Kota Palu (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah melakukan penelitian tentang populasi buaya dengan menggunakan alat berupa kamera pengawas dan menemukan sekitar puluhan ekor berada di Sungai Palu pada tahun 2019.
“Hitungannya ada 36 ekor tetapi ada enam ekor yang sudah kami amankan di kandang transit. Jadi perkiraannya tinggal 30 ekor,” sebut Kepala BKSDA Sulawesi Tengah, Hasmuni, Selasa.
Hasmuni menjelaskan, penelitian populasi buaya dilakukan pada tahun 2019. Saat ini BKSDA belum bisa memastikan populasi terbaru buaya muara yang hidup di sungai tersebut.
Untuk mengetahui jumlah pasti, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
“Perlu dilakukan penelitian lagi, kalau buaya 30 itu ya penelitian 2019,” kata Hasmuni.
Menurut Hasmuni, populasi buaya di Sungai Palu tidak berkembang cepat. Buaya betina berukuran besar bisa menghasilkan hingga 200 telur namun kemungkinan hidupnya sangat kecil.
“Lebih banyak yang mati karena faktor alam, belum lagi buaya sebagai satwa liar yang akan saling memangsa satu dengan yang lain. Bisa jadi tidak ada yang hidup,” jelasnya.
Mengantisipasi adanya konflik buaya dengan manusia, pihak BKSDA telah memasang papan informasi tentang habitat buaya muara di Sungai Palu maupun di sepanjang pantai Talise, Kota Palu.
“Kita pasang informasi waspada dan larangan berenang di kawasan habitat buaya atau lokasi-lokasi yang sering muncul buaya,” terangnya.
Tidak hanya itu, BKSDA juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak melakukan aksi-aksi berbahaya dan mengancam keselamatan.
“Jangan main-main sama buaya, jangan dekat dan pegang buaya karena bisa berbahaya,” tegas Hasmuni.
“Jangan juga memberi makan buaya dengan ayam karena perilaku buaya akan berubah, biarlah secara alamiah buaya mencari makan di sungai karena pemenuhan makanannya masih cukup,” tambah Hasmuni.
“Hitungannya ada 36 ekor tetapi ada enam ekor yang sudah kami amankan di kandang transit. Jadi perkiraannya tinggal 30 ekor,” sebut Kepala BKSDA Sulawesi Tengah, Hasmuni, Selasa.
Hasmuni menjelaskan, penelitian populasi buaya dilakukan pada tahun 2019. Saat ini BKSDA belum bisa memastikan populasi terbaru buaya muara yang hidup di sungai tersebut.
Untuk mengetahui jumlah pasti, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
“Perlu dilakukan penelitian lagi, kalau buaya 30 itu ya penelitian 2019,” kata Hasmuni.
Menurut Hasmuni, populasi buaya di Sungai Palu tidak berkembang cepat. Buaya betina berukuran besar bisa menghasilkan hingga 200 telur namun kemungkinan hidupnya sangat kecil.
“Lebih banyak yang mati karena faktor alam, belum lagi buaya sebagai satwa liar yang akan saling memangsa satu dengan yang lain. Bisa jadi tidak ada yang hidup,” jelasnya.
Mengantisipasi adanya konflik buaya dengan manusia, pihak BKSDA telah memasang papan informasi tentang habitat buaya muara di Sungai Palu maupun di sepanjang pantai Talise, Kota Palu.
“Kita pasang informasi waspada dan larangan berenang di kawasan habitat buaya atau lokasi-lokasi yang sering muncul buaya,” terangnya.
Tidak hanya itu, BKSDA juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak melakukan aksi-aksi berbahaya dan mengancam keselamatan.
“Jangan main-main sama buaya, jangan dekat dan pegang buaya karena bisa berbahaya,” tegas Hasmuni.
“Jangan juga memberi makan buaya dengan ayam karena perilaku buaya akan berubah, biarlah secara alamiah buaya mencari makan di sungai karena pemenuhan makanannya masih cukup,” tambah Hasmuni.