Tik Tok Sulteng.
Mereka seolah melupakan peristiwa tragis yang dialami sepekan sebelumnya. Belasan anak korban gempa itu tertawa sambil menari dengan diiringi lagu ceria yang menghentak.
Dua anggota Official Tik Tok Provinsi Sulawesi Tengah, menari bersama anak-anak korban gempa bumi berkekuatan 6,2 magnitudo di Stadion Manakarra Mamuju, Sabtu (23/1). (ANTARA/Amirullah)
"Kami ingin mengajak anak-anak korban gempa di Mamuju untuk melupakan peristiwa yang telah mereka alami. Kami berbagi cerita untuk membangkitkan semangat mereka," ujar Gilang Ramadhan.
Apa yang pernah terjadi di Palu, katanya, jauh lebih berat dibandingkan dengan gempa di Mamuju.
"Kita tidak melihat seberapa besar peristiwanya, tetapi kita ingin agar anak-anak tidak merasakan trauma akibat gempa. Kami berbagi keceriaan bersama mereka agar mereka bisa menatap masa depan tanpa harus dibayangi trauma gempa," katanya.
Penyintas gempa Palu dari Perumnas Balaroa lainnya, Kevin, mengatakan melupakan trauma akibat gempa membutuhkan waktu yang lama.
"Untuk itulah kami datang ke sini, agar anak-anak korban gempa Mamuju bisa cepat melupakan peristiwa itu," tutur dia.
Bersama Official Tik Tok Sulteng dan Karang Taruna Kampung Baru Palu, lanjutnya, penyintas gempa Palu dari Perumnas Balaroa juga menggalang bantuan melalui penjualan minuman dan makanan.
"Kami juga melakukan penggalangan dana dengan berjualan minuman di Palu dengan harga seikhlasnya. Bantuan itu sudah kami salurkan ke para korban di sini," katanya.
Salah seorang anggota Karang Taruna Kampung Baru, Palu Arif juga menyampaikan bahwa menghilangkan trauma akibat gempa Bumi, khususnya untuk anak-anak dibutuhkan pendampingan khusus sehingga mereka merasa tidak sendiri dan bisa kuat menjalani hari-hari ke depan.
"Mereka harus ada teman, agar anak-anak korban gempa merasa tidak sendiri sehingga dapat melupakan trauma akibat gempa," terang Arif.
Ia berharap, warga korban gempa di Mamuju dapat segera bangkit dan melupakan peristiwa yang mereka alami sepekan lalu tersebut.
"Kita harus bangkit melawan trauma sehingga dapat menatap masa depan yang lebih baik. Kami pernah merasakan apa yang dialami saudara-saudara kita di Mamuju dan Majene," ucapnya.
"Kami ingin berbagi keceriaan bersama warga Kabupaten Mamuju, khususnya anak-anak yang menjadi korban gempa Bumi," kata Koordinator Penyintas Gempa Palu dari Perumnas Balaroa Galang Ramadhan ditemui saat menghibur anak-anak korban gempa yang mengungsi di Stadion Manakarra Mamuju, Sabtu (23/1).
Selain tiga penyintas gempa Palu dari Perumnas Balaroa, anak-anak korban gempa di Mamuju juga terlihat dihibur oleh Official Tik Tok Sulawesi Tengah serta para pemuda dari Karang Taruna Kampung Baru, Palu.
Para anak korban gempa Mamuju terlihat riang menari di tengah-tengah tenda pengungsian di kawasan Stadion Manakarra Mamuju yang dipandu dua anggota Official Tik Tok Sulteng.
Mereka seolah melupakan peristiwa tragis yang dialami sepekan sebelumnya. Belasan anak korban gempa itu tertawa sambil menari dengan diiringi lagu ceria yang menghentak.
"Kami ingin mengajak anak-anak korban gempa di Mamuju untuk melupakan peristiwa yang telah mereka alami. Kami berbagi cerita untuk membangkitkan semangat mereka," ujar Gilang Ramadhan.
Apa yang pernah terjadi di Palu, katanya, jauh lebih berat dibandingkan dengan gempa di Mamuju.
"Kita tidak melihat seberapa besar peristiwanya, tetapi kita ingin agar anak-anak tidak merasakan trauma akibat gempa. Kami berbagi keceriaan bersama mereka agar mereka bisa menatap masa depan tanpa harus dibayangi trauma gempa," katanya.
Penyintas gempa Palu dari Perumnas Balaroa lainnya, Kevin, mengatakan melupakan trauma akibat gempa membutuhkan waktu yang lama.
"Untuk itulah kami datang ke sini, agar anak-anak korban gempa Mamuju bisa cepat melupakan peristiwa itu," tutur dia.
Bersama Official Tik Tok Sulteng dan Karang Taruna Kampung Baru Palu, lanjutnya, penyintas gempa Palu dari Perumnas Balaroa juga menggalang bantuan melalui penjualan minuman dan makanan.
"Kami juga melakukan penggalangan dana dengan berjualan minuman di Palu dengan harga seikhlasnya. Bantuan itu sudah kami salurkan ke para korban di sini," katanya.
Salah seorang anggota Karang Taruna Kampung Baru, Palu Arif juga menyampaikan bahwa menghilangkan trauma akibat gempa Bumi, khususnya untuk anak-anak dibutuhkan pendampingan khusus sehingga mereka merasa tidak sendiri dan bisa kuat menjalani hari-hari ke depan.
"Mereka harus ada teman, agar anak-anak korban gempa merasa tidak sendiri sehingga dapat melupakan trauma akibat gempa," terang Arif.
Ia berharap, warga korban gempa di Mamuju dapat segera bangkit dan melupakan peristiwa yang mereka alami sepekan lalu tersebut.
"Kita harus bangkit melawan trauma sehingga dapat menatap masa depan yang lebih baik. Kami pernah merasakan apa yang dialami saudara-saudara kita di Mamuju dan Majene," ucapnya.