Palu (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah mengajak semua pihak di daerah itu, untuk berkolaborasi memberantas stunting (kekerdilan), sebagai upaya menjamin tumbuh kembang anak.
"Perlu mensinergikan gerak dan langkah demi mencegah dan memberantas stunting, dengan meningkatkan peran stakeholder, tokoh masyarakat dan keluarga dalam membangun keluarga," sebut Sekretaris Daerah Provinsi Sulteng Mulyono, di Palu, Rabu.
Baca juga: Gubernur harap BKKBN tekan kekerdilan melalui pencegahan nikah dini
Mulyono mengatakan berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018, menunjukkan bahwa jumlah penderita stunting di Sulteng sebanyak 32,2 persen, dan wasting mencapai 12,2 persen.
Wasting kondisi ketika berat badan anak menurun, sangat kurang, atau bahkan berada di bawah rentang normal.
Atas kasus tersebut, akui dia, sehingga Sulawesi Tengah masih tergolong dalam 10 besar provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi di Indonesia.
Sementara data Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng tahun 2019 menunjukkan bahwa dari 136.761 bayi usia lima tahun ke bawah, ditemukan sebanyak 29.208 menderita stunting atau 21,4 persen dari total balita tersebut.
"Angka ini masih tetbilang tinggi sehingga diperlukan penanganan serius dan kolaborasi semua pihak untuk menurunkannya," sebut Mulyono.
Baca juga: PKK Sulteng fokuskan program kerja pada penanggulangan stunting
Untuk mencegah stunting, kata dia, maka diperlukan penanganan penyebab masalah baik gizi yang langsung maupun tidak langsung. penyebab langsung antara lain mencakup masalah kurangnya asupan gizi dan penyakit infeksi.
Sementara, penyebab tidak langsung antara lain mencakup ketahanan pangan, lingkungan sosial, lingkungan kesehatan, dan lingkungan permukiman.
"Keempat faktor tidak langsung tersebut, turut mempengaruhi asupan gizi dan status kesehatan ibu dan anak," ujarnya.
Ia berharap, program bangga kencana (pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana) yang diusung oleh BKKBN, semoga dapat dilaksanakan dengan utuh dan menjangkau seluruh keluarga Indonesia, termasuk keluarga-keluarga di Sulteng yang mesti diintervensi oleh program bangga kencana.
"Perlu mensinergikan gerak dan langkah demi mencegah dan memberantas stunting, dengan meningkatkan peran stakeholder, tokoh masyarakat dan keluarga dalam membangun keluarga," sebut Sekretaris Daerah Provinsi Sulteng Mulyono, di Palu, Rabu.
Baca juga: Gubernur harap BKKBN tekan kekerdilan melalui pencegahan nikah dini
Mulyono mengatakan berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018, menunjukkan bahwa jumlah penderita stunting di Sulteng sebanyak 32,2 persen, dan wasting mencapai 12,2 persen.
Wasting kondisi ketika berat badan anak menurun, sangat kurang, atau bahkan berada di bawah rentang normal.
Atas kasus tersebut, akui dia, sehingga Sulawesi Tengah masih tergolong dalam 10 besar provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi di Indonesia.
Sementara data Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng tahun 2019 menunjukkan bahwa dari 136.761 bayi usia lima tahun ke bawah, ditemukan sebanyak 29.208 menderita stunting atau 21,4 persen dari total balita tersebut.
"Angka ini masih tetbilang tinggi sehingga diperlukan penanganan serius dan kolaborasi semua pihak untuk menurunkannya," sebut Mulyono.
Baca juga: PKK Sulteng fokuskan program kerja pada penanggulangan stunting
Untuk mencegah stunting, kata dia, maka diperlukan penanganan penyebab masalah baik gizi yang langsung maupun tidak langsung. penyebab langsung antara lain mencakup masalah kurangnya asupan gizi dan penyakit infeksi.
Sementara, penyebab tidak langsung antara lain mencakup ketahanan pangan, lingkungan sosial, lingkungan kesehatan, dan lingkungan permukiman.
"Keempat faktor tidak langsung tersebut, turut mempengaruhi asupan gizi dan status kesehatan ibu dan anak," ujarnya.
Ia berharap, program bangga kencana (pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana) yang diusung oleh BKKBN, semoga dapat dilaksanakan dengan utuh dan menjangkau seluruh keluarga Indonesia, termasuk keluarga-keluarga di Sulteng yang mesti diintervensi oleh program bangga kencana.