Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggandeng empat perguruan tinggi untuk mendata rumah rusak terdampak gempa magnitudo 6,1 di Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat, Sumatera Barat.

"Kegiatan pendataan ini berdasarkan kategori kerusakan rumah yang terdiri dari rusak ringan, rusak sedang, dan rusak berat," ujar Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB Jarwansah dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.



Empat perguruan tinggi yang dilibatkan dalam pendataan ini yakni Universitas Andalas, Universitas Bung Hatta, Universitas Negeri Padang, dan Institut Teknologi Padang. Total relawan mahasiswa dan koordinator dengan latar belakang teknik sipil dan arsitektur sebanyak 106 orang.

Menurutnya, mahasiswa dan koordinator dari universitas tersebut akan bertugas mulai 3 sampai 11 Maret 2022. Nantinya, pelaporan pendataan menggunakan aplikasi InaRISK yang dikembangkan BNPB.



Dengan demikian, ada dokumentasi kondisi rumah, titik lokasi geografis, nomor kepala keluarga, dan Nomor Induk Kependudukan (NIK). Pendataan rumah, kata dia, merupakan bagian dalam pengkajian kebutuhan pascabencana (jitupasna).

"Ini sebagai contoh bila ada kerusakan yang masif untuk pendataan rumah rusak dan dapat diterapkan di lokasi pascabencana lainnya," kata Jarwansah.

Ia mengatakan gempa bumi di Pasaman dan Pasaman Barat mengakibatkan kondisi kerusakan rumah dan infrastruktur serta gangguan sosial budaya dan sosial ekonomi.



Maka dari itu, kegiatan pendataan diperlukan cepat agar perumusan kebutuhan dan penganggaran dapat segera dilakukan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, dan kabupaten.

"BNPB terus berupaya melakukan optimalisasi untuk upaya penanganan darurat dan penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana di daerah terdampak gempa bumi M6,1 berdasarkan kebutuhan masyarakat," kata dia.

Pewarta : Asep Firmansyah
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024