Palu,  (antarasuleng.com) - Direktur Eksekutif Komite Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD), Robert Endi Jaweng menilai bahwa Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah, belum memiliki perencanaan terfokus dalam pengembangan produk unggulan.

Hal tersebut diungkapkannya pada kegiatan Seminar Regional KPPOD bertempat di aula Wisma Donggala Jalan Diponegoro Kota Palu, Selasa.

Seminar yang dihadiri pihak Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Donggala, Dinas kehutanan dan Perkebunan, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lainnya, serta swasta seperti dari Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo), petani, pedagang, dan unsur terkait lainnya.

Robert Andi menjelaskan salah satu jalan untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat dibidang perekoniomian, yakni pengembangan produk unggulan berdasarkan karakteristik Daerah.

"Kabupaten Donggala merupakan salah satu daerah yang belum memiliki Perencanaan terfokus dalam pengembangan produk unggulan. Serta belum ada strategis Pemerintah Daerah yang jelas, tentang bagaimana pengembangan dan keberlangsungan dari produk unggulan tersebut," paparnya.

Menurut dia, berdasarkan hasil review dokumen yang dimiliki pihaknya, salah satu potensi produk unggulan Donggala adalah komoditas kakao.

Menurut dia, masalah krusial saat ini dalam pengembangan produk unggulan yakni terbatasnya dukungan program pusat atau telah usai masa programnya. Sehingga peran Pemda harus lebih ditingkatkan, terutama penguatan tata kelola kebijakan dan kapasitas birokrasi. Hal itu dilakukan untuk mengelola potensi produk unggulan dapat terlaksana secara produktif.

"Dalam konteks tersebut, agenda penguatan kapasitas kebijakan Pemda pada gilirannya akan memberikan dukungan bagi peningkatan kapasitas produksi petani, menjadi kunci bagi peningkatan produktivitas aneka komoditi unggulan setempat," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Kakao Indonesia (ASKINDO) Sulteng Tony S Mangitung mengatakan bahwa permasalahan Kakao saat ini berada pada petani sebagai produsen dan pelaku utama didalam agribisnis tersebut.

"Kalau petani tidak dapat memperoleh manfaat yang memadai dari bisinis ini, maka mereka akan beralih pada bisnis lain. Sehingga ini akan mengancam keberlanjutan bisinis kakao di Sulteng," ungkapnya.

Di samping itu, kata dia, sejauh ini belum adanya regulasi yang dianggap berpihak kepada para kaum tani. Sehingga ada banyak harapan dan keinginan petani yang belum tercapai baik itu dalam hal kelembagaan, mutu dan pembiayaan serta masalah penanggulangan hama kakao yang juga sampai saat ini belum dapat dituntaskan. 

Pewarta : Fauzi
Editor : Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2024