Sigi, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, membutuhkan keterlibatan investor untuk mengembangkan tanaman kakao, sehingga terjadi percepatan peningkatan ekonomi daerah dan kesejahteraan petani kakao.
Wakil Bupati Sigi Samuel Yansen Pongi di Sigi, Sulteng, Ahad, menyatakan Sigi merupakan salah satu daerah di Indonesia dengan potensi kakao yang layak dikembangkan.
"Dalam upaya ini kami membutuhkan keterlibatan investor, tetapi investor yang konsisten dan komitmen dalam pelestarian lingkungan, serta mengutamakan pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat," ucapnya.
Samuel menguraikan kawasan perkebunan Sigi seluas 55.718 hektare yang di dalamnya terdapat tanaman kakao yang menghasilkan 20.000 ton/tahun.
Hal itu, sebut dia, menjadi satu potensi besar dalam pengembangan kakao yang berdampak pada peningkatan ekonomi dan kesejahteraan petani.
Menurut dia, Pemkab Sigi membuka peluang investasi hijau yaitu investasi yang mengedepankan kelestarian lingkungan.
Pemkab Sigi pada 2.022 bersama Cocoa Sustainability Partnership, PisAgro, dan Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) mewujudkan contoh nyata investasi dengan mengedepankan konsep berkelanjutan.
"Skema investasi berkelanjutan harus mampu menjawab tantangan untuk pembangunan kesejahteraan masyarakat," kata dia.
Konsep tersebut, katanya, sejalan dengan pola pengembangan sektor pertanian dan perkebunan yang diterapkan oleh Pemkab Sigi yaitu petik, olah, dan jual yang semuanya harus berbasis kerakyatan.
"Jadi dalam implementasinya harus melibatkan masyarakat dan memberikan manfaat yang besar kepada masyarakat," sebutnya.
Samuel mengakui bahwa sejauh ini Pemerintah Daerah Kabupaten Sigi terus berupaya mempromosikan potensi kakao, salah satunya melalui kegiatan forum investasi B20 sebagai rangkaian KTT G20 di Nusa Dua, Bali.
Wakil Bupati Sigi Samuel Yansen Pongi di Sigi, Sulteng, Ahad, menyatakan Sigi merupakan salah satu daerah di Indonesia dengan potensi kakao yang layak dikembangkan.
"Dalam upaya ini kami membutuhkan keterlibatan investor, tetapi investor yang konsisten dan komitmen dalam pelestarian lingkungan, serta mengutamakan pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat," ucapnya.
Samuel menguraikan kawasan perkebunan Sigi seluas 55.718 hektare yang di dalamnya terdapat tanaman kakao yang menghasilkan 20.000 ton/tahun.
Hal itu, sebut dia, menjadi satu potensi besar dalam pengembangan kakao yang berdampak pada peningkatan ekonomi dan kesejahteraan petani.
Menurut dia, Pemkab Sigi membuka peluang investasi hijau yaitu investasi yang mengedepankan kelestarian lingkungan.
Pemkab Sigi pada 2.022 bersama Cocoa Sustainability Partnership, PisAgro, dan Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) mewujudkan contoh nyata investasi dengan mengedepankan konsep berkelanjutan.
"Skema investasi berkelanjutan harus mampu menjawab tantangan untuk pembangunan kesejahteraan masyarakat," kata dia.
Konsep tersebut, katanya, sejalan dengan pola pengembangan sektor pertanian dan perkebunan yang diterapkan oleh Pemkab Sigi yaitu petik, olah, dan jual yang semuanya harus berbasis kerakyatan.
"Jadi dalam implementasinya harus melibatkan masyarakat dan memberikan manfaat yang besar kepada masyarakat," sebutnya.
Samuel mengakui bahwa sejauh ini Pemerintah Daerah Kabupaten Sigi terus berupaya mempromosikan potensi kakao, salah satunya melalui kegiatan forum investasi B20 sebagai rangkaian KTT G20 di Nusa Dua, Bali.