Donggala (ANTARA) - Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Sulawesi Tengah mengatakan hilal penanda datangnya 1 Syawal 1443 Hijriah telah terlihat di daerah itu dan telah memenuhi kriteria untuk menentukan Hari Raya Idul Fitri tahun ini
Hal itu setelah Kanwil Kemenag Sulteng dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas I Palu melakukan pemantauan hilal di Menara Ruqyahtul Hisab Desa Marana, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala, Minggu.
Kepala Tata Usaha Kanwil Kemenag Sulteng Ma'sum Rumi mengatakan hasil ruqyatul hisab menunjukkan permukaan hilal terlihat sebesar 0,24 persen dari total ke seluruh permukaan hilal.
"Hilal yang kelihatan itu kecil sekali seperti hanya seutas benang saja dari total keseluruhan dan itu bisa dikatakan tidak terlihat, tapi itu sudah memenuhi kriteria," kata dia.
Dia menjelaskan hasil pemantauan serta perhitungan BMKG Stasiun Geofisika Palu, diketahui proses terpantau hilal terbilang singkat.
Tinggi hilal mencapai empat derajat 38 menit 33 detik dengan usia 13 jam, sedangkan elongasi hilal tercatat lima derajat 32 menit, dan fraksi iluminasi atau proses tersinari hilal dari total keseluruhan permukaan hanya 0,25 persen.
"Dan nanti hasil ini segera akan kami laporkan langsung ke Kementerian Agama RI, untuk dijadikan sebagai bahan sidang isbat di Jakarta," katanya.
Kemenag Sulteng mengimbau masyarakat senantiasa menunggu keputusan pemerintah melalui Kementerian Agama RI dalam sidang isbat untuk menentukan 1 Syawal 1443 Hijriah.
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Palu Sujabar mengatakan pemantauan hilal di wilayah Sulawesi Tengah terbilang mudah karena kondisi cuaca yang mendukung.
"Hari ini cuacanya sangat cerah dan sudah memudahkan kita dalam melakukan pemantauan," ujarnya.
Ia memerinci posisi hilal saat konjungsi atau terbenam Matahari terlihat pada ketinggian 18 derajat dengan waktu 18.06 Wita, sedangkan bulan terbenam pada pukul 18.22 Wita.
"Tapi sesungguhnya yang tersinari badan Bulan itu sudah tertutup dalam waktu 10 menit garis horizontal, jadi sudah tidak kelihatan atau cukup sulit teramati secara menyeluruh permukaan Bulan, karena cahayanya kalah dengan cahaya Matahari," ujarnya.
Pemantauan yang dilakukan BMKG Stasiun Geofisika Palu dengan menggunakan teropong astronomis.
"Sudah cukup canggih alat kita ini, jadi secara otomatis teropong itu sudah mengikuti arah Matahari dengan sendiri tanpa kita gerakan lagi," katanya.
Hal itu setelah Kanwil Kemenag Sulteng dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas I Palu melakukan pemantauan hilal di Menara Ruqyahtul Hisab Desa Marana, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala, Minggu.
Kepala Tata Usaha Kanwil Kemenag Sulteng Ma'sum Rumi mengatakan hasil ruqyatul hisab menunjukkan permukaan hilal terlihat sebesar 0,24 persen dari total ke seluruh permukaan hilal.
"Hilal yang kelihatan itu kecil sekali seperti hanya seutas benang saja dari total keseluruhan dan itu bisa dikatakan tidak terlihat, tapi itu sudah memenuhi kriteria," kata dia.
Dia menjelaskan hasil pemantauan serta perhitungan BMKG Stasiun Geofisika Palu, diketahui proses terpantau hilal terbilang singkat.
Tinggi hilal mencapai empat derajat 38 menit 33 detik dengan usia 13 jam, sedangkan elongasi hilal tercatat lima derajat 32 menit, dan fraksi iluminasi atau proses tersinari hilal dari total keseluruhan permukaan hanya 0,25 persen.
"Dan nanti hasil ini segera akan kami laporkan langsung ke Kementerian Agama RI, untuk dijadikan sebagai bahan sidang isbat di Jakarta," katanya.
Kemenag Sulteng mengimbau masyarakat senantiasa menunggu keputusan pemerintah melalui Kementerian Agama RI dalam sidang isbat untuk menentukan 1 Syawal 1443 Hijriah.
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Palu Sujabar mengatakan pemantauan hilal di wilayah Sulawesi Tengah terbilang mudah karena kondisi cuaca yang mendukung.
"Hari ini cuacanya sangat cerah dan sudah memudahkan kita dalam melakukan pemantauan," ujarnya.
Ia memerinci posisi hilal saat konjungsi atau terbenam Matahari terlihat pada ketinggian 18 derajat dengan waktu 18.06 Wita, sedangkan bulan terbenam pada pukul 18.22 Wita.
"Tapi sesungguhnya yang tersinari badan Bulan itu sudah tertutup dalam waktu 10 menit garis horizontal, jadi sudah tidak kelihatan atau cukup sulit teramati secara menyeluruh permukaan Bulan, karena cahayanya kalah dengan cahaya Matahari," ujarnya.
Pemantauan yang dilakukan BMKG Stasiun Geofisika Palu dengan menggunakan teropong astronomis.
"Sudah cukup canggih alat kita ini, jadi secara otomatis teropong itu sudah mengikuti arah Matahari dengan sendiri tanpa kita gerakan lagi," katanya.